UNTUNG
AKU TIDAK GILA…!!!!
M
|
atahari memancarkan cahayanya yang begitu terik,
mengajakku berlindung di bawah pohon yang cukup rindang di trotoar jalan raya.
Mataku yang liar melihat sejumlah manusia yang melakukan kegiatan yang cukup
aneh bagiku. Ada yang tertawa, ada yang menangis, ada yang bersujud sambil
memeluk pohon, ada yang menimang-nimang boneka, tapi kemudian mencampakkannya.
Mereka melakukan semuanya itu
sendiri-sendiri tanpa ada lawan bicara. Mereka memakai pakaian yang sama. Warna
pakaian dari atas hingga bawah sama. Sekali-kali ada seorang lewat dengan
pakaian putih-putih dengan membawa alat tulis dan secarik kertas di tangannya.
Panplet
bertuliskan R.S Jiwa Perdana terlihat oleh mataku yang liar ini. Aku pun berkesimpulan
bahwa mereka yang kulihat itu adalah mereka yang terganggu jiwanya.
Aku hendak pergi meninggalkan
tempat itu, tapi ada sesuatu yang mengajakku untuk mengetahui semua tentang
mereka yang ada di sana. Maka, dengan langkah yang ringan dan pe de yang cukup besar aku memasuki
rumah sakit itu.
“Oh….kasihku, mengapa kau pergi
dariku?”
“Kau jahat…..!!!”
“Kau bilang kau sayang dan
cinta padaku, tapi kenapa kau selingkuh…!!!”
Aku terkejut dan ia membuatku
terdiam seperti patung. Pria itu tiba-tiba ada di depanku, dan setelah ia
melihat reaksiku, lalu mengatakan, “Kau Jahat” berulang kali ia berlari
meninggalkanku sambil menangis.
Aku
segera menarik nafas dan setelah merasa lebih tenang aku terus melangkahkan
kakiku menyelusuri trotoar rumah sakit itu.
“ Selamat siang ada yang bisa
saya bantu ?”
Pria berambut panjang ada di sampingku.
Dia memakai pakaian putih-putih layaknya seorang dokter. Dan aku merasa tidak
takut karena aku menduga kalau dia dokter rumah sakit ini.
“Tidak, Pak, saya hanya ingin
tahu apa yang menyebabkan mereka seperti ini.’
“Oh….Anda sakit. Sini saya
periksa !!”
“Apa Anda sudah minum obat ?”
“Tapi, Pak….saya…..”
Pria itu menarikku dan
mendudukkanku di bangku taman. Aku berusaha untuk berontak, tapi tenagaku belum
cukup kuat untuk melawannya. Tiba-tiba ia mengeluarkan gergaji, palu, pisau,
dan alat pertukangan lainnya.
Melihat hal itu aku semakin
ketakutan dan jantungku berlari dengan cepat secepat kereta api. Aku berontak
sekuat tenaga dan berhasil lolos dari cengkeramannya. Aku terus berlari dan
sempat terlintas di benakku, pria ini gila karena terobsesi untuk menjadi
seorang dokter.
Aku yang berlari ketakutan
tidak memerhatikan lagi apa yang ada di depanku. Aku terjatuh dan tersadar
kalau telah menabrak seseorang. Seorang pria berpakaian rapi dengan warna
putih-putih ada di depanku dan mengulurkan tangannya untuk membantuku.
“Maaf, saya tidak sengaja !”
“Tidak, saya yang telah
menabrak Anda jadi saya yang meminta maaf !”
“Saya Budi Prakoso, dokter
rumah sakit ini,” katanya memerkenalkan diri
“Saya Wina. Saya hanya ingin
tahu mengapa mereka seperti ini dan apa penyebabnya.”
“ Kalau ditanya penyebab,
banyak sekali penyebabnya… Coba lihat itu….”
Dokter itu menunjukkan seorang pria yang membawa sebuah
bingkai foto sambil berkata seperti berteriak:
“Pilihlah aku…..”
“Aku akan menjadikan daerah
kita menjadi daerah yang maju, bebas KKN adil dan makmur…
“Pilihlah aku…OK!”
“Pilihlah aku…. Pilihlah aku….
(sambil bernyanyi seperti lagu KD)
“Dia bernama Rudi. Ia menjadi
gila kerena gagal menjadi seorang pemimpin di daerahnya. Dan menurut cerita
dari keluarganaya, dia telah mengeluarkan uang yang cukup banyak, tapi tetap
saja gagal.” Dokter itu melanjutkan ceritanya.
“Dan lihat itu….” Dokter itu kembali menunjukkan seorang pria
yang membaca puisi AKU. Tapi
sekali-kali ia tertawa berbicara dan tiba-tiba seperti orang menangis lalu
tertawa dan melanjutkan puisinya.
“Dia bernama Andi. Dulu dia
bercita-cita menjadi seorang seniman yang hebat, tapi orang tuanya melarang dia
menjadi seniman karena mereka menginginkan agar Andi menjadi seorang pengusaha
hebat. Larangan orang tuanyalah yang menyebabkan mereka seperti itu,” kata
dokter itu
“Saya kagum, Anda mampu
menjalani semua ini dengan cukup tenang.”
Aku memuji dokter itu
“Terima kasih tapi sekarang
saya menjadi gila dan hanya mampu seperti ini.”
Aku heran mendengar perkataan
dokter itu, dalam benakku timbul pertanyaan, apa dia juga seperti yang lainnya?
Tapi kenapa ketika kami berbicara semuanya ‘nyambung.
Pandanganku lalu tertuju ke depan,
aku melihat ada beberapa orang datang menuju ke arah kami. Pandangan mereka
sinis apalagi kepadaku. Akhirnya mereka sampai tepat di depan kami dan…
“Awas dia orang gila ….Pergi
kau orang gila….!!!!”
“Pergi…..! pergi…!”
“Aku tidak butuh uangmu ….aku
butuh cintamu…!!!”
“Lihat dia ini anak kita ,
sekarang ia sudah besar…”
“Ayo lihat…. (Menunjukkan
sebuah boneka padaku)
Mereka berbicara hampir
serempak, tapi dokter yang ada di sampingku tetap tenang dan bahkan ia
tersenyum lalu tiba-tiba …..
“Ha…Ha…..Ha….”
“Semua orang di sini gila,
tidak ada yang waras….”
“Kau….Kau….Kau…. (sambil
menunjuk pada orang yang ada di sekitarnya)
“Hanya aku yang waras dan tidak
gila ……”
“Ha… Ha….Ha….”
“Aku waras….aku waras…..”
(sambil bernyanyi dan menari)
Keadaan
yang tidak bersahabat membuatku semakin ketakutan. Aku berlari sekencang
mungkin menuju pintu gerbang. Dan hal yang tak kuduga mereka berlari dan
mengejarku. Satpam yang bekerja di situ ternyata bertindak dengan sigap, ia
mengamankan mereka sehingga mereka kembali ke dalam rumah sakit.
Sementara aku dengan nafas yang
terputus-putus merasa lega karena bisa lepas dari keadaan yang gila itu.
“ Untung aku bisa keluar dari
sana, kalau tidak aku bisa ikut gila,” gumamku dalam hati
Setelah merasa lebih tenang aku
melangkahkan kakiku menuju tempat tujuanku yang tertunda akibat peristiwa gila
itu.
“Untung…untung….kalau tidak
bisa gila beneran aku…” Aku terus melangkahkan kakiku meninggalkan tempat itu
sambil berkata-kata sendiri
Untung saja aku tidak dianggap
gila oleh mereka yang lewat di sekitar itu karena melihat aku berkata-kata
sendiri……….. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar