Jumat, 01 Februari 2013

GELANGGANG SAJAK : Nihayah Rambe, Siti Chadiza, Leny (Sabtu, 31 Desember 2011)



Nihayah Rambe :
BUDAK PENA


aku, tidak berjemur terik matahari
bersama batu, besi yang siap berdiri
aku, bukan menyendiri di dapur sepi
sebagai penyaji pasangan suami istri
aku bukan pula dihina dan dimaki seperti zaman nabi
aku manusia yang punya harga diri

aku memang budak
namun aku siap berteriak
lewat pena lepas berbagi kebenaran
menuntut keadilan
bercerita
kejujuran

aku budak pena
yang berikrar setia
tuk muliakan negeri dan agama.

FLP Medan Feb 2007



Siti Chadizah : 
HATI YANG PEDIH


Hari itu seakan mimpi
Mimpi buruk yang menghampiri
Yang tiada pernah berhenti
Yang membawa luka di hati

        Jerit,tangis memenuhi bumi ini
        Ketika bencana menghampiri
       Tsunami bahkan gempa bumi
       Seakan datang silih berganti

Puluhan,ratusan,bahkan ribuan nyawa
Terenggut oleh bencana
Bencana yang tidak mengenal cinta
Yang terjadi akibat ulah manusia

       Bencana...oh...bencana
       Apakah kau tidak measa
       Banyak anak kehilangan orangtuanya
       Orangtua kehilangan anak-anaknya

Oh,Tuhanku...
Ampunilah dosa-dosaku
Dan saudara-saudaraku
Yang terlebih dahulu menghadapmu



Leny :
PECINTA NEGERIKU


Telah gugur semangat
Tangis bak sungai Deli
Senyum membangkai
Sinaran mata redup
Tangan tak sanggup berjabat
Kaki lumpuh merapuh
Tubuh kurus mengering
Rambut bak benang kusut
Kening mengerut hati ciut
Karena kekuasaan raja di atas raja
Menjaga cinta untuk bangsa
Dalam akhir pengabdiannya
Terbengkalai di negeri sendiri
Meski tak berseragam lagi
Meski karakter hampir mati
Cintanya utuh padamu negeri
Aku bertanya padamu negeri
Siapa sosok pencinta abdinya?
Bagaimana nasib selanjutnya?
                                   



HUJAN MENYURUH PULANG


Ibu teriakkan sekeras-kerasnya
Isi hati yang kecewa
Berlumuran air mata cinta
Saat ibu beraksi di tengah malam
Ibu bongkar isi hati merintih sendu
Dalam sujud ibu mengemis kekuatan
Agar malaikat menyaksikan
Dan Sang Khalik melihat
Saat perdebatan iblis di tengah malam
Ibu katakan…
Ibu cinta ayah
Ibu tak sanggup melepasnya
Ayah terus-menerus menusuk hatinya
Saat ketenangan datang
Perlahan menutupi aksi
Hujanpun turun
Menyuruh ibu pulang ke ranjang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar