Minggu, 12 Januari 2014

GELANGGANG SAJAK : Syafrizal Sahrun (Sabtu 14 Desember 2013)



DETIK YANG ERAT BERJABAT
Kepada Nura

sepuluh bulan lalu
aku datang mengetuk
segenggam kubawa
pada hati yang meronta

sebelum tengah malam
aku hampiri kau
segenggam itu kutawarkan
aku pun merunduk pulang

jangan tanya mengapa
karena kau tahu sebab mengapa

lewat tengah malam
aku dengar kabar kau terima tawaranku berlayar
adakah tanda tanya dibalik bahagia
jika itu kutemu tanpa sia

30 hari lalu resmi kau peluk aku
dan aku genggam erat jemarimu
kitapun ranum pada tangkai yang menjulang

DI DEPAN CERMIN

Di depan cermin
Sesali itu bersendawa

Di depan cermin
Kau mengupat dan menggugat

Di depan cermin
Kau remuk foto impian
Lalu kau inginkan waktu hanya sekian

Kau ingin melangkah menuju pintu
Tapi kakimu tak mampu

Kau mencoba menuju jendela
Tapi jendela telah menjelma tirai batu

Oh, rindu yang kelu tak jua lalu
Oh, rindu yang lalu kini jadi belenggu

Dalam senyapmu
Angin asing masuk dari lubang pintu
Pelanpelan lalu menyergap
Memekapmu dan akhirnya memaksa
Untuk katakan tidak
Tidak untuk yang tidak

Dan di depan cermin
Kau angkat muka
Kau busungkan dada
Lalu cermin itu memantulkan rupa
Yang kau rindu saban masa

Percut, 27 April 2012


MERIANG

dingin kaku tubuh siapa
matanya malam tak kerdip syarat petanda
bersimpuh tangan baring turun dari dada
seolah anak tak pandai baca
dadanya liang pohon kamboja
pelindung terik, penangkis hujan
sedangkan bunga teman bersenda
ada tangis
ada senda
lantas inikah kepergian
atau sekedar awal kedatangan

Percut, 2012
KAKTUS UISU

YANG TAK TERDEKAP

kerut keningmu terpajang jelas di beranda
bau tubuhmu terasa asing bagi mereka yang bersepatu kulit buaya
aku begitu dengki bila mengupatmu
tapi kedengkian menjadi hidangan pemuas
yang di pasarkan bebas di alam raya
mereka suka membelinya, yang dibungkus bagai merica
lalu memasaknya dengan segala tatap di atas api ketidakmampauan

kulitmu laksana dedaun yang rebah di halaman
tak tersapu lagi
tapi aku tahu, di baliknya tersimpan tekat
laksana kayu laut yang terpancang di tepian

rambutmu yang tak terkibas angin
bibirmu yang tak mampu mengisaratkan hujan malam tadi
menjadi karakter manusia yang luput dari mata
tapi takkan mampu tepis dari rasa.

Percut, 2012

SEPENGGAL CERITA TENTANG KAU

Kau bagai kota yang ditinggal para penduduknya
Tak ada isyarat gemerlap
Sebongkah prahara menjadi panorama

Kau bagai laman yang rahimnya kerontang
hingga rumputpun enggan berkerling mata

kau bagai sepotong roti
yang tak lahirkan birahi
lapar bukan pacar dari adamu

kini tubuhmu serupa hujan
yang lupa musim pulang

Percut, 2012

JEJAK

jejakjejakku masuk dalam jejakjejakmu
dan merupa

rupa yang merupa dalam rupaku
lalu tersipu

mengapa kau pukauku dalam pukaumu
mengapa

yang kutahu kita masih begitu basah
tapi mengapa menyala

kini kukian memahami artimu akanku
begitu jauh dan nyata
yakinlah !

2012

YANG TAK TERDEKAP

dari dindingdinding kaca tersamar air mata
aku tak faham milik siapa
ah, mungkin aku mabuk karena seloki wisky dari saku kemeja
kusapu wajahku, kiranya ini bukan mimpi yang hadir mendahului tidur
kembali dinding-dinding kaca jadi dermaga
mataku tak yakin itu nyata atau sekedar fatamorgana, embun telah melekat di sana
rembulan tak lagi merona, malam dan tentaranyapun telah berjaga
tapi air mata itu tetap membayang dan menguras tenaga
aku kembali mengusap-usap muka
adakah aku mabuk hanya karena seloki wisky dari saku kemeja
sedangkan air mata itu adakah nyata
lantas milik siapa

Percut, 2012

Syafrizal Sahrun. Lahir di Desa Percut/04 November1986. Beralamat di Jl. H.M. Harun No.163 Dusun II Desa Percut Kec. Percut Sei Tuan  Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara – 20371. Aktif menulis puisi dan esai sastra di beberapa Koran lokal : Analisa, Mimbar Umum, Medan Bisnis dan Wapada. Puisi saya juga dimuat dalam Antologi Suara Peri dan Mimpi, Antologi Cahaya dan Tarian Angin (Laboratorium Sastra). Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UISU, sekarang tengah menjalani Program S2 di Pascasarjana UMN. Bekerja sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Bergiat di Komunitas Insan Sastra Indonesia, KAKTUS UISU dan Komunitas Home Poetry.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar