Jumat, 01 Februari 2013

Catatan : Irfan Faramor (Sabtu, 24 Desember 2011)



Pergelaran “Bunga Rumah Makan”
Teater GENERASI Pukau Penonton

 
Gedung utama Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) dibanjiri sedikitnya 500 pengunjung, Selasa sore (6/12). Hal ini disebabkan adanya pementasan teater dengan judul “Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang Sontani, yang dimainkan Teater GENERASI Medan. Pengunjung didominasi kalangan siswa dan mahasiswa serta penonton lainnya.
Drama yang disutradarai Suyadi San ini berjalan dengan sukses. Walaupun sedikit telat pementasannya dari waktu yang telah ditetapkan, namun ini tidak mengurangi antusias pengunjung untuk menyaksikannya.
Dalam pergelaran ini pemeran utamanya dimainkan Jumai sebagai “Ani” atau “bunga”-nya Rumah Makan Sembara. Lakon tersebut menceritakan seorang wanita yang kehidupanya terkekang akibat menjadi seorang pelayan di sebuah rumah makan. Ani dituding sebagai pelayan yang menjual tampang.
Dengan kecantikannya, ia memikat para tamu yang hendak makan di rumah makan tersebut oleh lelaki yang penampilannya urak-urakan. Namun diakhir ceritanya ia pergi dan hidup bersama dengan lelaki yang telah menudingnya itu.
Sempat terjadi sedikit kericuhan di bangku penonton. Namun semua itu dapat dinetralisasi dengan munculnya alunan sajak “Aku” Chairil Anwar di tengah-tengah cerita sebagai sound track drama tersebut.
Adapula hiburan yang ditampilkan sebelum teater tersebut dimulai, yaitu penampilan musikalisasi puisi yang dipersembahkan oleh beberapa personel Teater GENERASI. Dengan membawakan tiga puisi, masing-masing “Igauan Pertiwi” karya Suyadi San, “Seratus Untai Biji Tasbih” karya M. Raudah Jambak, dan “Sembahyang Rumputan” karya Ahmadun Yosi Herfanda.
Pertunjukan drama plus musikalisasi puisi tersebut tentu saja mengundang simpati penonton. “Saya sangat senang dapat menyaksikan pergelaran teater ini, karena saya dapat mengetahui sedikit tendang sastra,”tutur seorang siswi SMP yang menyaksikan pertunjukan drama tersebut.
Ya, semoga saja pergelaran ini dapat terus diadakan, mengingat era globalisasi yang suatu waktu dapat merusak citra sastra bangsa kita. HIDUP Sastra! ***



(Penulis, mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia FKIP UISU Medan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar