Jumat, 01 Februari 2013

GELANGGANG SAJAK : Dody Kristianto (Sabtu, 18 Januari 2012)


PENGISI LIANG

ia telah lama melupakan
segala penciptaan
hanya sejam berselang

sejengkal di depan mata

-gelap semata-

ia menanam
sekutip rindu dendam

pada kembaran
pada jantung

yang pernah ia tanggalkan
selagi lidahnya yang perih
masih sanggup mengucap
sang mahatinggi

2011



SEDETIK PETIR

tak hendak
ia berhenti
berdentam
sedetik
tak hendak Puan

telah lancar
ia melantunkan
segerimisan pantun

hanya pantun
sepasukan Puan

sepasukan benih
yang tumbuhkan
bebangkai baru
yang ia kira
seteru terdahulu

bebangkai
yang senantiasa
siap dibebaskan,
ia lepaskan
di ketinggian

2011



TERBANG RENDAH

sebenarnya
ia lebih dikenang
sebagai pembenci
sepasang
sayap rapuhnya
yang mendadak rabun

ia hanya ingin
menancapkan rindunya
pada segenggam tanah
di depan

tempat ia mengingat
kilat
yang berkali-kali
ia kira serupa
kembaran
pertamanya

2011



GANTUNG JANTUNG

ia sekerjapan hanya
di depan pandangan

lebih lekas dari detak digital jam
lebih lesat dari selembaran pukat

ia sekerjapan hanya
dan sekadar ia menyapa

musuh lamanya
si penghuni langit-langit kamar

yang terkubur dalam tanah :
musuh paling bangka
yang lama tak ia jumpa

2011



EKOR KILAT

ia kini satu-satunya
sebelum lampu malam
berkali-kali menghapusnya
di tepian teras rumah

2011


PARADE URBAN

anak-anak berjalan
di taman
serupa sekumpulan
ikan mengambang
di tengah kolam

sedang menjelang malam
seekor burung kedinginan
dan sepucuk dahan kerontang

perlahan
membidik jantung rentan
yang kelelahan

2011



MAKAN PAGI

dekat, mendekatlah mereka
musuh-musuh kami
seusai hujan malam hari
menyingkurkan perih
di sebidang roti tawar ini

2011



Dody Kristianto. Lahir di Surabaya, 3 April 1986. Lulus Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Giat di Komunitas Rabo Sore (KRS) serta memberdayakan Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI). Saat ini tinggal di Sidoarjo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar