Ajang Kreativitas dan Wisata Budaya Medan
Laporan : Fela Felia Batubara
P
|
enghujung tahun 2013 menjadi catatan tersendiri bagi kalangan penggiat seni
khususnya Sumatera Utara. Yakni, adanya kegiatan Kemah Masyarakat Seni Nusantara
(KEMASAN) MEDAN, selama empat hari, 27-30 Desember 2013, di komplek Taman
Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan 33 Medan.
Perkemahan ini mempertemukan beragam cabang
seni dari berbagai disiplin ilmu yaitu Seni Tari, Musik, Drama, Sastra, dan Film.
Kesemuanya berkompetisi menampilkan kreativitas masing-masing sebagai bentuk
apresiasi terhadap kebudayaan. Karena seni merupakan bagian dari budaya yang
harus dikembangkan dan dilestarikan.
KEMASAN, selain bertujuan untuk mengembangkan
kreativitas dalam berkesenian juga dapat menjadi objek wisata budaya bagi yang
menghadiri atau berpartisipasi dalam kegiatan ini. Karena banyak
menyuguhkan keanekaragaman seni dari
berbagai disiplin ilmunya.
Terlepas dari peserta atau komunitas yang tergabung
dalam KEMASAN, juga banyak masyarakat umum yang antusias menikmati wisata
budaya ini. Mereka beramai-ramai menghadiri Taman Budaya Sumatera Utara, sebagai
bentuk kepedulian terhadap dunia kesenian.
Salah satu menjadi tontonan wisata budaya dalam
KEMASAN adalah diadakan Lomba Baca Puisi “Bung, Akulah Medan”. Mulai dari
pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum menyertakan diri sebagai peserta lomba.
Begitu juga dengan penontonnya, tak kalah
bersemangat seperti peserta lomba mengisi bangku-bangku kosong Open Stage TBSU
guna menyaksikan pembacaan puisi dari puluhan peserta yang memukau dan memiliki
cirri khas masing-masing.
Tak kalah memukau dari seni teater di hari
pertama KEMASAN. Sebuah pementasan berjudul ‘Trombol’ oleh Teater LKK Unimed,
berhasil memanjakan penikmat drama atau teater yang berlangsung pada sore hari
di Gedung Utama TBSU.
Berlanjut
masih di tempat yang sama, usai pementasan Teater LKK unimed, seorang Seniman
yang berasal dari negeri jiran Malaysia menampilkan sebuah Monolog ‘Tukang Ubat’.
Dia adalah Khalid Shaleh. Membuat penonton yang hadir terkesima akan
penampilannya yang penuh totalitas dalam berkesenian.
Tidak hanya itu, KEMASAN ini selain memberikan
ruang objek wisata kepada siapa saja yang menghadiri juga memberikan kebebasan
kepada komunitas seni untuk berkarya di atas panggung apresiasi. Antara lain,
seperti Teater Generasi Medan yang menampilkan sebuah Dramatisasi Puisi WS.
Rendra ‘Pesan Pencopet Kepada Pacarnya’.
Orang-orang yang tergabung dalam kegiatan ini,
disebutkan sebagai masyarakat seni yang harus sepenuhnya bertanggung jawab
terhadap dunia kesenian yang erat dengan unsure estetika tersebut. Baik itu
Tari, Teater, Sastra, Musik dan Film, semua berbaur dengan keindahan.
Begitupula dengan masyarakat seninya, agar dapat melestarikannya dengan
keindahan pula.
Kegiatan yang diadakan Seniman Medan ini,
diikuti oleh peserta-peserta dari berbagai Komunitas yang ada Sumatera Utara,
bahkan dari luar provinsi juga turut menghadiri seperti dari Kualasimpang, Aceh.
Komunitas yang berasal dari
Sumatera Utara antara lain, KOMPAK, LABSAS, TEATER GENERASI MEDAN, TEATER LKK
UNIMED, TRITEK, KUAS PANCABUDI, TEMUGA, dan LKSM IAIN.
Seluruh peserta perkemahan menjadi
satu dalam setiap agenda yang diadakan panitia KEMASAN, mulai dari, Diskusi atau
Seminar, Workshop dan berkarya dalam Panggung Apresiasi.
Diskusi atau Seminar diadakan pagi
hari, membahas tentang Seni Kontemporer selama dua hari Sabtu dan Minggu. Pada segmen
ini, pembicara yang dihadirkan seperti Raudah Jambak, Afrion, Indra Teruna, dan
Suyadi San. Peserta diberi kebebasan untuk mendefinisikan arti dari
kontemporer, lalu mendiskusikan semua yang berkaitan dengan Seni Kontemporer.
Pelaksanaan Workshop pada siang
hingga sore hari, setiap Komunitas mengirim utusan untuk mengikuti masing-masing
workshop, Tari, Teater, Sastra,
Musik dan Film. Dalam workshop ini, peserta dibekali oleh pemateri yang
berkompeten dibidangnya. Karena hasil workshop akan ditampilkan dalam panggung
apresiasi pada malam harinya.
Dan panggung apresiasi
dipertunjukkan pada malam hari, di Gedung Utama, Gedung Tari ataupun Open
Stage. Peserta yang telah berlatih dalam workshop tersebut, dengan maksimal
menampilkan yang terbaik.
Contohnya pada salah
satu Workshop, yaitu Workshop Sastra yang dibekali oleh Hasan Al Banna yang
sudah tidak asing lagi sebagai penulis di Sumatera Utara bahkan di tingkat
Nasional. Peserta wokshop ini menampilkan sebuah karya kreatif, dramatisasi
puisi ‘Desember, Menanti Kepulangan di Stasiun Kereta’. Puisi ini,
larik-lariknya disusun para peserta workshop tentang apa yang dirasakan selama
bulan Desember.
Dapat disimpulkan bahwa perkemahan ini bisa
menjadi sebuah objek wisata budaya, karena banyak menampilkan keanekaragaman
seni. Selain itu juga dapat sebagai media pembelajaran bagi masyarakat seni itu
sendiri. ***
Reporter tamu ini
adalah mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas Islam Sumatera
Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar