Minggu, 12 Januari 2014

GELANGGANG SAJAK : Mirsan Simamora (Sabtu 4 Januari 2014)


PENDOPO

di antara riuh biru almamater dan kursi-kursi batu
perempuan ringkih didekap tas kumalnya yang bisu
sementara angin asik menebar aroma tubuhnya.
ia mengintai mayat botol dan kertas-kertas bekas
yang terbias di mata keruhnya
dan akan disihir menjadi bulir-bulir penjaga detak katukan matanya.

Medan, November 2013


PEREMPUAN PENUNGGU PAGI

malam menyelinap membawa sepi di genangan matanya
dan di dalam kamarnya kertas lukisan manja di desir pantai
menjadi serbuk-serbuk salju, membekukan hatinya
sebab senja tadi seorang lelaki melempar keruh pada telaga
di dadanya.

Medan, November 2013


DESAKU YANG TERTINGGAL

Dan aku selalu bersyukur atas tertinggalnya desaku
Dari mendungnya keagamaan
Dari majunya keserakahan
Dari tandusnya kejujuran
Dari teriknya kenistaan
Dari tipisnya kepedulian
Dari paceklik keramahan
Dari renggangnya silaturahim
Dari kerasnya kehormatan
Desa, tanah subur kembali aku terbaring pada kubur yang menjadi rumahku.

Medan, November 2013
GADIS TELAGA

Sungai kecil di kelopak matamu
membawa sampanku ke lautmu
; dadamu

dari sampan itu aku lemparkan benih-benih rindu ke hatimu
; telagamu

hingga perlahan bunga tumbuh di tepi sungaimu
memberikan kelopak mata yang baru untukku
mata cintaku

Medan, November 2013


LEWAT PUISI

Lewat puisi aku meraba dunia bagai anak kecil melangkah pada tangga nada kehidupan
merambat ruang di mata.

Lewat puisi aku mengenal hitam-putih yang menjelma pada aksara dan tanda purbakala
pada setiap larik pun bait terselip makna mengakar hingga akhir kata.

Lewat puisi aku mengepak bebas bagai kumbang-kumbang membawa madu
untuk ratu yang teguh menungguku di ranting rindu.

Lewat puisi sepasang colibri meminta pada yang Maha, lewat simfoni mantra-mantra
Maka jadilah aku: jadilah puisiku.

Medan, November 2013

VARIASI RINDU
:Ayah

Kukumpulkan parasmu dari pohon rindu yang berguguran,
lalu kubingkai menjadi puisi di ladang perantauan

puisi pun hampir rampung, seperti tergenangnya mataku
mencurahkan benih-benih rindu bersamamu dalam dekap langkahku.

SAM, November 2013.

Mirsan Simamora lahir 7 Juli 1993. Sedang berjuang di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Bergiat di Sanggar Alam Merdeka.

2 komentar: