Minggu, 12 Januari 2014

PROFIL : Dewi Santri, Muhammad Adzan Aulia Amin (Selasa 3 Desenber 2013)



YANG BERPRESTASI
Dewi Santri, S.Pd.
Butuh Proses Menjadi Guru Profesional


P
engalaman adalah guru yang paling berharga. Melalui pengalaman, setiap orang sadar akan kesalahan dan berusaha untuk mengubahnya. Meskipun pengalaman yang dilalui setiap orang berbeda-beda, tetapi kedudukan pengalaman tetaplah sama bagi semua orang sebagai proses
sebelum mencapai tujuan yang diinginkan.
            Begitu juga dengan guru, ketika murid belajar dari guru dan guru sendiri juga memiliki guru, yaitu pengalaman, baik dalam memahami karakter murid yang berbeda-beda ataupun menyampaikan materi pelajaran agar tidak membosankan.
            Proses inilah yang sedang dialami salah seorang guru di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 01 Medan. Ibu yang bernama lengkap Dewi Santri, S.Pd. ini., tergolong tenaga pengajar yang masih muda. Di usianya yang masih 25 tahun, ia berusaha menyamakan dirinya dengan guru yang lebih berpengalaman darinya.
            “Awalnya saya agak takut tidak bisa menyampaikan pelajaran dengan baik, tetapi ketakutan itu dapat saya hadapi dengan memiliki kepercayaan bahwa saya akan mampu dan tidak malu untuk bertanya kepada guru-guru yang lebih berpengalaman di sekolah ini,” katanya saat ditemui di lingkungan SD Muhammadiyah 01.
            Ia juga mengungkapkan, tidak ingin sekadar mengajar tetapi tidak mendidik. Baginya, mengajar itu hanya menyampaikan materi pelajaran. Kalau dibarengi dengan mendidik, berarti juga turut menuntun murid dalam pembentukan akhlaknya.
            Berperan sebagai guru bahasa Inggris, tentu ada kesulitan tersendiri yang dihadapi wanita ini, karena mengajarkan bahasa asing yang harus dipahami muridnya. Apalagi, murid yang diajarkannya masih berada dalam pendidikan dasar.
            “Ya, kesulitan itu pasti adalah di dalam kelas. Bagaimana saya harus mengenalkan mereka bahasa asing misalnya dalam bentuk spelling, reading, ataupun berlatih conversation. Kemampuan murid itu berbeda-beda, ada yang daya tangkapnya cepat tetapi ada juga yang tidak dan itu menjadi tugas saya,” paparnya.
            Perilaku murid di dalam kelas beraneka ragam. Tidak hanya dijumpai murid yang tertib, aktif dan rajin, tetapi ada juga sebagian murid bersikap tidak mau tahu, bandal dan malas. Menghadapi prilaku seperti ini, setiap guru harus memiliki kesabaran.
            Diakuinya, menjadi guru memang bukan profesi yang mudah, tetapi juga bukan sulit asal mengerti memaknainya. Bagaimana idealnya guru, yaitu harus memiliki kesabaran yang tinggi, jadi tidak ada susahnya. “Intinya tidak usah takut, harus percaya dengan kemampuan yang dimiliki,” kata alumnus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini.
              Menjadi tanaga pengajar di salah satu sekolah unggulan di Kota Medan ini, ia tidak takut untuk menghadapi dunia pendidikan yang semakin berkembang. Dewi Santri juga mengungkapkan mengapa memilih guru sebagai profesinya.
            “Karena, guru merupakan profesi sesuai dengan wanita yang ingin mengabdikan diri untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Tetapi tidak melupakan kodratnya sebagai wanita, yaitu masih memiliki waktu untuk mengurus keluarga,” ungkapnya dengan ramah.
            Mempertahankan kepercayaan masyarakat yang telah dimiliki sekolah ini, memang bukan hal yang mudah. Menurutnya, kunci mempertahankan agar tetap menjadi unggulan adalah mengajar dengan sepenuh hati yang ikhlas dan memberikan pelayanan terbaik.
            Di samping sebagai guru bahasa Inggris, wanita yang akrab disapa Bu Dewi ini, juga merangkap sebagai Bendahara SD Muhammadiyah 01 yang terletak di Jalan Demak Medan. Meskipun usianya masih terbilang muda, tetapi ia memiliki kepercayaan diri dan semangat yang luar biasa.
            “Kepercayaan diri itu muncul karena ketika masa kuliah telah dibekali ilmu untuk mengajar, itu semua dapat saya terima dan berusaha saya aplikasikan serta harus dibarengi dengan niat dan akhlak yang baik ketika mengajar,” katanya.
            Agar mengajar dan belajar tidak membosankan, ada kiat-kiat yang dimilikinya. “Kiat saya adalah selalu berusaha mencari metode-metode pembelajaran yang berbeda, menggairahkan dan menambah  semangat murid dalam belajar, tidak monoton serta selalu mencari metode yang lebih baik dari yang sebelumnya,” ungkapnya.
            Tidak lupa ia menambahkan, memanfaatkan teknologi adalah salah satu caranya mengembangkan pendidikan agar murid mampu mengikuti zaman yang terus berkembang, juga agar mereka tidak gagap teknologi. “Terlepas dari itu semua, saya juga masih dalam proses belajar menjadi guru yang profesional,” katanya. *** (Fela Felia Batubara)

 


Muhammad Adzan Aulia Amin
Belajar, Kunci Menggapai Cita-Cita


C

ita-cita setiap anak berbeda-beda. Apabila ditanya kalau sudah besar mau menjadi apa, jawaban
mereka pun beraneka
ragam. Ada yang ingin menjadi dokter, pilot, guru, pengusaha, perawat, masinis, profesor, polisi, tentara, astronot bahkan presiden dan masih banyak cita-cita mereka lainnya.
            Seperti Muhammad Adzan Aulia Amin, memiliki cita-cita yang tinggi, sama dengan kebanyakan anak sekolah dasar lainnya. “Cita-cita saya menjadi Pilot agar dapat mengemudikan pesawat-pesawat yang besar dan bisa keliling dunia,” ungkap murid SD Muhammadiyah 01 Medan ini polos.
            Tugas orang tua adalah membantu mereka mencapai cita-cita tersebut. Cita-cita akan tercapai jika adanya usaha yang dilakukan sejak dini. Orang tua ataupun guru di sekolah harus senantiasa menanamkan kepada anak agar terus belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita mereka.
            Putra sulung pasangan Samino, ST. dan Ade Habibah Siregar, S.Pd. ini, adalah salah satu siswa berprestasi di sekolahnya. Dari kelas I sampai kelas IV selalu mendapatkan juara pertama di kelas. Di  kelas V semester ganjil, mendapatkan juara pertama dan semester genap mendapatkan peringkat kedua.
            Prestasi yang diraihnya itu tidak terlepas peranan orang tua. “Untuk bisa jadi juara kelas, orang tua menyuruh saya belajar di rumah malam hari juga mengikuti bimbingan belajar diluar dan kalau ada PR juga dapat dikerjakan di bimbel,” kata anak lelaki yang sudah duduk di kelas VI Sekolah Dasar ini.
            Saat ditemui di sekolahnya, Jumat (29/11), ia mengatakan, selalu mengutamakan belajar daripada hal lain seperti berantam dengan teman atau pergi bermain ke warung interrnet. Memang diakui oleh gurunya, Adzan adalah sosok anak yang baik dan pintar.
            Selain bercita-cita sebagai pilot, murid yang akrab disapa Adzan ini juga mempunyai hobi yang sama dengan kebanyakan anak lelaki lainnya. “Hobi saya bermain bola karena olah raga yang menyenangkan,” katanya.
            Ia juga mengungkapkan mata pelajaran dan guru yang paling disukainya. “Saya sangat suka dengan pelajaran Matematika, karena lebih menantang dan guru yang paling saya senangi juga guru Matematika yaitu bapak Indra Firman, S.Pd.,” ungkapnya.
             Karena guru mengajarnya dengan cara menerangkan dengan baik lalu memberi latihan, sehingga tak menjadi kesulitan baginya dalam menghadapi pelajaran Matematika yang sangat identik dengan angka-angka dan rumus tersebut.
            SD Muhammadiyah 01 Medan, selain dibekali dengan ilmu pengetahuan murid-murid juga dibekali dengan iman dan taqwa. “Saya di sekolah juga di rumah harus rajin beribadah, salat, ngaji dan kadang-kadang puasa Senin dan Kamis karena di sekolah diajarkan seperti itu,” sebut Adzan.
            Anak pertama dari dua bersaudara ini, juga mengikuti salah satu ekstrakulikuler yang ada di sekolahnya, yaitu Tapak Suci, semacam silat atau bela diri. Karena, ia ingin menjadi lelaki yang pemberani yang dapat melindungi semua orang dari kejahatan.
            Sebagai murid yang telah diakui rajin dan baik di kalangan sekolahnya, ia menyampaikan sebuah pesan kepada teman-temannya. “Kita jangan pernah berhenti untuk belajar, jangan main-main ke warnet ataupun kebanyakan main PS (Play Station),” pesannya.
            “Kita juga harus selalu mematuhi orang tua dan guru di sekolah, tetap semangat teman-teman dan jangan pernah berhenti menggapai cita-cita buat orang tua dan guru kita bangga,” tambah calon pilot masa depan ini dengan sebuah senyuman yang ramah.
            Jadi, seperti yang dikatakan Adzan menggapai cita-cita kuncinya adalah belajar. Maka dari itu, para orang tua jangan pernah berhenti mendukung cita-cita anak, serta guru harus selalu menyadarkan meraka betapa pentingnya belajar itu. Agar kelak mereka menjadi manusia yang berguna sebagai generasi penerus bangsa kita ini. *** (Fela Felia Batubara)
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar