Jumat, 01 Februari 2013

Catatan : Sukarnoto, S.Pd



MENYIMAK PAMERAN LUKISAN MEDAN

 


L
azimnya di akhir tahun, banyak kegiatan kesenian bermunculan secara mendadak yang sebelumnya sulit diperkirakan. Soalnya, selama ini bila ada kegiatan atau program kesenian dari instansi terkait, apakah itu Dinas Pariwisata maupun Dewan Kesenian, tidak dapat dijaminkan apakah kegiatan serupa itu dapat berlangsung secara rutin setiap tahun.
Misalnya, kalau tahun ini diselenggarakan festival tari, belum tentu festival itu dilaksanakan tahun berikutnya meski kegiatan tersebut memiliki manfaat yang besar untuk pembinaan dan perkembangan kesenian di kota Medan. Bahkan,  banyak praktisi kesenian yang tidak tahu kegiatan kesenian apa saja yang diagendakan instansi tersebut. Dalam banyak hal, ada kecenderungan program kesenian sengaja ditutup-tutupi apalagi menyangkut subsidi yang seharusnya dibuka agar pelaksanaannya dapat dicermati.  
Dua kegiatan pameran lukisan baru saja berlangsung di tengah kita. Masing-masing memiliki nilai tambah yang sesungguhnya sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran  dan pemahaman bagi siapa saja. Pameran lukisan di kota Medan layak menjadi agenda rutin. Akan semakin dibutuhkan lagi apabila pelaksanaannya dikemas secara terencana yang menggarap berbagai ekspresi pelukis kita. 
Dua kegiatan pameran lukisan yang baru berlangsung adalah Pameran Lukisan yang dilaksanakan  Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Medan di Galeri Payung Teduh pada 30 November sampai 2 Desember 2011. Kegiatan langsung dibuka Kepala Dinas Drs. Busral Manan.
Kegiatan kedua adalah Pameran Seni Rupa  “Antara Warna dan Pemikiran” dalam Medan Arts Festival yang dilaksanakan Dewan Kesenian Medan (DKM) pada 16 s/d 20 Desember 2011 di Taman Budaya Sumatera Utara. Kegiatan ini dibuka Ketua Dewan Kesenian Medan Hj. Anita Daryatmo dan dihadiri banyak praktisi kesenian yang beraktivitas di Taman Budaya Sumatera Utara.
Pameran Lukisan yang dilaksanakan  Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Medan di Galeri Payung Teduh memajangkan karya Alwan Sanrio, Agus Opung, Idris Pasaribu, Jonson Pasaribu, Martin Sitepu, Cecep Priyono, Togu Sinambela, dan Waad Saad.
Sementara pameran lukisan “Antara Warna dan Pemikiran” yang dilaksanakan Dewan Kesenian Medan memajangkan karya Togu Sinambela, Winarto Kartupat, Waad Saad, Jonson Pasaribu, Cecep Priyono, Alwan Sanrio, Adi Damanik, Yanal Desmond Zendrato, dan Gery Paulandhika Tobing.  Dari pameran lukisan keduanya, terdapat nama dan karya yang sama namun ada pula nama dan karya lain yang memberi nuansa berbeda.
Membandingkan pameran lukisan di Payung Teduh dengan  pameran lukisan “Antara Warna dan Pemikiran” di Taman Budaya Sumatera Utara, lebih memungkinkan yang kedua dapat mencuri perhatian masyarakat. Pemilihan lokasi pameran lukisan  di Taman Budaya Sumatera Utara memiliki makna strategis karena menjadi tempat aktivitas dan kreativitas seniman yang selalu dikunjungi masyarakat dari berbagai lapisan.
Keuntungan kedua, pameran lukisan  “antara warna dan pemikiran” sejalan dengan kegiatan kesenian lain seperti Panggung Apresiasi Pekarya Muda (teater), dialog sastra, Pertunjukan Musik, Lagu dan Tari,  Pemutaran Film dan Diskusi. Acara yang dikemas secara beruntun ini memungkinkan peminat berbagai cabang seni  dapat menerima imbas dari kegiatan cabang seni lainnya yang dilaksanakan secara bersamaan.
Meski demikian tidak berarti pameran lukisan Dinas Pariwisata kota Medan ditempatkan pada posisi kurang beruntung dari perhatian peminat seni. Justru, di balik pemilihan tempat pameran lukisan di Galeri Payung Teduh, tersimpan upaya yang luhur dari Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Medan untuk menjemput komunitas seni rupa di akar rumputnya. Program ini langsung menggiring generasi muda dan pelajar untuk berusaha memahami  secara langsung proses kreatif para pelukis di kota Medan.
Upaya menggiring generasi muda dan pelajar dalam rangka mendorong terciptanya generasi muda  kota Medan  yang apresiatif dalam memberi kontribusi positif terhadap dinamika pembangunan kota Medan. Dari upaya ini, diharapkan sasarannya akan  lahir  kemampuan dan peran yang lebih maksimal dari seluruh masyarakat kota Medan  untuk mengaplikasikan kemampuan dan peran dalam setiap pembangunan kesenian kota Medan.
Terlepas dari kelemahan-kelemahan atas dilaksanakannya kedua kegiatan pameran lukisan tersebut, banyak orang masih berharap kedua lembaga yaitu Dinas Pariwisata kota Medan dan Dewan Kesenian Medan dapat membuka diri untuk memaksimalkan pelaksanaan kegiatan kesenian di masa yang akan datang.
Khusus pameran lukisan Dinas Pariwisata kota Medan, Drs Busral Manan menjanjikan pelaksanaan di tahun depan diusahakan pada tri wulan kedua, tidak di akhir tahun seperti tahun ini. Oleh karena itu, praktisi seni rupa dapat memposisikan dirinya untuk mengambil peran yang lebih besar terhadap pelaksanaan pameran lukisan tahun depan.
Harapan yang sudah ditabur terkadang berbanding terbalik dari kenyataan yang diterima dari setiap kegiatan kesenian yang dilaksanakan instansi terkait seperti Dinas Pariwisata dan Dewan Kesenian Medan. Kesannya, cenderung kegiatan-kegiatan kesenian yang dilaksanakan seperti melepas anggaran tanpa sasaran.
Meski sekarang belum mesra antara harapan dan kenyataan, sepanjang masih mau melaksanakan kegiatan kesenian dengan menerima berbagai masukan dari pekerja seni, kemungkinan untuk mewujudkan kota Medan sebagai kota tumbuhnya berbagai pertunjukan kesenian bukan sesuatu yang jauh dari harapan.
         Pameran lukisan yang dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Medan (DKM) kali ini bukan yang pertama. Program ini setidaknya telah beberapa kali dilaksanakan. Hanya saja antara pelaksanaan tahun sebelumnya dengan tahun berikutnya selalu  tidak memiliki hubungan. Masing-masing seperti berdiri sendiri.
         Untuk melihat lebih jauh bagaimana kegiatan pameran lukisan di tahun depan, harus menunggu jawaban yang panjang dari bagaimana komposisi kepengurusan Dewan Kesenian Medan yang baru. Apabila kepengurusan baru melaksanakan kegiatan tidak berpijak dari kebutuhan dan dinamika pembangunan kesenian yang ada, kegiatan kesenian hanya perulangan semata yang hanya menghabiskan anggaran saja. ***


Penulis, pegiat dan guru tari di Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar