Firman Nofeki :
SEBUAH PINTU
teruntuk R.
aku lupa
menguncimu
di suatu dinding yang kubangun dari kegelapan
di suatu pintu yang kita bubuhi tanda tangan rembulan
tutup pintu itu !
biar malam menyudahiku
membawa fajar dalam ingatan
menyebrangi sisi lain kehidupan
di sana akan selalu ada tanganmu
menjadi lampu
menutupi tubuhku
akan ada aku yang selalu bangun
bersandar di balik pintu
karena kunci itu
adalah dirimu yang kembali
di suatu dinding yang kubangun dari kegelapan
di suatu pintu yang kita bubuhi tanda tangan rembulan
tutup pintu itu !
biar malam menyudahiku
membawa fajar dalam ingatan
menyebrangi sisi lain kehidupan
di sana akan selalu ada tanganmu
menjadi lampu
menutupi tubuhku
akan ada aku yang selalu bangun
bersandar di balik pintu
karena kunci itu
adalah dirimu yang kembali
Ayu
Larassaty :
IBU
Ibu....
kaulah wanita paling
istimewa
karena engkau sudah
menjagaku
dari aku masih kecil
hingga sampai sekarang ini
bagiku ibu adalah
segalanya
Ibu...
kau selalu berkorban
untuk diriku
ke sana ke mari demi
menghidupkan diriku
aku begitu kagum pada
dirimu ibu
Ibu...
aku berharap engkau
selalu ada
di sampingku
selalu menjagaku,
menyayangiku
karena aku begitu sayang
kepadamu, ibu
kau segalanya bagiku
Terima kasih ibu...
atas segala yang kau
berikan kepadaku
semuanya tidak akan
pernah aku lupakan
sampai aku mati
Ria Pratiwi :
WAKTU
Sejelang dengan
kehidupan yang dilalui
detak jantung dan napas
yang masih bermukim
bergerak, berfikir
mengolah rasa untuk berbuat dalam perjalanan
Dia akan berakhir pada
satu titik kulminasi
yang siapa pun tidak
dapat mengetahui kapan akan terjadi
tapi hal itu pasti!
selagi dalam perjalanan
dan melalui langkah yang pasti
renungkanlah apa yang
ada dan yang sudah ada
dan yang masih belum ada
ucapan, tindakan dan
rasa selagi dalam perjalanan
menuju dan menempuh
langkah awal
yang pasti akan
berakhir!
Sampai di manakah?
bagaimanakah?
untuk siapakah?
semua dalam perjalanan
dekat ataupun jauh
hanya detak dan desah
yang tersisa
ingatlah perjalanan akan
sampai pada batas akhir!
Tunjukkan jalan bagi kami
wahai yang maha menguasai perjalanan
ampuni kami...
Retno Ari Suci Pratiwi :
LIHAT
DERITA KAMI
Langit dan bumi pasti tahu
kami menderita
Kami terlantar
Kalian antar kami ke tengah samudera luas
Ketika tapak tak mampu kami pijak
dari mentari terbit hingga berlalu
kami terjang ombak laut tiada henti luka
perih tak kami hirau lagi
yang kami tahu kami harus hidup
Lihatlah kami hai langit dan bumi
tak kuasa lagi kristal - kristal cair
Mengalir di pelupuk mata kami
Tak kenal kenal lagi badai atau terik menerjang kami
Pandanglah kami langit dan bumi
Kekejaman kalian menghantarkan kami
kedalam neraka yang penuh akan manusia munafik
Dan tak punya hati
kami menderita hai,
Langit dan bumi
Tak kenal hari maupun tahun
Yang kami rasa hanya derita dan sengsara
kami menderita
Kami terlantar
Kalian antar kami ke tengah samudera luas
Ketika tapak tak mampu kami pijak
dari mentari terbit hingga berlalu
kami terjang ombak laut tiada henti luka
perih tak kami hirau lagi
yang kami tahu kami harus hidup
Lihatlah kami hai langit dan bumi
tak kuasa lagi kristal - kristal cair
Mengalir di pelupuk mata kami
Tak kenal kenal lagi badai atau terik menerjang kami
Pandanglah kami langit dan bumi
Kekejaman kalian menghantarkan kami
kedalam neraka yang penuh akan manusia munafik
Dan tak punya hati
kami menderita hai,
Langit dan bumi
Tak kenal hari maupun tahun
Yang kami rasa hanya derita dan sengsara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar