MISTERI
BAHASA
BERTEORI tentang asal usul dan masalah bahasa, sangat
spekulatif. Ia penuh dengan misteri. Ia seperti udara, dirasa perlu jika
terkena polusi. Kalau sudah begini, orang pun berdebat mengenai kepentingannya.
Tidak heran, semua orang pasti membutuhkannya.
Karena sifatnya yang penuh spekulatif dan misteri,
maka teori mengenai asal-usul bahasa telah berkembang sedemikian rupa, sejak
dari yang bersifat ilmiah, ideologis-rasialis, sampai bernada mitos dan main-main
(2004: 35). Secara garis besar, terdapat tiga teori mengenai hal ini, yaitu
teologis, naturalis, dan konvensionalis.
Pendukung aliran teologis mengatakan, manusia bisa berbahasa karena anugerah Tuhan,
yang pada awalnya diajarkan pada Adam, nenek moyang seluruh manusia. Pendapat
ini biasanya dicarikan pembenarannya dari cerita Bibel atau Al-Quran mengenai
kehidupan Adam di surga dan dialognya dengan Tuhan.
Teori kedua, naturalis,
beranggapan bahwa kemampuan manusia berbahasa merupakan bawaan alam, sebagaimana
kemampuan melihat, mendengar maupun berjalan. Contohnya, bangsa Mesir yang
merasa peradaban mereka paling tua di dunia berpandangan bahwa bahasa Phrygian
adalah bahasa tertua.
Legenda ini bersumber pada sebuah cerita mengenai
Psammatichus, Raja Mesir Kuno yang memerintah sekitar 600 SM melakukan
eksperimentasi terhadap dua bayi yang baru saja lahir. Dua bayi tersebut
dititipkan kepada seorang pengasuh, dengan syarat, harus dijaga baik-baik,
tetapi tidak boleh diajak bicara sepatah kata pun. Alasannya, raja ingin tahu
ucapan apa yang keluar pertama kali dari seorang bayi yang tidak mengenal
pengajaran bahasa.
Begitulah hingga suatu saat satu di antara dua
bayi itu mengucapkan kata “bekos”
yang ternyata dalam bahasa Phrygian berarti roti.
Sejak saat itu, Raja Psammatichus membuat maklumat bahwa bahasa alami yang
paling tua adalah bahasa Phrygian.
Teori serupa diperkenalkan Max Muller (1883-1900)
dan Johan Gotfried Von Herder (1722). Muller memopulerkan teori ding-dong. Ia berpandangan, pada awalnya
bahasa muncul secara alamiah, secara spontan ketika mendengar suara-suara alam.
Disebut teori ding-dong, karena
getaran suara yang ditangkap oleh indera telinga bagaikan pukulan pada bel,
sehingga melahirkan bunyi yang kemudian diteruskan oleh mulut.
Gottfried memperkuat teori naturalis dengan
menganalogkan dorongan berbahasa bagi manusia dengan janin atau embrio bayi
dalam kandungan ibu yang senantiasa mempunyai dorongan alami untuk keluar. Pada
umur tertentu, janin dalam perut ibu memiliki kehendak dan kekuatan untuk
keluar. Begitu pula halnya dengan dorongan berbahasa.
Teori ketiga, konvensionalis,
berpandangan bahwa bahasa pada awalnya muncul sebagai produk sosial. Ia
merupakan hasil konvensi sosial yang disepakati dan kemudian dilestarikan
bersama-sama secara turun-temurun.
Karena bahasa adalah hasil konvensi, maka setiap
masyarakat atau bangsa memiliki bahasa tersendiri dan bahkan bisa menciptakan
bahasa yang baru. Ibarat pohon dalam taman, bahasa selalu berkembang, sekalipun
ada pula yang kering dan lama-lama mati.
Pembahasan mengenai kompleksitas dan misteri
bahasa ini juga diperkaya oleh kalangan ahli neurolinguistik, sebuah kajian
ilmiah yang meneliti asal-usul bahasa dari segi jaringan saraf otak. Menurut
kajian ini, otak manusia terbagi dua: otak belahan kiri dan otak belahan kanan.
Ungkapan verbal, analitis, repetitif, dan imitiatif adalah produk otak sebelah
kiri, sedangkan berpikir dan berbahasa puitis, imajinatif, komprehensif, dan
kontemplatif pekerjaan otak sebelah kanan.
Demikianlah berbagai teori mengenai asal-usul
bahasa dari berbagai pandangan. Kemisterian akan terjadi kalau kita mau
menengok asal-usul bahasa kita. Lihat saja, bagaimana bangsa Mesir yang merasa
bahwa Phrygian sebagai bahasa yang paling tua, maka orang India pun berkeyakinan
bahwa bahasa yang diajarkan Tuhan pertama kali adalah bahasa Hindi.
Begitu juga orang Cina mengklaim bahwa bahasa
Cina merupakan bahasa tertua yang
diajarkan Tuhan. Sementara orang muslim Arab memercayai bahwa Tuhan akan
mengadili manusia di akhirat dengan bahasa Arab, karena wahyu Al-Quran yang
merupakan kalam Tuhan adalah berbahasa Arab. Bagaimana dengan Indonesia? Misteri! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar