Minggu, 03 November 2013

GELANGGANG SAJAK : Maulana Satrya Sinaga


Rajukan

Kita bercerita tentang hujan yang membelai daun
Dan daun menestekan air mata
Kau selalu menerka langkah ini akan panjang dan hari selalu mendung
Bagaimanapun aku akan menunggumu hingga tetes terakhir
Maka, jangan pernah salahkan matahari yang bersembunyi
Karena rajukanmu belum juga selesai seperti langkah yang selalu kita bungkus
Pada malam-malam tanpa kunang-kunang.
Medan, 2012


Perihal Ibu

Di belakang rumah ibu mencabut ubi dengan semacam benci
Ada amarah yang menyala dan ia membakar sampah dengan mata berdarah
Maka ia merebusnya, menambah kelapa atas nama kekesalan luar biasa
Dan ayah tak pernah lagi marah.
Medan, 2012


Pertanyaan Ketika Pulang

Janur siapa yang melengkung di depan lorong?
Namamukah yang terpahat di karangan bunga?
Dan setelah tiga tahun kepulangan, keramaian itukah di rumahmu?
Mengapa pengantin itu seperti kau?
Dan, di mana janji yang selalu kitaucap untuk bersama pada hari-hari nanti?
Medan, 2012

Saat Kekasih akan datang

Alir-alir air yang melembutkan kaki perempuan itu
Didekapnya selendang pemberian kekasih.
Ia bercakap-cakap pada ikan, dan di atas batu ia bernyanyi
Lalu daun-daun gugur dengan sendirinya
Kecipak air, hanya kecipak air yang terdengar ketika ia mulai menari
Saat petang nanti kan ada yang datang menyematkan sesuatu di jari
Medan, 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar