P
|
ola
hidup sehat kini menjadi pilihan masyarakat
Indonesia dan membuka peluang usaha,
khususnya di sektor
kuliner. Hal
ini yang membuat
sekelompok
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) membuat es krim kulit manggis.
Pertemuan saya dengan makanan ini tepatnya Selasa (03/12) di kampus biru Jalan
Kapten Muchtar
Basri No.3 Medan, persis di belakang Gedung E Fakultas
Ekonomi. Ketika
hendak menuju parkir belakang gedung Fakultas Ekonomi, langkah
saya terhenti seketika ada tawaran dari seorang
laki-laki. “Bang, es krim bukuma,
Bang. Hanya
Rp 4000.”
Rasa penasaran tawaran lelaki itu membuat langkah saya terhenti. Saya
rogoh kocek
di saku
celana sesuai harga yang ditawarkan lelaki itu. Saya cicipi es krim buah kulit manggis
(bukuma) itu. Tempat
atau wadah eskrim kira-kira berdiameter 5 cm dengan bercak warna keungu-unguan.
Es krim yang satu ini memiliki rasa berbeda dibanding es krim lainnya. Terlebih, rasa ketar khas buah
manggis. Rasa
lain juga ada di tempat ini, alpukat dan terong
belanda. Saya
memilih bukuma (kulit manggis).
Mengapa Es Krim Bukuma?
Es krim ini ialah hasil dari kreatif sekelompok
mahasiswa, yaitu Mahyudin Sirait, Vina
Lucyana Ramadhani Hutabarat, Sukma H.
Hakim, dan Nurul
Ramadhani Panjaitan. Ide pertama mereka membuat es krim kulit manggis ini karena melihat banyak manfaat
kandugan kulit manggis ini di berbagai media,
mulai majalah, koran, dan lain-lain. Nama es krim Bukuma
diambil dari singkatan Buah Kulit Manggis.
Kulit manggis memiliki anti oksidan yang tinggi, baik untuk tubuh. Hal inilah yang mendorong mereka membuat es krim bukuma. “Ide ini tadinya hanya
untuk mengikuti pekan kreatif mahasiswa (PKM) yang diadakan Kementerian Pemuda
dan Olah Raga (Kemenpora), tepatnya Juli 2012,” ucap
Mahyudin menjelaskan.
Selanjutnya, ia dan kawan-kawannya
mengusulkan bagaimana kulit manggis ini diolah menjadi sesuatu yang menarik. Ia pun akhirnya memutuskan
mengolah buah kulit manggis ini menjadi es krim dengan nama ES KRIM BUKUMA.
Menurutnya, pembuatan es krum ini masih dengan cara manual,
tanpa mesin. Komposisinya
hampir sama dengan es krim lainnya. Yang
membedakannya ialah di akhir
pengolahanya. Sebelum
dimasukkan
ke mesin,
ditambahkan ektrat kulit manggis yang telah dibuat.
Pembuatan
ektrat ini dengan cara mengambil serat kulit manggis, kemudian dihaluskan atau
diblender. “Produksi
es krim ini masih dalam bentuk mingguan,
dengan jumlah 300-400 gelas plastik dengan omset Rp500.000 per minggu,”
ujarnya.
Pasar yang dijangkau kelompok ini masih seputar
kampus,
karena produksinya bersifat manual. Pemasaran akan ditambah apabila kelompok ini
telah memiliki mesin produksi. “Es
krim ini saat ini belum memiliki cabang, dan pembelinya masih mahasiswa,” sebutnya.
Yach, globalisasi dan modernisasi, sedikit
banyak, telah membawa perubahan di Indonesia. Termasuk, perkembangan kuliner.
Banyak restoran dan makanan ternama
dagang luar negeri singgah dan bermukim di bumi pertiwi.
Pola pikir kebanyakan masyarakat
Indonesia, yang menganggap segala sesuatu dari luar negeri adalah modern, dan
mampu meningkatkan strata kehidupan, menjadikan restoran-restoran tersebut
berkembang pesat di nusantara. Dampaknya, kuliner khas daerah bisa semakin
terlupakan dan ditinggalkan.
Dengan adanya es krim buatan
mahasiswa Fakultas Ekonomi UMSU ini, kita harapkan pemerintah bisa menjadi pendorong
perkembangan sekaligus pelestari kuliner yang lebih sehat, untuk bisa dinikmati
di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri.
Salah satu caranya adalah dengan menghadirkan seluruh
kuliner khas daerah, seperti pada
penyelenggaraan pameran pembangunan di setiap daerah, salah
satunya yaitu Pekan Kreatif Mahasiswa (PKM).
Keanekaragaman kuliner Indonesia merupakan bagian
kekayaan bagi negeri
ini sendiri. Olahan yang berbeda dan cara pengolahan yang beda menciptaka rasa tersendiri dan tetap memiliki
manfaat. *** (Wahyu Saddam Husin)
BUKUMA : Empat orang mahasiswa Fakultas Ekonomi UMSU ini memelopori
kuliner es krim buah kulit manggis (bukuma). Asyik rasanya. (Mimbar/Wahyu
Saddam Husin)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar