Minggu, 12 Januari 2014

Kemah Masyarakat Seni Nusantara (Kamis 2 Januari 2014)



Ajang Kreativitas dan Wisata Budaya Medan
Laporan : Fela Felia Batubara
MONOLOG : Sastrawan Malaysia, Khalid Saleh, memerlihatkan atraksinya dalam pementasan monolog bertajul “Jual Ubat” di gedung utama Taman Budaya Sumatera Utara, Jumat (27/12), dalam Kemah Masyarakat Seni Nusantara (Kemasan). (Mimbar/Fela Felia Batubara)


P
enghujung tahun 2013 menjadi catatan tersendiri bagi kalangan penggiat seni khususnya Sumatera Utara. Yakni, adanya kegiatan Kemah Masyarakat Seni Nusantara (KEMASAN) MEDAN, selama empat hari, 27-30 Desember 2013, di komplek Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan 33 Medan.
Perkemahan ini mempertemukan beragam cabang seni dari berbagai disiplin ilmu yaitu Seni Tari, Musik, Drama, Sastra, dan Film. Kesemuanya berkompetisi menampilkan kreativitas masing-masing sebagai bentuk apresiasi terhadap kebudayaan. Karena seni merupakan bagian dari budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan.
KEMASAN, selain bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dalam berkesenian juga dapat menjadi objek wisata budaya bagi yang menghadiri atau berpartisipasi dalam kegiatan ini. Karena banyak menyuguhkan  keanekaragaman seni dari berbagai disiplin ilmunya.
Terlepas dari peserta atau komunitas yang tergabung dalam KEMASAN, juga banyak masyarakat umum yang antusias menikmati wisata budaya ini. Mereka beramai-ramai menghadiri Taman Budaya Sumatera Utara, sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia kesenian.
Salah satu menjadi tontonan wisata budaya dalam KEMASAN adalah diadakan Lomba Baca Puisi “Bung, Akulah Medan”. Mulai dari pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum menyertakan diri sebagai peserta lomba.
Begitu juga dengan penontonnya, tak kalah bersemangat seperti peserta lomba mengisi bangku-bangku kosong Open Stage TBSU guna menyaksikan pembacaan puisi dari puluhan peserta yang memukau dan memiliki cirri khas masing-masing.
Tak kalah memukau dari seni teater di hari pertama KEMASAN. Sebuah pementasan berjudul ‘Trombol’ oleh Teater LKK Unimed, berhasil memanjakan penikmat drama atau teater yang berlangsung pada sore hari di Gedung Utama TBSU.
            Berlanjut masih di tempat yang sama, usai pementasan Teater LKK unimed, seorang Seniman yang berasal dari negeri jiran Malaysia menampilkan sebuah Monolog ‘Tukang Ubat’. Dia adalah Khalid Shaleh. Membuat penonton yang hadir terkesima akan penampilannya yang penuh totalitas dalam berkesenian.
Tidak hanya itu, KEMASAN ini selain memberikan ruang objek wisata kepada siapa saja yang menghadiri juga memberikan kebebasan kepada komunitas seni untuk berkarya di atas panggung apresiasi. Antara lain, seperti Teater Generasi Medan yang menampilkan sebuah Dramatisasi Puisi WS. Rendra ‘Pesan Pencopet Kepada Pacarnya’.
Orang-orang yang tergabung dalam kegiatan ini, disebutkan sebagai masyarakat seni yang harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap dunia kesenian yang erat dengan unsure estetika tersebut. Baik itu Tari, Teater, Sastra, Musik dan Film, semua berbaur dengan keindahan. Begitupula dengan masyarakat seninya, agar dapat melestarikannya dengan keindahan pula.
 Kegiatan yang diadakan Seniman Medan ini, diikuti oleh peserta-peserta dari berbagai Komunitas yang ada Sumatera Utara, bahkan dari luar provinsi juga turut menghadiri seperti dari Kualasimpang, Aceh.
Komunitas yang berasal dari Sumatera Utara antara lain, KOMPAK, LABSAS, TEATER GENERASI MEDAN, TEATER LKK UNIMED, TRITEK, KUAS PANCABUDI, TEMUGA, dan LKSM IAIN.
Seluruh peserta perkemahan menjadi satu dalam setiap agenda yang diadakan panitia KEMASAN, mulai dari, Diskusi atau Seminar, Workshop dan berkarya dalam Panggung Apresiasi.
Diskusi atau Seminar diadakan pagi hari, membahas tentang Seni Kontemporer selama dua hari Sabtu dan Minggu. Pada segmen ini, pembicara yang dihadirkan seperti Raudah Jambak, Afrion, Indra Teruna, dan Suyadi San. Peserta diberi kebebasan untuk mendefinisikan arti dari kontemporer, lalu mendiskusikan semua yang berkaitan dengan Seni Kontemporer. 
Pelaksanaan Workshop pada siang hingga sore hari, setiap Komunitas mengirim utusan untuk mengikuti masing-masing workshop, Tari, Teater, Sastra, Musik dan Film. Dalam workshop ini, peserta dibekali oleh pemateri yang berkompeten dibidangnya. Karena hasil workshop akan ditampilkan dalam panggung apresiasi pada malam harinya.
            Dan panggung apresiasi dipertunjukkan pada malam hari, di Gedung Utama, Gedung Tari ataupun Open Stage. Peserta yang telah berlatih dalam workshop tersebut, dengan maksimal menampilkan yang terbaik.
            Contohnya pada salah satu Workshop, yaitu Workshop Sastra yang dibekali oleh Hasan Al Banna yang sudah tidak asing lagi sebagai penulis di Sumatera Utara bahkan di tingkat Nasional. Peserta wokshop ini menampilkan sebuah karya kreatif, dramatisasi puisi ‘Desember, Menanti Kepulangan di Stasiun Kereta’. Puisi ini, larik-lariknya disusun para peserta workshop tentang apa yang dirasakan selama bulan Desember.
 Dapat disimpulkan bahwa perkemahan ini bisa menjadi sebuah objek wisata budaya, karena banyak menampilkan keanekaragaman seni. Selain itu juga dapat sebagai media pembelajaran bagi masyarakat seni itu sendiri. ***


Reporter tamu ini adalah mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas Islam Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar