Minggu, 12 Januari 2014

GELANGGANG SAJAK : Vivi Suryani (Sabtu 11 Januari 2014)


Kau Tak Sempat Ku Kiamatkan (1) 

sebenarnya ingin kukiamatkan saja namamu
yang tersemat erat di dalam anyaman masa lalu
sebab kisah yang terajut antara kau dan aku telah tamat
di suatu senja yang pilu kala itu
saat burung-burung kembali pulang
dengan formasi yang membentuk huruf V ( vi )
kau dan aku harus beradu jarak dan saling berjalan mundur
dengan langkah rendah yang meminta waktu terulur-ulur
aku mengatur nafas yang mulai lebur
bersama bayangmu yang semakin kabur dari retinaku

sebenarnya ingin kukiamatkan saja namamu
dari sejarah hidupku yang terkotak-kotak karena rindu
saat kondisi dan hati telah lama memberi indikasi
bahwa kau akan menjadi kisah abu-abu
dalam album yang kusangka ungu
namun gemericik hujan di awal pagi yang menghapus senyum mentari
menyadarkan aku
kubuka tirai-tirai jendela yang menghalangi angin dan cahaya pagi
di kaca jendela yang berembun kutemukan sehelai daun hijau yang retak
sedang pohon tak satupun tumbuh di sekitar rumahku

kau tak sempat kukiamatkan
sebab hujan dan angin telah menjadikanmu misteri

2012


Aku, Bingkai Puisimu  (2)

masihkah rindumu memiliki pita suara?
sebab hati ini tak pernah lagi terpanggil oleh bisikan rindu yang pernah membara
Kau tau, Lii?
aku melumpuhkan hatiku agar ia tak lagi berjalan ke manapun
agar engkau tahu bahwa rinduku hanya satu, kau
aku menyatu dalam rindumu
kau dalam sederetan melodi di tangga nada berirama cinta
memainkan lagu yang begitu merdu memenuhi ruang-ruang di qolbu
aku, seperti katamu dulu
“ akan tetap menjadi bingkai bagi puisimu”

2012


Kau, Aku, dan Hijaumu (3)

Puisiku retak oleh hujan-hujan rindu yang bergelantungan di pohon kisah silam
bersama kicauan burung yang beradu tembang dengan semilir angin pagi tadi yang membuat gemulai seluruh isi dalam hati

Puisiku retak oleh butiran embun yang selalu turun kala sepi menjadi teman terdekat bagi hati
menjadi bulan-bulanan bagi sepi yang melarikan diri untuk mencari sebutir permata berbalut syurga

Kau, aku dan hijaumu
dalam bingkai masa lalu

2012


Kau Siapa? (4)

aku adalah angin yang dibawa senja untuk membelai malammu
namun pagi segera hadir memisahkan kita, sedang mentari belum sadarkan diri dari tidurnya.
kau bukan sesuatu yang harus ku tangisi bila masa memaksaku melepas rasa yang tak berpunya ini.
kau...
kau siapa?
pun aku tak tau
yang aku tau,
kau adalah sesuatu yang belum ku miliki
2012


Hambar (5)

Ku seruput secangkir semangat yang baru di seduh pagi dari didihan telaga jiwa yang dijerang surya
ku aduk mengikuti putaran waktu dengan jari telunjuk yang selalu tunduk saat dua kaki terpaut di atas sajadah akut
rasanya masih hambar, bukan karena gula yang berubah tawar tapi rasa di lidah telah berpencar menjadi bisa yang sangar

2012

Kau (6)

tak ada yang lebih menyejukkan melebihi retak hijaumu
bahkan caramu melukai terlalu indah untuk disebut luka
dan perih yang kau beri terlalu manis untuk dianggap bisa
sebab kau adalah alasan mengapa aku menjadi dewasa
meski kadang mengenang indahmu menjadi siksa bagi sukma
kau tetap belahan jiwa yang terbelah masa

kau adalah asa yang sempat menjadi ambisi bagi hati
namun logikaku masih bisa mencerna hitam di atas jingga
hingga cinta tak menjadikanku tunanetra

kau adalah bendera yang telah ku perjuangkan
untuk sampai di puncak gunung keikhlasan
dan aku tak akan mengambil kembali tanda kemenangan
yang telah ku jadikan mahar melamar ridho-Nya

2012


Vivi Suryani, seorang putri dari seorang nelayan yang menyukai puisi ini dilahirkan pada 1 Juni 1990 di Pangkalanbatu, sebuah desa di Kabupaten Langkat. Sekarang tinggal bersama orang tua di kota kecil bernama Pangkalanberandan.

085221389641



Tidak ada komentar:

Posting Komentar