Jumat, 01 Februari 2013

CORONG : Suyadi San (Sabtu, 14 Januari 2012)


BALAI BAHASA



B
alai Bahasa Medan baru saja mengalami pergantian pimpinan. Prosesi suksesi berlangsung khidmat di aula kantor tersebut, Rabu (11/1). Suksesi yang dikemas dengan serah terima jabatan dari pejabat lama kepada pejabat baru ini disaksikan Sekretaris Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dra. Yeyen Maryani, M.Hum.
Sejumlah tokoh bahasa juga menyaksikannya, di antaranya Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas  Sumatera Utara yang juga Ketua Masyarakat Linguistik Utara Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Ketua Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sumatera Utara yang juga Pembantu Rektor I Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Khairil Anshari, M.Pd.
Turut hadir pula, mantan Kepala Balai Bahasa Medan Drs. Shafwan Hadi Umry, M.Hum. serta sejumlah tokoh masyarakat lain dan pegawai Balai Bahasa Medan. Sertijab dimulai tari persembahan dari Sanggar Teknos SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan dan turut dimeriahkan pembacaan puisi oleh sastrawan Hasan Al Banna.
            Sekretaris Badan Bahasa Yeyen Maryani dalam sambutannya memberikan apresiasi atas kontribusi yang diberikan pejabat lama, Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. selama menjadi Kepala Balai Bahasa Medan. Kepada pejabat yang baru, Dr. Hj. Tengku Syarfina, M.Hum., Sekretaris Badan menyampaikan sejumlah pesan mengenai tantangan lembaga tersebut.
            Ia mengingatkan bahwa Badan Bahasa akan bertambah besar tanggung jawabnya karena tidak hanya mengurusi masalah kebahasaan dan kesastraan, tetapi juga kebudayaan.
            “Untuk itu, diperlukan kerja keras dan kerja sama yang solid seluruh karyawan Balai Bahasa. Dan, ini menjadi tugas yang diemban Dr. Tengku Syarfina, M.Hum selaku Kepala Balai Bahasa Medan yang baru,” kata Sekretaris Badan.
            Menurutnya, sebagai pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Bahasa di Sumatera Utara, Balai Bahasa Medan tidak bisa bekerja sendiri.
“Maka, manfaatkanlah pakar bahasa yang ada dan rangkullah instansi pemerintah dan mitra kerja lain agar bisa melaksanakan program pembinaan, pengembangan, dan pelindungan bahasa dan sastra yang menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kita,” ujarnya.
Lalu, mengapa bahasa?
Bahasa merupakan medium ekspresi dan eksternalisasi diri agar seseorang dipahami dan diterima orang lain. Lewat bahasa, seseorang melakukan identifikasi dan internalisasi nilai-nilai serta informasi yang dijumpainya. Dengan bahasa, alam sekeliling diberi atribut dan klasifikasi sehingga atribusi dan klasifikasi mengantarkan lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jarak ruang dan waktu bisa dipersempit dan bisa juga diperlebar oleh wawasan ilmu pengetahuan yang dikomunikasikan oleh bahasa. Jika sejarah berhasil mendekatkan masa lalu ke masa kini, maka prediksi tentang masa depan pun bisa diproyeksikan sejak hari ini.
Kalau saja tak ada institusi bahasa, terlebih bahasa tulis, maka dunia manusia akan menjadi sempit, pendek, karena khazanah hidup masa lalu akan lenyap bersama perjalanan waktu.
Peran bahasa pada konteks sosial paling mencolok adalah dalam memelihara identitas dan kohesi masyarakat atau bangsa. Sebuah bangsa mampu menyelenggarakan tertib sosial dan melakukan komunikasi secara efektif ketika ditemukan teknologi mesin cetak, telepon dan satelit.
Berkaitan itulah, Badan Bahasa Kemendikbud yang memiliki UPT di seluruh provinsi di Indonesia hadir. Instansi ini makin kuat menjaga keutuhan Indonesia dengan munculnya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2010 tentang bendera, bahasa, dan lambing Negara serta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahasa pun menjadi identitas suatu bangsa.
Orang bijak mengatakan, bahasa mencerminkan bangsa. Selamat bekerja, Tengku!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar