Minggu, 12 Januari 2014

Danau Linting Eksotis dan Memesona (Kamis 5 Desember 2013)






N
ama Danau Linting, belakangan ini ramai dibicarakan para pecinta alam maupun kalangan masyarakat khususnya di Sumatera Utara. Objek wisata yang belum lama terkenal dan tersentuh perhatian pemerintah setempat ini berada di wilayah Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
            Keindahan panorama alam ini sangat berbeda dibandingkan danau-danau lain yang banyak kita jumpai. Hamparan air yang tergenang tenang, dan deretan pepohon rindang yang hijau mengelilingi permukaan danau sehingga menambah keasriannya.
            Ketika melihat secara langsung panorama ini, setiap mata memandangnnya bagaikan melihat sebuah lukisan alam. Mata akan dimanjakan dengan tampilan airnya yang penuh kelembutan, berwarna hijau kebiruan bersatu padu dengan warna langit dan sang surya yang cerah. Tenang, alami dan menakjubkan.
            Airnya berbeda dengan Danau Toba, Danau Linting merupakan danau vulkanik. Memiliki air yang selalu hangat atau panas karena mengandung belerang yang sangat bermanfaat untuk kesehatan kulit. Persamaannya dengan Danau Toba adalah sama-sama belum diketahui berapa kedalaman air danau ini yang masih misterius.
            Meskipun belum sepopuler Danau Toba sebagai danau terluas di Indonesia dan menjadi icon wisata Sumatera Utara lengkap dengan legendanya yang terkenal, tetapi keberadaan Danau Linting pun telah menjadi sebuah pilihan bagi wisatawan atau pecinta alam untuk menikmati objek wisata alam itu.
            Sama halnya dengan danau atau tempat wisata lain yang memiliki cerita atau legenda yang dipercaya penduduk setempat sebagai pelajaran moral, begitu pula dengan danau linting juga mempunyai cerita dibalik tampilannya yang memesona.
            Konon katanya, sebelum tercipta danau ini merupakan persawahan. Danau Linting ini memiliki dongeng yang bercerita tentang balas budi kepada orang tua. Orang tua yang dimaksud merupakan seorang nenek yang memiliki tiga orang cucu yang tinggal diujung desa.
            Sekelompok masyarakat mengadakan pesta. Pesta yang besar dan meriah sebagi perwujudan rasa syukur pada harta dan hasil alam yang melimpah. Kabar adanya pesta besar-besaran telah tersebar, bahwa akan disembelih kerbau dan ayam. Makanan enak disediakan sebanyak-banyaknya. Pesta pun digelar di tengah sawah.
            Nenek yang tua renta tersebut sangat ingin menghadiri pesta, berharap dapat mencicipi makanan enak, tetapi fisiknya tak mendukung untuk mampu berjalan ke tempat pesta. Untuk itu, ia mengutus ketiga cucunya agar datang ke pesta dan membawakannya makanan.
            Maka, berangkatlah ketiga cucu ini ke pesta. Mereka bersuka cita menikmati aneka hidangan. Sesaat mereka teringat kepada neneknya yang ingin dibawakan makanan. Mereka pun membuat tiga bungkusan, masing-masing satu bungkusan untuk si nenek.
            Tetapi, rupanya rasa rakus menguasai ketiga cucu ini. Belum jauh berjalan mereka sudah merasa lapar dan tergoda memakan bungkusan untuk neneknya. Mereka melupakan nenek yang sangat mendambakan daging dan ayam. Tak kekurangan akal, ketiga cucu memasukkan kembali sisa-sisa tulang ke dalam bungkusan makanan. Berharap penglihatan nenek tak bagus lagi, pikir mereka.
            Sesampainya di rumah, ketiga cucu ini langsung memberi bungkusan, nenek pun menerimanya dengan senang. Sebelum si nenek menyantapnya, ketiga cucu ini pamit kembali ke pesta. Mereka pergi dan nenek siap menyantap sendirian di rumah.
            Saat mulai mencari lauk, nenek terperanjat. Ia hanya mendapati tulang-belulang dan makanan sisa. Hatinya remuk redam, terbakar amarah dan kecewa. Dengan geram, ia pun mengutuk, “Malonglong...malonglonggg!” si nenek mengutuk cucu-cucu dan pesta itu.
            Dalam bahasa setempat malonglong berarti hancur, runtuh, dan berhamburan membentuk pusara. Kutukan si nenek berwujud, permukaan tanah luluh. Pesta musnah dan terbentuklah Danau Linting.
            Selain itu, di lingkungan Danau Linting ini juga terdapat goa. Dua buah goa yang disebut dengan Goa Perak dan Goa Emas. Goa ini juga tidak kalah menarik perhatian wisatawan yang mengunjunginya. Bahkan, di antara mereka memberanikan diri untuk memasuki goa tersebut, meskipun keluar dari goa itu kaki pengunjung dilumuri lumpur.
            Hingga kini, Danau Linting sangat terlihat eksotis dan memesona, tetapi sayang sekali sepertinya pemerintah setempat kurang mempromosikan dan akses kendaraan menuju daerah wisata ini belum mudah terjangkau meskipun jalannya beraspal baik, butuh waktu satu setengah sampai dua jam dari kota Medan untuk menempuh perjalanan ke sana.
            Jika dari kota Medan berjarak sekitar 50 kilometer, wisatawan dapat menempuh jalur melalui Simpang Terminal Amplas–Kecamatan Patumbak–Desa Talun Kenas–Desa Siguci–Desa Kuta Jurung–Desa Sibunga-bunga Hilir. Danau Linting terletak di atas pebukitan desa Sibunga-bunga Hilir, inilah rute perjalanan menuju ikon wisata yang terdapat di Kabupaten Deliserdang tersebut. *** (Fela Felia Batubara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar