Jumat, 01 Februari 2013

CORONG : Suyadi San (Sabtu, 28 Januari 2012)


SASTRA MAHASISWA


S
epekan lalu, Minggu (22/1), seharian penuh saya mengamati pertunjukan karya sastra di gedung utama Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU). Puisi ditransformasi dalam beberapa bentuk seni pertunjukan, di antaranya, musikalisasi, visualisasi, dramatisasi, dan tarinisasi.
Pelakunya tidak lain adalah mahasiswa calon guru. Ya, mahasiswa calon guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tepatnya FKIP Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Pementasan karya sastra versi mahasiswa ini merupakan tugas akhir mata kuliah telaah puisi,  telaah drama, dan pengantar teori sastra. Sebagai pengampu mata kuliah tersebut pada beberapa kelas, saya turut bertanggung jawab agar mahasiswa tidak hanya mengenal teori, tetapi sekaligus dapat memraktikkannya di hadapan publik.
Ketiga mata kuliah yang saya ampu ini merupakan bagian dari kelompok merespon karya-karya sastra dan keahlian program studi. Setelah selesai perkuliahan tersebut, mahasiswa memang diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang dalam terhadap karya sastra.
Selain itu, juga menumbuhkan sikap menghargai karya sastra dan mengembangkan
keterampilan bersastra dengan menampilkan bermacam-macam kreativitas terhadapnya, serta menikmatinya, dalam membina sikap berbahasa dan bersastra yang baik bagi calon guru.
Pada kuliah tatap muka, perkuliahan berlangsung menggunakan media LCD dan naturalisasi media, dengan pendekatan ekspositoris, komunikatif, persuasif, responding-simulatif, dan apresiatif. Lalu, metode yang digunakan adalah paparan, tanya-jawab,
simulasi, dan kolaborasi pertunjukan.
Tahap penguasaan dan kemampuan materi selain dievaluasi dengan ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS), juga dievaluasi dengan tugas mandiri, skrip pertunjukan kelompok, telaah puisi/drama kelompok, studi lapangan, dan kreativitas kelompok.
Khusus telaah drama maupun telaah puisi, kedua mata kuliah ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari ranah apresiasi sastra. Karenanya, diperlukan seperangkat metode dan pengetahuan mengenai seluk-beluk penelaahan, baik sebagai teks sastra maupun teks pertunjukan, guna memersiapkan diri sebagai seorang apresiastor, penelaah, kritikus sekaligus calon guru.
            Mengapa harus panggung pertunjukan? Itu tidak lain dengan tuntutan dunia pendidikan saat ini. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) saat ini, pembelajaran bahasa dan sastra lebih menekankan kepada proses pengalaman berbahasa. Bahasa tidak hanya sebagai kaidah tata bahasa, juga sekaligus sebagai konteks social.
            Untuk itu, diperlukan berbagai perangkat pengetahuan dan pengalaman dari para pendidik dalam membelajarkan bahasa. Di antaranya, melalui media tulis menulis di media massa dan panggung pertunjukan. Tujuannya agar mampu mengapresiasi dan menelaah karya sastra sesuai dengan kaidah dan persyaratan tertentu, sehingga bisa memaknai karya sastra dengan baik.
Selain itu, agar mahasiswa calon guru bahasa dan sastra Indonesia makin mencintai karya sastra, sebagai sumbangan terbesar bagi dunia kesenian dan sastra di Indonesia serta memberikan penilaian terhadap teks-teks sastra sehingga menambah bobot karya itu sendiri di mata pengarang, seniman  maupun masyarakat.
Jika hal itu tercapai, tentu saja mereka akan mampu memraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra di dalam kehidupan sehari-hari, terutama nilai-nilai moral, kemasyarakatan, dan kemanusiaan di tengah proses pencarian jati dirinya.
Begitulah. Mudah-mudahan saat menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia nantinya, mereka tidak terkejut jika menghadapi tuntutan zaman dan proses sertifikasi guru mendatang. Semoga. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar