MEDAN ART FESTIVAL
DEWAN
Kesenian Medan (DKM) baru saja menggelar Medan Art Festival. Acara ini dibuka Kadis
Kebudayaan dan Pariwisata Medan, Busral Manan atas nama Walikota Medan, di Taman Budaya Sumatera
Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan 33 Medan, Jumat (16/12).
Ketua Umum DKM Hj Anita Chairunisa Daryatmo mengungkapkan, sekitar
170 seniman dan pekerja seni mendukung perhelatan tahunan ini. Medan Art
Festival (MAF) berlangsung pada 19-22 Desember menampilkan Seni Tari, Musik,
Sastra, Seni Rupa Teater dan Film.
Paket kemasannya terdiri Pameran Seni Rupa "Antara
Warna dan Pemikiran", Diskusi "Geliat dan Semangat Kesenian di
Medan", Pemutaran Film Dokumenter dan Diskusi "Mengangkat Kearifan
Lokal Lewat Film", Pertunjukan Musik, Lagu dan Tari, Pertunjukan Sastra
dan Teater -Idris Pasaribu-Komunitas Home Poetry-d’lick teater team.
Bukan hanya itu, selain Pameran Seni Rupa yang menampilkan
karya para pelukis Medan di Taman Budaya Medan, DKM juga menggelar pemeran sama
sejak Oktober-November 2011 di Hotel Tiara Medan.
Konon, DKM juga telah melakukan penelitian tentang Ronggeng
dan akan mengadakan pertunjukan Ronggeng di Kelurahan Paya Medan Marelan pada
25 Desember 2011 (malam).
Sebelumnya, pada 23 Desember digelar Lomba Tari Serampang 12
dan Parade Zapin yang diikuti peserta dari utusan Kabupaten/kota di Sumut,
Riau, Sumatera Barat dan Singapura. Malamnya, MAF III ini ditutup di Balai Raya
Convention Hall.
MAF III yang diracik DKM usai sudah. Apa yang tersisa dari
hajatan itu? Jawabannya : nyaris tidak ada. MAF III tersebut berlalu begitu
saja.
Seyogyanya acara ini dapat mendongkrak kalender kesenian
kota Medan. Kalau sudah masuk kalender, tentunya harus dimenej dengan rapi.
Sebagai sebuah tontonan, MAF III yang menggunakan uang rakyat ini seharusnya
dirancang dan dikemas sedemikian rupa. Apalagi, masyarakat Medan tentu saja
haus suguhan hiburan seni-budaya.
Ada lima hal yang berlaku dalam seni pertunjukan, yaitu materi pertunjukan, kreator atau pekarya,
pelaku seni, bentuk artistik, dan penonton. Ada dua pengertian dalam festival,
yakni lomba dan pesta.
Seyogyanya MAF adalah ajang kompetisi karya-karya kreatif.
Setidaknya, ada satu tim yang mengakurasi kualitas karya yang akan
dipertunjukkan. Sebagai sebuah pesta, MAF III jadi ajang silaturahmi para
seniman beserta masyarakatnya.
Untuk itu, yang harus disiapkan DKM selaku penyelenggara
hajatan MAF tersebut adalah tim kurator, manajer pertunjukan, tim artistik, dan
tim produksi. Lalu, apa yang terjadi dalam MAF III?
Seniman Darwis Rifai Harahap dalam orasi budaya di gedung
utama Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Selasa malam (20/12), memrihatinkan
keadaan itu. Dia menyatakan, penyelenggara dan pengisi acara MAF III tidak
mampu ‘menjual’ produk seninya sehingga sepi penonton. Hampir tiga per empat
kursi yang terdapat dalam gedung berkapasitas 500 itu kosong melompong
MAF III sebenarnya tidak hanya sepi penonton, tetapi juga
sepi pertunjukan berkelas. Karya-karya yang muncul berkesan dadakan. Ini
menunjukkan ada yang salah dalam manajemen pertunjukan MAF III.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar