Nihayah Rambe :
BUDAK PENA
aku, tidak berjemur terik matahari
bersama batu, besi yang siap berdiri
aku, bukan menyendiri di dapur sepi
sebagai penyaji pasangan suami istri
aku bukan pula dihina dan dimaki
seperti zaman nabi
aku manusia yang punya harga diri
aku memang budak
namun aku siap berteriak
lewat pena lepas berbagi kebenaran
menuntut keadilan
bercerita
kejujuran
aku budak pena
yang berikrar setia
tuk muliakan negeri dan agama.
FLP Medan Feb 2007
Siti
Chadizah :
HATI YANG PEDIH
Hari itu seakan mimpi
Mimpi buruk yang menghampiri
Yang tiada pernah berhenti
Yang membawa luka di hati
Jerit,tangis memenuhi bumi ini
Ketika bencana menghampiri
Tsunami bahkan gempa bumi
Seakan datang silih berganti
Puluhan,ratusan,bahkan
ribuan nyawa
Terenggut oleh bencana
Bencana yang tidak mengenal cinta
Yang terjadi akibat ulah manusia
Terenggut oleh bencana
Bencana yang tidak mengenal cinta
Yang terjadi akibat ulah manusia
Bencana...oh...bencana
Apakah kau tidak measa
Banyak anak kehilangan orangtuanya
Orangtua kehilangan anak-anaknya
Oh,Tuhanku...
Ampunilah dosa-dosaku
Dan saudara-saudaraku
Yang terlebih dahulu menghadapmu
Ampunilah dosa-dosaku
Dan saudara-saudaraku
Yang terlebih dahulu menghadapmu
Leny
:
PECINTA NEGERIKU
Telah
gugur semangat
Tangis
bak sungai Deli
Senyum
membangkai
Sinaran
mata redup
Tangan
tak sanggup berjabat
Kaki
lumpuh merapuh
Tubuh
kurus mengering
Rambut
bak benang kusut
Kening
mengerut hati ciut
Karena
kekuasaan raja di atas raja
Menjaga
cinta untuk bangsa
Dalam
akhir pengabdiannya
Terbengkalai
di negeri sendiri
Meski
tak berseragam lagi
Meski
karakter hampir mati
Cintanya
utuh padamu negeri
Aku
bertanya padamu negeri
Siapa
sosok pencinta abdinya?
Bagaimana
nasib selanjutnya?
HUJAN MENYURUH PULANG
Ibu
teriakkan sekeras-kerasnya
Isi
hati yang kecewa
Berlumuran
air mata cinta
Saat
ibu beraksi di tengah malam
Ibu
bongkar isi hati merintih sendu
Dalam
sujud ibu mengemis kekuatan
Agar
malaikat menyaksikan
Dan
Sang Khalik melihat
Saat
perdebatan iblis di tengah malam
Ibu
katakan…
Ibu
cinta ayah
Ibu
tak sanggup melepasnya
Ayah
terus-menerus menusuk hatinya
Saat
ketenangan datang
Perlahan
menutupi aksi
Hujanpun
turun
Menyuruh
ibu pulang ke ranjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar