BALAI BAHASA
B
|
alai Bahasa Medan baru saja mengalami pergantian
pimpinan. Prosesi suksesi berlangsung khidmat di aula kantor tersebut, Rabu
(11/1). Suksesi yang dikemas dengan serah terima jabatan dari pejabat lama kepada
pejabat baru ini disaksikan Sekretaris Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dra. Yeyen Maryani, M.Hum.
Sejumlah tokoh bahasa juga menyaksikannya,
di antaranya Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang juga
Ketua Masyarakat Linguistik Utara Prof. Tengku Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan
Ketua Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sumatera Utara yang juga
Pembantu Rektor I Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Khairil Anshari, M.Pd.
Turut hadir pula, mantan Kepala Balai Bahasa
Medan Drs. Shafwan Hadi Umry, M.Hum. serta sejumlah tokoh masyarakat lain dan
pegawai Balai Bahasa Medan. Sertijab dimulai tari persembahan dari Sanggar
Teknos SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan dan turut dimeriahkan pembacaan puisi oleh
sastrawan Hasan Al Banna.
Sekretaris
Badan Bahasa Yeyen Maryani dalam sambutannya memberikan apresiasi atas
kontribusi yang diberikan pejabat lama, Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. selama
menjadi Kepala Balai Bahasa Medan. Kepada pejabat yang baru, Dr. Hj. Tengku
Syarfina, M.Hum., Sekretaris Badan menyampaikan sejumlah pesan mengenai
tantangan lembaga tersebut.
Ia
mengingatkan bahwa Badan Bahasa akan bertambah besar tanggung jawabnya karena
tidak hanya mengurusi masalah kebahasaan dan kesastraan, tetapi juga
kebudayaan.
“Untuk
itu, diperlukan kerja keras dan kerja sama yang solid seluruh karyawan Balai
Bahasa. Dan, ini menjadi tugas yang diemban Dr. Tengku Syarfina, M.Hum selaku
Kepala Balai Bahasa Medan yang baru,” kata Sekretaris Badan.
Menurutnya,
sebagai pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Bahasa di Sumatera Utara,
Balai Bahasa Medan tidak bisa bekerja sendiri.
“Maka, manfaatkanlah pakar bahasa yang ada
dan rangkullah instansi pemerintah dan mitra kerja lain agar bisa melaksanakan
program pembinaan, pengembangan, dan pelindungan bahasa dan sastra yang menjadi
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kita,” ujarnya.
Lalu, mengapa bahasa?
Bahasa merupakan
medium ekspresi dan eksternalisasi diri agar seseorang dipahami dan diterima
orang lain. Lewat bahasa, seseorang melakukan identifikasi dan internalisasi
nilai-nilai serta informasi yang dijumpainya. Dengan bahasa, alam sekeliling
diberi atribut dan klasifikasi sehingga atribusi dan klasifikasi mengantarkan
lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jarak ruang dan waktu bisa
dipersempit dan bisa juga diperlebar oleh wawasan ilmu pengetahuan yang
dikomunikasikan oleh bahasa. Jika sejarah berhasil mendekatkan masa lalu ke
masa kini, maka prediksi tentang masa depan pun bisa diproyeksikan sejak hari ini.
Kalau saja tak ada institusi
bahasa, terlebih bahasa tulis, maka dunia manusia akan menjadi sempit, pendek,
karena khazanah hidup masa lalu akan lenyap bersama perjalanan waktu.
Peran bahasa pada konteks sosial
paling mencolok adalah dalam memelihara identitas dan kohesi masyarakat atau
bangsa. Sebuah bangsa mampu menyelenggarakan tertib sosial dan melakukan
komunikasi secara efektif ketika ditemukan teknologi mesin cetak, telepon dan
satelit.
Berkaitan itulah, Badan Bahasa Kemendikbud yang memiliki UPT di seluruh
provinsi di Indonesia hadir. Instansi ini makin kuat menjaga keutuhan Indonesia
dengan munculnya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2010 tentang bendera, bahasa, dan
lambing Negara serta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahasa pun menjadi
identitas suatu bangsa.
Orang bijak mengatakan, bahasa mencerminkan bangsa. Selamat bekerja, Tengku!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar