ANG PAO
S
|
AAT ingin menyelesaikan studi Magister
Sains Antropologi Sosial, saya beberapa lama meneliti kehidupan kaum Cina
Medan. Penelitian saya ini dibimbing dua guru saya, Pak Usman Pelly dan Pak
Muhammad Arif Nasution, serta lulus diuji oleh Pak Bungaran Antonius
Simanjuntak, Pak Ichwan Azhari, dan Pak Nur Ahmad Fadhil Lubis.
Dalam tesis saya
itu saya mengatakan, orang Cina Medan ternyata juga taat menjalankan ibadah.
Apalagi, setelah pemerintah Indonesia mengakui keberadaan Hari Raya Imlek dan
membebaskan warga Cina melaksanakan seni-budayanya semacam barongsai sejak
pemerintahan Reformasi.
Tahun Baru Imlek adalah salah satu hari raya Cina
tradisional, yang
dirayakan pada hari pertama dalam bulan pertama kalender Cina, yang jatuh pada hari terjadinya bulan
baru kedua setelah hari
terjadinya hari terpendek musim dingin (Latin: solstitium => bahasa Inggris: solstice).
Namun, jika ada bulan kabisat kesebelas atau kedua belas
menuju tahun baru, tahun baru Imlek
akan jatuh pada bulan ketiga setelah hari terpendek. Pada tahun 2005 hal ini terjadi dan
baru akan terjadi lagi pada tahun 2033.
Di Indonesia pada umumnya, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek
dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde
Baru
di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang
berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat
keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun
baru Imlek pada 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian
Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002
tanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur
nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur
nasional.
Tentang Tahun
Baru Imlek ini, saya teringat ang pao
dan tarian barangsoi. Angpao
adalah bingkisan dalam amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai
hadiah menyambut tahun baru Imlek. Saya
sempat menikmati ang pao, kue bakul,
dan barongsai saat menikmati masa kanak-kanak di komplek pertokoan Pulobrayan
maupun komplek Pecinan Jalan Kawat, Tanjungmulia.
Konon, ang pao
sebenarnya bukan hanya monopoli perayaan tahun baru Imlek. Sebab, ang pao melambangkan kegembiraan dan
semangat yang akan membawa nasib baik. Tak ayal, ang pao juga ada di dalam beberapa perhelatan penting seperti
pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain-lain yang bersifat suka
cita.
Imlek merupakan
hari besar bagi kalangan etnis Cina di seluruh
dunia. Perayaannya tak lengkap jika tak ada atraksi barongsai. Barongsai adalah tarian tradisional Tiongkok dengan menggunakan sarung menyerupai singa. Seperti
kesenian reog ataupun tari topeng di
Indonesia.
Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama
tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti
Chin sekitar abad ketiga Sebelum Masehi. Kesenian Barongsai mulai
populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu
pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja
Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat
tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian
barongsai melegenda.
Selain itu,
barongsai dipercaya sebagai pembawa keberuntungan dan pengusir bala. Kesenian barongsai diperkirakan masuk di
Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan. Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya
ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong
Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di
Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai.
Perkembangan
barongsai kemudian berhenti pada 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 September.
Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam
bentuk kebudayaan Cina di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak
boleh dimainkan lagi.
Perubahan
situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah 1998 membangkitkan kembali
kesenian barongsai dan kebudayaan Cina lainnya. Banyak perkumpulan barongsai
kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda
Cina yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia
yang ikut serta.
Gong Xi Fa Chai!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar