Jumat, 01 Februari 2013

GELANGGANG SAJAK : Herlia Puspita Dewi, Desi Arisandy Hasibuan, Lia Elviana (Sabtu, 21 Januari 2012)



Herlia Puspita Dewi :
CUKUP HANYA AKU

Kuhentikan sejenak perjalananku
Kulihat kembali tindak lakuku
Temaram
Legam
Binal
Jalang
Di masa silam

Kisahku telah sampai di tengah kota
Yang mungkin sedikit yang mau baca
Apalah daya, hanya cerita balada
Seorang perempuan tua

Tak dihiraukan
Tak diperhatikan
Kehidupan yang tak menggiurkan
Tapi ini pilihan, suratan
Ketentuan dari Tuhan

Perempuan
Perempuan
Jangan tiru langkahku
Cukup hanya aku
Merasakan malu
Pilu
Beku
Sakit
Pahit yang hebat

Jangan rendahkan martabatmu
Jangan hiraukan nafsumu
Kecuali nafsu yang dirahmati Tuhanmu
Tunduklah pada pemilikmu
Karena kau seorang perempuan
Jangan takut,
Mereka tak bisa apa-apa tanpamu



FATAMORGANA

Langkahku kian terhenti
Sebelum bahagia itu dinanti
Aku terpuruk di puncak hari
Yang membuat beku di hati

Mau melangkah tak tahu arah
Mau mengulur dilanda resah

Langkahku kian terhenti
Di ujung waktu yang tak terduga
Menghapus mimpi, visi, dan misi
Yang sekian hari dirangkai bersama

Wahai hati,
Sadar lah akan diri
Telaah lagi perjalanan ini
Agar engkau tak merugi
Dan lihatlah
Semua hanya fatamorgana



Desi Arisandy Hasibuan :
HEI, TUAN…

Hei, Tuan…
Kau rangkul lelaki tua yang tak berdaya
Kau perlakukan ia seperti tersangka
Kau tatap nanar mata binarnya

Hei, Tuan…
Mengapa kau begitu sadis dengan mereka yang lemah
Tidakkah kau sadar pemangsa kursi itu lebih keji
Kau bilang lelaki tua itu musuh agama
Lantas pemakan hak orang kau sebut apa
Kau fikir kau sesuci kain pembalut jasadmu
Kau anggap tak secuil pun dosa mengaliri nadimu

Hei, Tuan…
Ingatkah kau bahwa tugasmu menegakkan keadilan
Keadilan apa yang telah kau lakukan
Hei, Tuan….
Jangan kau ubah jabatanmu lantaran ulahmu
Hei, Tuan …..
Jika ingin berantas !!!
Berantas rajamu, lalu kau pantas berantas pion .


Lia Elviana :
PERJALANAN YANG TERHENTI

Tubuh menyama es
Kini mulut manisnya
membeku
Tak ada lagi kata-kata
Saat ia menutup mata
Ia melihat dan menyemai
seyum manis
Hingga jiwanya dibawa

Detak
di jantungnya musnah
Isak tangis meramaikan rumah
Yang sepi di subuh itu
Kini tinggallah membenam luka

Kenangan itu lekat
membayang
Sementara canda tawa
hanya
Kepingan masa silam


AYAH

aku berdiri di sini tanpamu
menunggu hadirmu
menuai rindu
menanti detik demi detik
melewati alunan detak jam dinding

ayah,
selalu kutunggu kau di ambang pintu,
pedih yang kau pikul telah musnah
ketika malaikat kecilmu
menebarkan senyum

ayah,
lihatlah pelangi,
di sana terdapat taman yang indah
di mana kau selalu bernyanyi
untukku.


SANGKAR BURUNG

jerjak besi membentang                                                  
kini,
hanya lewat hembusan
angin
aku menyapa

aku ingin bebas
seperti burung
mengepakkan sayap-sayap
di atas
cakrawala
aku ingin bernyanyi
di atas puing-puing
kepedihan
melewati dinginnya
malam

aku burung dalam sangkar
yang haus akan
kebebasan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar