Minggu, 12 Januari 2014

Tangkahan, Dari Kawasan Illegal Logging Menjadi Tempat Wisata Favorit (Kamis 9 Januari 2014)


Laporan : Vivi Handayani
 
TANGKAHAN : Objek wisata baru Tangkahan yang berada di kawasan eco-tourism sangat ramai dikunjungi wisatawan saat merayakan Tahun Baru 2014, Rabu (1/1) lalu. Kawasan wisata ini perlu mendapat sentuhan serius dan profesinal dari pengelolanya, sehingga keasrian alamnya dapat dinikmati pengunjung dengan aman dan nyaman.  (Mimbar/Vivi Handayani)
T
angkahan merupakan kawasan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. lokasinya diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Tangkahan merupakan kombinasi dari hutan hujan tropis dan memiliki topografi yang berbukit. Oleh sebab itu, air yang mengalir di objak wisata baru ini sangat  jernih berwarna hijau dan beraroma mistis.
Hutan yang begitu lebat dan mampu menghasilkan banyak keuntungan membuat warga sekitar pernah menjadi gelap mata dan membabat habis hutan tersebut, tanpa memikirkan dampak buruk bagi alam dan lingkungan sekitar.
Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat sadar akan pentingnya melestarikan hutan dan tetap meraih keuntungan tanpa merusak alam, yaitu dengan menjadikan Tangkahan sebagai kawasan eco-tourism. Maka, tempat ini perlu dikelola lebih baik dan terpetakan dari pada Bukit Lawang.
Jika sudah tertata, turis asing tidak merasa bingung ketika berkunjung ke Tangkahan karena sudah ada panduan tempat mana saja yang bisa dikunjungi.
Ketika berada di Tangkahan, kita tidak hanya disajikan oleh air sungai yang jernih, namun kita juga dapat melihat habitat orang utan. Selain itu, menaiki dan memandikan gajah, menyusuri hutan yang dipenuhi pohon durian.
Tidak kalah menariknya, memasuki gua kalong, sampai melihat bunga bangkai yang hanya mekar setahun sekali selama satu minggu. Sayangnya, kami tidak dapat melihat momen langka tersebut karena belum waktunya.
Ada pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Tangkahan tidak hanya menyajikan keindahan saja, tetapi juga berbagai jenis masalah. Dimulai dari tidak tersedianya angkutan umum menuju ke tempat wisata, jalan yang rusak dan berlubang, sehingga membuat perjalanan  menjadi sangat melelahkan.
Sepanjang jalan hanya terlihat perkebunan kelapa sawit. Ketika pengunjung melepas lelah sejenak di jalan sangat kesulitan, karena tidak ada toko, warung, pom bensin. Bahkan, tukang tampal bal tidak terlihat. Lalu, tidak tersedianya tempat parkir yang teratur, sampah yang berserakan di mana-mana, anak tangga yang dibuat untuk menuju sungai sangat kecil dan licin sehingga banyak pengunjung yang terpeleset dan jatuh.
Sungai di tempat ini memiliki dua aliran. Aliran pertama sangat jernih, tenang, dan tidak terlalu dalam, sedangkan aliran sungai yang kedua beraliran deras,berwarna keruh,dan sangat dalam sehingga pengunjung lebih menyukai aliran sungai yang pertama.
 Dengan begitu, pengunjung harus menyebrrangi aliran sungai yang kedua. Akses untuk menyeberang sungai adalah jembatan gantung. Jembatan ini diperileh setelah memutari sungai, sangat jauh, sehingga membuat pengunjung lebih suka menyeberang dengan satu rakit. Sekali menyeberang hanya mampu menampung kurang lebih 15 orang. Ini membuat pengunjung harus antre selama berjam-jam untuk menyeberang yang jaraknya hanya beberapa meter.
Tidak tersedianya pondok yang layak untuk pengunjung melepas lelah juga menjadi perhatian pihak pengelola. Pengunjung hanya disediakan alas tikar dan tenda yang sangat sederhana serta terbatas.
Namun itu semua seolah-olah terbayar dengan menikmati surga tersembunyi di Sumatera Utara dalam menyambut tahun baru 2014 lalu.  Apalagi jika dinikmati oleh keluarga dan sahabat tercinta, membuat segala sesuatu yang menyebalkan menjadi menyenangkan.
Melihat pohon yang menari, hembusan angin sejuk, nyanyian air tenang yang mengalir, serta tersedianya rafting bagi pecinta olah raga yang memacu adrenalin. Namun rafting di Tangkahan itu berbeda. Biasanya rafting menggunakan perahu karet. Rafting di sini menyusuri aliran sungai dengan menaiki ban yang diikat satu dengan yang lain,sehingga pengunjung hanya duduk dan menyusuri tanpa harus mendayung.
Konon, jangan ngaku pernah ke Tangkahan kalau “gak nyobain rafting dan menyusuri goa kalong.” ***

PENJELAJAH : Inilah gadis-gadis cantik yangjadi penjelajah sungai Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Langkat, 1 Januari lalu. (istimewa)


Penulis adalah mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar