N
|
ama
Danau Linting, belakangan
ini ramai dibicarakan para pecinta alam maupun kalangan masyarakat khususnya di
Sumatera Utara. Objek
wisata yang belum lama terkenal dan tersentuh perhatian pemerintah setempat ini berada di wilayah
Kabupaten Deliserdang,
Sumatera Utara.
Keindahan panorama alam ini sangat
berbeda dibandingkan danau-danau lain yang banyak kita jumpai. Hamparan air
yang tergenang tenang, dan deretan pepohon
rindang yang hijau mengelilingi permukaan danau sehingga menambah keasriannya.
Ketika melihat secara langsung
panorama ini, setiap mata memandangnnya bagaikan melihat sebuah lukisan alam.
Mata akan dimanjakan dengan tampilan airnya yang penuh kelembutan, berwarna hijau
kebiruan bersatu padu
dengan warna langit dan sang surya yang cerah. Tenang, alami dan menakjubkan.
Airnya berbeda dengan Danau Toba,
Danau Linting merupakan danau vulkanik. Memiliki air yang selalu hangat atau
panas karena mengandung belerang yang sangat bermanfaat untuk kesehatan kulit.
Persamaannya dengan
Danau Toba adalah sama-sama belum diketahui berapa kedalaman air danau ini yang masih
misterius.
Meskipun belum sepopuler Danau Toba
sebagai danau terluas di Indonesia dan menjadi icon wisata Sumatera Utara lengkap
dengan legendanya yang terkenal, tetapi keberadaan Danau Linting pun telah
menjadi sebuah pilihan bagi wisatawan atau pecinta alam untuk menikmati objek
wisata alam itu.
Sama halnya dengan danau atau tempat
wisata lain yang memiliki cerita atau legenda yang dipercaya penduduk setempat
sebagai pelajaran moral, begitu pula dengan danau linting juga mempunyai cerita
dibalik tampilannya yang memesona.
Konon katanya, sebelum tercipta
danau ini merupakan persawahan. Danau Linting ini memiliki dongeng yang
bercerita tentang balas budi kepada orang tua. Orang tua yang dimaksud
merupakan seorang nenek yang memiliki tiga orang cucu yang tinggal diujung
desa.
Sekelompok masyarakat mengadakan
pesta. Pesta yang besar dan meriah sebagi perwujudan rasa syukur pada harta dan hasil alam yang
melimpah. Kabar adanya pesta besar-besaran telah tersebar, bahwa akan
disembelih kerbau dan ayam. Makanan enak disediakan sebanyak-banyaknya. Pesta pun digelar di tengah sawah.
Nenek yang tua renta tersebut sangat
ingin menghadiri pesta, berharap dapat mencicipi makanan enak, tetapi fisiknya tak
mendukung untuk mampu berjalan ke tempat pesta. Untuk itu, ia mengutus ketiga
cucunya agar datang ke pesta dan
membawakannya makanan.
Maka, berangkatlah ketiga cucu ini ke pesta. Mereka bersuka
cita menikmati aneka hidangan. Sesaat mereka teringat kepada neneknya
yang ingin dibawakan makanan. Mereka pun membuat tiga bungkusan, masing-masing satu
bungkusan untuk si nenek.
Tetapi, rupanya rasa rakus menguasai
ketiga cucu ini. Belum
jauh berjalan mereka sudah merasa lapar dan tergoda memakan bungkusan untuk
neneknya. Mereka melupakan nenek yang sangat mendambakan daging dan ayam. Tak
kekurangan akal, ketiga cucu memasukkan kembali sisa-sisa tulang ke dalam
bungkusan makanan. Berharap penglihatan nenek tak bagus lagi, pikir mereka.
Sesampainya di rumah, ketiga cucu
ini langsung memberi bungkusan, nenek pun menerimanya dengan senang. Sebelum si
nenek menyantapnya, ketiga cucu ini pamit kembali ke pesta. Mereka pergi dan
nenek siap menyantap sendirian di rumah.
Saat mulai mencari lauk, nenek
terperanjat. Ia hanya mendapati tulang-belulang dan makanan sisa. Hatinya remuk
redam,
terbakar amarah dan kecewa. Dengan geram,
ia pun mengutuk, “Malonglong...malonglonggg!” si nenek mengutuk cucu-cucu dan
pesta itu.
Dalam bahasa setempat malonglong berarti hancur, runtuh, dan berhamburan
membentuk pusara. Kutukan si nenek berwujud, permukaan tanah luluh. Pesta
musnah dan terbentuklah Danau Linting.
Selain itu, di lingkungan Danau
Linting ini juga terdapat goa. Dua buah goa yang disebut dengan Goa Perak dan
Goa Emas. Goa ini juga tidak kalah menarik perhatian wisatawan yang
mengunjunginya. Bahkan,
di antara
mereka memberanikan diri untuk memasuki goa tersebut, meskipun keluar dari goa
itu kaki pengunjung dilumuri lumpur.
Hingga kini, Danau Linting sangat terlihat
eksotis dan memesona,
tetapi sayang sekali sepertinya pemerintah setempat kurang mempromosikan dan akses
kendaraan menuju daerah wisata ini belum mudah terjangkau meskipun jalannya
beraspal baik, butuh waktu satu setengah sampai dua jam dari kota Medan untuk
menempuh perjalanan ke sana.
Jika dari kota Medan berjarak
sekitar 50 kilometer, wisatawan dapat menempuh jalur melalui Simpang Terminal Amplas–Kecamatan
Patumbak–Desa Talun Kenas–Desa Siguci–Desa Kuta Jurung–Desa Sibunga-bunga
Hilir. Danau Linting terletak di atas pebukitan desa Sibunga-bunga Hilir,
inilah rute perjalanan menuju ikon wisata
yang terdapat di Kabupaten Deliserdang
tersebut. *** (Fela Felia Batubara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar