Laporan : Ismayuni Iswara
I
|
ngat bubur merah-putih? Biasanya,
santapan ini dihidangkan dalam acara-acara
tertentu, seperti pada saat memberi nama seorang bayi atau mengganti nama seseorang, perayaan 10
Muharam atau dikenal dengan ‘Asyura, dan saat
mendirikan rumah.
Kuliner khas Bandung, Jawa Barat
ini lebih dikenal dengan sebutan ”bubur beureum” dan “bubur bodas”. Masyarakat setempat
sering melakukan tradisi Sunda Priangan sebagai tradisi ngabubur beureum jeung ngabubur bodas. Artinya, hidangan bubur merah dan
bubur putih.
Bubur merah sebagai tanda
berani dan bubur putih sebagai tanda kesucian.
Julita Dewi (38) menjelaskan
tentang bahan-bahan yang digunakan dalam kuliner
tradisional satu ini dan cara pembuatannya.
“Beras
putih, santan cair dan santan kental, daun
pandan, garam, gula merah. Cara pembuatannya : masak beras menjadi bubur secara
bersamaan masukkan daun pandan dan garam, aduk dengan merata lalu masukkan
santap cair dan kembali aduk tanpa henti hingga tanak, lalu angkat,”
ujarnya saat dijumpai di rumahnya, Jalan
Permai Gang Indah, Medan
Perjuangan.
Selanjutnya,
pisahkan bubur menjadi dua bagian. Satu bagian untuk bubur putih, masak
kembali, campurkan dengan santan kental. Sedangkan satunya lagi untuk bubur
merah, jerang, masukkan gula merah yang sudah dicairkan sekaligus santan
kental, aduk menjadi satu dan merata.
“Sediakan
piring dan kombinasikan antara bubur merah dan bubur putih sesuai selera. Lebih
nikmat lagi jika disajikan selagi hangat,” saran
ibu beranak dua ini.
Sederhana bukan! Bahkan Anda
dapat mengolahnya sendiri di rumah.
Santapan satu ini begitu populer di daerah
pedesaan yang masih menjaga adat-istiadat
dari leluhurnya. Namun di daerah
perkotaan sulit sekali kita jumpai, kecuali
ada event besar, seperti penjual dadakan di sore
hari pada bulan Ramadan, acara bazar kuliner yang
diadakan oleh pemerintah, dan sebagainya.
Tetapi sebenarnya, bubur ini memiliki
warna yang tidak merah, akan tepatnya lebih cenderung berwarna cokelat muda.
Mungkin bubur ini dinamai demikian karena cara membuatnya
menggunakan gula merah sebagai bahan pemanis sekaligus membuat bubur ini
menjadi berwarna. Dengan keunikannya ini, bubur merah menjadi santapan kuliner
untuk acara-acara tertentu tadi.
Khasiat sendiri dari hidangan ini
berupa kandungan vitamin B1 dan mineral lebih tinggi dari pada beras putih, Mengandung
lebih banyak magnesium, yang sangat baik untuk kesehatan kardiovaskular
(jantung), Kaya akan fiber dan asam lemak.
Kandungan fibernya yang tinggi
dapat mencegah sembelit, sehingga memperlancar
pencernaan. Sedangkan kandungan fiber yang tinggi juga membuat Anda
lebih kenyang, tidak mudah lapar,
dan kaya akan asam amino.
Gula Jawa
atau gula merah mengandung nutrisi seperti: Thiamine, Riboflavin, Nicotinic
Acid, Ascorbic Acid, protein dan vitamin C, dapat digunakan untuk terapi asma,
kurang darah/anemia, lepra/kusta, dan mempercepat pertumbuhan anak. Bagus
untuk mengobati batuk demam, bagus utuk makanan awal bagi orang yang terkena
penyakit typhus, mengurangi panas pankreas, menguatkan jantung, membantu
pertumbuhan gigi kuat, serta mempunyai khasiat seperti madu.
Banyak orang yang menganggap
sepele akan khasiat dari santapan ini. Umumnya
sekarang masyarakat lebih menyukai makanan yang penuh lemak dan kolesterol
seperti junkfood, makanan cepat saji, atau makanan dari negara lain yang
membuat mereka merasa lebih nge-trend
dengan memakan makanan dari luar, yang sebenarnya akan menimbulkan penyakit di dirinya.
Inilah bangsa kita yang sedang
terpuruk oleh pengaruh asing dan melupakan tradisional bangsa sendiri.
Menurunnya, moral bangsa menyebabkan rasa
nasionalisme masyarakat menipis. Sehingga, kini
tradisi ngabubur beureum jeung ngabubur
bodas diambil
alih oleh media lain, yang belum tentu memiliki efektivitas yang sama. Membuat
tradisi ini mulai nyaris memudar di kalangan pemakainya. ***
Reporter tamu
ini adalah mahasiswa bahasa dan sastra Indonesua Universitas Muslim Nusantara
Alwashliyah Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar