Perilaku
Kerdil Film IOM
F
|
ilm
anti Islam yang diproduksi Amerika telah menuai protes di seluruh lapisan dunia
umat Muslim. Berbagai respon yang muncul merupakan letupan perasaan yang
membakar atas penghinaan terhadap Rasulullah SAW.
Film bertajuk “Innocence of Muslims” menggambarkar Nabi Muhammad SAW seperti
badut, gila dan penggemar seksual. Padahal dalam sirah umat Islam memelajari
bahwa Rasulullah adalah manusia teragung sejagad raya dan akhlaknya seperti
Al-Qur’an berjalan. Perilaku yang menjunjung tinggi nilai kearifan, sehingga
musuhpun tidak kuasa membenci Rasulullah.
Orang
kafir digambarkan dalam sirah bukan mengingkari Rasulullah, melainkan mereka
tidak menuhankan Allah. Karena jika menjadikan Allah sebagai Tuhan, maka manusia
harus meninggalkan thagut, berhala, tidak bebas berzina dan minum arak
sebagaimana kebiasaan mereka, harta mereka tidak bebas digunakan untuk
foya-foya dan harus digunakan untuk kebaikan di jalan Allah.
Artinya,
orang kafir paham benar ajaran yang dibawa Rasulullah. Sehingga mereka
menentang karena kesombongan yang membelenggu jiwa mereka. Sifat sombong yang
diwariskan Iblis sebagaimana juga saat tidak mau menghormati Nabi Adam as. Oleh
karena itu, Allah mengharamkan surga bagi siapapun yang tersimpang rasa sombong
dalam dirinya.
Film
Innocence of Muslims (IOM) merupakan bagian dari kesombongan orang kafir
sebagaimana pendahulu mereka juga menghinakan Rasulullah. Intimidasi dan
ancaman dibunuh adalah hal yang biasa terjadi bagi Rasulullah, tidak saja
ketika Nabi Muhammad telah wafat, setelah beliau tiada pun masih saja mereka
dengki.
Seiring
berjalan waktu, orang kafir terus melakukan upaya agar Islam tidak lagi ada di
muka bumi ini. Berbagai pesan terselubung mereka lakukan, baik secara terang-
terangan maupun sembunyi-sembunyi. Namun Allah akan terus menjaga eksistensi
Islam melalui orang-orang yang tulus ikhlas hidupnya mengabdi kepada Allah.
IOM
bukan pertama kali penghinaan terhadap Rasulullah melalui media, tapi diawali pembuatan
karikatur Nabi Muhammad SAW di Prancis beberapa waktu lalu. Pada saat
Rasulullah masih hidup, ketanpanan Rasulullah dapat membius setiap orang yang
memandang wajahnya.
Karikatur
Nabi Muhammad SAW digambarkan begitu jelek, pun demikian dengan film IOM.
Sangat berbanding terbalik dengan kenyataan. Devie Rahmawati, selaku Peneliti Kajian Budaya
Universitas Indonesia mengatakan bahwa film Innocence of Muslims adalah wujud
dari ketakutan Barat terhadap Islam.
Orang
kafir kehilangan akal bagaimana caranya agar Islam musnah. Berbagai macam cara
sudah dilakukan, namun Islam semakin kokoh. Justru sejak peristiwa di World
Trade Center pada 2001, banyak warga AS ingin mengetahui Islam dan
memelajarinya. Tegas Devie dalam paparan kepada wartawan, Minggu 16 September
2012.
Lawan jadi Kawan
Setiap manusia yang jauh dari
kesombongan, menerima dan mencari kebenaran, pasti hidupnya akan ditunjuki
kepada jalan yang benar oleh Allah. Begitu
banyak fakta sejarah yang mebuktikan teori ini. Baik pada masa Rasulullah
hingga detik ini.
Belajar dari sejarah Islam, dahulu
semasa hidup Rasulullah selalu diincar untuk dapat dibunuh. Namun acapkali
orang yahudi yang akan membunuh, ia justru mengucapkan syahadatain atas
perilaku Rasulullah.
Ketika itu hujan turun pascakaum Muslimin
telah mampu menguasai Dzu Ammarr. Kaum Muslimin menyebar berlindung di bawah
pohon yang jaraknya berjauhan. Rasulullah pun berlindung di salah satu pohon
besar sambil membuka bajunya yang basah dan merebahkan tubuhnya.
Orang–orang musyrik dari Ghathafan melihat
Rasulullah dari puncak gunung. Nabi Muhammad tidak dikawal para Sahabat.
Da’tsur mengambil kesempatan strategis ini untuk turun dari gunung dan membunuh
Rasulullah.
Tiba-tiba Da’tsur sudah berada di depan
Rasulullah dengan menghunuskan pedangnya. Dia berkata dengan penuh kemenangan
“Hai Muhammad, kali ini siapa yang akan melindungimu dariku?”
Rasulullah SAW menatapnya dan berkata
dengan penuh ketenangan dan keteguhan, “Allah”. Da’tsur terperangah dengan jawaban
Rasulullah. Tangannya mendadak bergetar ketakutan dan pedangnya terjatuh.
Rasulullah segera mengambil alih pedang
itu dan berkata kepada Da’tsur, “Kini, siapa yang akan melindungimu dariku?” Da’tsur
hanya mampu berkata lemas sambil bergemuruh hatinya, Allah benar ada dan menolong
Muhammad sebagaimana dalam sekejap, pedang justru berada di leher Da’tsur yang
siap merenggut nyawanya.
Dengan teguh, Dat’sur berkata “Tidak ada
seorangpun yang melindungiku, kecuali engkau mau menolongku!” Akhirnya
Rasulullah membebaskan Da’tsur. Ia semakin terpana dengan sikap Rasulullah. Seketika
itu juga ia berkata “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Aku
selamanya tidak akan mengumpulkan orang-orang untuk mencelakaimu setelah hari
ini.”
Setelah kejadian itu, banyak penduduk
Ghathafah masuk Islam atas dakwah Da’tsur. Maka dengan ketulusan, lawan jadi
kawan. Demikian kekuatan spiritual Rasulullah mampu mengalirkan energi
ketenangan bagi lawannya. Subhanallah…
Reaksi Dat’sur yang berniat membunuh
Rasulullah juga seperti halnya yang dilakukan pembuat film IOM. Sama-sama ingin
memusnahkan Islam. Bedanya, Da’tsur tidak sombong saat melihat keajaiban itu
datang. Ia tidak takut dianggap pengecut dan penghianat ketika beralih berislam
oleh kaumnya.
Sedangkan oknum pembuat film IOM terus
bertahan dengan kesombongan. Namun lihatlah sikap Rasulullah saat dihinakan
oleh Dat’sur. Nabi Muhammad tidak lantas membunuhnya. Sebaiknya, ia membebaskan
selama ia berjanji tidak akan mengulangi perbatan bodohnya lagi.
Hal ini sejalan dengan pesan Ustadz
Yusuf Mansyur dalam tausiyahnya terkait film IOM. Ustadz kondang itu menegaskan kesantunan bereaksi bukan berarti
tidak peduli. Rasa marah itu harus ada, tapi bukan berarti harus anarkis.
Demikian juga yang disampaikan Syamsi
Ali Imam Mesjid New York. Beliau menegaskan, boleh saja muslim beraksi dengan
demonstrasi turun ke jalan, namun perlu hati- hati agar tidak merugikan dan
mencerminkan bahwa Islam itu keras. Sebaliknya, kita balas perilaku bejat
produksi film IOM tersebut dengan cara yang elegan.
Melawan dengan tidak anarkis bukan
berarti terima dihina. Sebaliknya, Islam menawarkan solusi perdamaian. Sejurus
dengan itu, Ketua Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Muhammad Ilyas turut menyuarakan pendapat.
Menurut Ilyas, setiap orang memiliki hak
berekspresi dan berpendapat termasuk dalam pembuatan karya berbentuk film. Tapi
semua ada batasnya, termasuk jangan sampai mendiskreditkan Islam sebagai sebuah
entitas keumatan.
Seluruh elemen Muslim sepakat mengecam
keras film IOM. Masyaraat Barat pun semakin antusias mempelajari Islam karena
selalu dimusuhi dan membalas dengan cara yang baik. Namun para pejabat AS mengatakan, bahwa pihak
berwenang tidak menyelidiki Nakoula terkait filmnya itu. Memproduksi film yang
dapat menyebabkan kekerasan tidak dianggap sebagai kejahatan di Amerika Serikat.
Sebab Amerika Serikat memiliki undang-undang yang kuat mengenai kebebasan
berbicara.
Oleh karena itu, penulis sepakat dengan
ungkapan ketua KAMMI Pusat yang kembali menegaskan “Semua orang dapat berkarya,
tapi ada batasnya. Jika melebihi batas, KAMMI siap berdemonstrasi menuntut
pelakunya diseret ke pengadilan HAM internasional.”
Perlu adanya kerjasama dalam memerangi
film IOM dengan cara yang halus. Film lawan dengan film, tutur salah seorang
anggota pengurus KAMMI Pusat. Walaupun demikian, selain demonstrasi perlu ada
perlawanan dengan pembuatan film yang menunjukkan keagungan perilaku Rasulullah.
Sehingga karisma Rasulullah dapat dipelajari orang Barat. “Mereka kaum yang tidak
mengetahui,” tandas Ustadz Yusuf Mansur.
Wallahu’alam. ***
Pengurus Daerah Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar