Teater tradisional di Indonesia telah ada jauh hari
sebelum jenis ”teater kota” berkembang di bumi Nusantara. Indonesia yang
terdiri atas beragam etnis dan budaya tentu saja menyimpan kekayaan seni
tradisi. Sejak bangsa Eropa belum hadir di bumi Nusantara, seluruh daerah di
Indonesia memiliki bentuk teater tradisi setempat.
|
Bentuk teater tradisional ini saya saksikan pada
perlombaan Pertunjukan Rakyat Media Tradisional yang dilaksanakan Dinas Komunikasi
dan Informatik (Kominfo) Sumatera Utara di Asrama Haji Pangkalan Mansyur Medan,
Kamis 14 Maret 2013. Delapan kelompok peserta memamerkan kebolehannya berolah
peran, ditingkahi musik dan tarian tradisional setempat.
Teater tradisional di Indonesia sangat sejalan
dengan keberadaan budaya setempat. Kehidupan budaya agraris atau pertanian yang
berurusan dengan tanah, air, produksi, kesuburan, kemakmuran, hama, musim
kering, memberikan dasar-dasar estetika berdirinya teater tradisional. Selain
itu, kehidupan yang sangat erat hubungannya dengan siklus alam (musim,
matahari, bintang-bintang) menjadikan dasar pokok estetika kesenian bersifat
religi. Jadilah seni teater sebagai sesuatu yang sangat sakral. Harus dilakukan
secara sungguh-sungguh dengan segala macam serimonialnya.
Pertunjukan teater tradisional pada masa lalu
tidak bisa dilakukan pada sembarang tempat dan waktu. Harus dipertunjukkan atas
suatu maksud dan alasan yang berhubungan dengan sistem kepercayaan yang ada.
Tidak mengherankan, pertunjukan teater tradisional ketika itu tidak dapat
dikemas sesuai kehendak penonton atau kelompok teater tersebut. Setiap jenis
teater tradisional mempunyai ketentuan permainan tertentu. Dalam kata lain,
teater tradisional terikat oleh sistem kepercayaan.
Dengan demikian, untuk mengenal teater
tradisional di Indonesia tidak sesederhana mungkin karena dasar estetikanya
berasal dari sistem kepercayaan yang dianut suatu kelompok masyarakat di
Indonesia. Fungsi pokok teater tradisional, di antaranya sebagai berikut:
1)
memanggil kekuatan
gaib,
2)
menjemput roh-roh
pelindung untuk hadir di tempat pertunjukan,
3)
memanggil roh-roh
baik untuk mengusir roh-roh jahat,
4)
memperingati nenek
moyang dengan mempertontonkan kegagalan maupun kepahlawanannya,
5)
pelengkap upacara
sehubungan dengan tingkat-tingkat hidup seseorang, dan
6)
pelengkap upacara
untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu.
Berdasarkan hal itu, bentuk-bentuk teater
tradisional di bumi Nusantara ini sangat beragam baik penyajian maupun
fungsinya. Secara umum,
teater tradisional memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut:
a)
lakon/ceritanya
tidak tertulis,
b)
media
pengungkapannya berupa dialog, tarian, dan nyanyian,
c)
akting bersifat
spontan,
d)
dialog dilakukan
secara improvisasi,
e)
dalam pertunjukan
selalu terdapat unsur lawakan,
f)
umumnya menyertakan
iringan musik tradisional,
g)
penonton mengikuti
pertunjukan secara akrab dan santai, bahkan dapat berdialog langsung dengan
pemain,
h)
bahasa yang
digunakan adalah bahasa daerah setempat, dan
i)
umumnya menggunakan
tempat pertunjukan terbuka berbentuk arena (dikelilingi) penonton.
Begitulah. ***
|