Minggu, 12 Januari 2014

CORONG : AIDS, Kondom (Sabtu 7 Desember 2013)



Suyadi San

 

K
ONDOM, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah alat kontrasepsi keluarga berencana yang terbuat dari karet. Pemakaiannya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin laki-laki ketika akan bersanggama. Yach, kondom diberlakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, selain dengan alat kontrasepsi lainnya.
Namun, saya begitu terkejut ketika pemerintah kita, melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, nekad memutar-balik penggunaan kondom. Kondom bukan dikampanyekan untuk pelaksanaan Keluarga Berencana atau Keluarga Sejahtera, malah untuk kepentingan lain yang sangat aneh, yaitu untuk mencegah AIDS. Alamak!
Sebagaimana diketahui, pada peringatan Hari AIDS sedunia 1 Desember kemarin, pemerintah membagi-bagikan kondom secara gratis kepada masyarakat. Pembagian kondom ini dalam rangka Pekan Kondom Nasional. Pekan Kondom Nasional digagas Kementrian Kesehatan dan dilaksanakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).
Pekan Kondom Nasional tahun ini resmi dibuka mulai 1-7 Desember 2013 di 12 kota besar Indonesia. Siapapun tahu, kondom berfungsi sebagai alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan. Mungkin lebih tepat jika kondom dikampanyekan untuk menekan lonjakan pertumbuhan penduduk, bersama dengan program pemerintah, Keluarga Berencana (KB).
Karena itu, hakikatnya kondom digunakan mereka yang sudah berkeluarga. Bahkan, kondom tadinya tidak dijual secara bebas. Selain yang sudah berkeluarga, seharusnya tidak dianjurkan memakai kondom apapun alasannya.
Kalau begitu, bagaimana jika pemakaian kondom hanya alasan untuk mencegah AIDS? Uhui, tentu saja hal itu membuka ruang bagi siapapun untuk menggunakannya -tidak terkecuali yang belum menikah-. Di sinilah terbuka peluang seks bebas.
Tak heran, mayoritas orang beranggapan, pembagian kondom dalam Pekan Kondom Nasional justru mengindikasikan kampanye seks bebas. Sebuah ironi saat kondom yang fungsi awalnya sebagai alat kontrasepsi kini diwacanakan sebagai alat untuk menghindari penyebaran virus Aids.
Mungkin Menteri Kesehatan kita tidak melihat dampak dari program tersebut. Atau, mungkin ia sengaja menggiring ke opini menjelang Pemilihan Umum? Jika ini benar, tentu hal itu bukan merupakan kebijakan populer di tengah masyarakat. Hanya merupakan isu murahan yang gampang dibaca publik.
Mengapa? Yach, siapun menduga, ada muatan atau pesan terselubung dari pembagian kondom gratis itu. Pembagian kondom gratis itu seolah-olah mengimbau masyarakat untuk melakukan seks bebas. Pesannya jadi begini : “Silakan seks bebas, tapi gunakan kondom biar tidak kena AIDS”.
Selain itu, pembagian kondom sangat tidak tepat sasaran. Banyak dilakukan di kampus-kampus, yang (seharusnya) mahasiswa masih tidak butuh kondom. Gambar di bis “Pekan Kondom Nasional” juga sangat tidak pantas dilihat. Gambar di bis tersebut menampilkan model kontroversial dengan bagian tubuh yang terbuka dan sangat tidak pantas diperlihatkan secara umum.
Hmm, kita berharap, apapun program pemerintah di dalam menekan angka pengidap AIDS seharusnya tidak bertentangan dengan norma yang berlaku. Meneguhkan moralitas jauh lebih penting daripada membudayakan pemakaian kondom pada masyarakat.
Atau, sebaiknya Pak SBY segera membawa Menteri Kesehatan itu ke psikiater untuk memerikan kondisi kejiwaannya. ***

      

Suyadi San, adalah peneliti di Balai Bahasa Sumatera Utara Kemdikbud dan Litbang Harian Mimbar Umum serta dosen Sastra Indonesia di FBS Unimed, FKIP UMSU, dan UISU. Aktif bersastra dan berteater. Menyelesaikan Magister Sains Antropologi Sosial pada Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.  

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar