Jumat, 01 November 2013

GELANGGANG SAJAK : Dian Hartati (Sabtu, 19 Oktober 2013)

Menikah di Laut
t.walhi

aku menyambut pagi dengan senyuman
mengucapkan selamat datang dan mempersilakannya masuk
mencicipi sedikit masakan yang terhidang di meja

bersama pagi aku selalu memandang laut
tepat di belakang, lidah air menggelitik halaman rumah
ikan-ikan bernyanyi menyambut kedatangan

siapa pun akan terpesona
melihat pagi datang dengan cerah
mewarnai dinding rumah
pantulannya menghapus diorama kesakitan

aku dan pagi saling bersetia
dia selalu menghapus air mata
menghilangkan gema kerinduan pada kota yang kutinggalkan

aku dan pagi saling bercerita
tentang lelaki yang aku nikahi di laut
pesta keruihan juga kedatangan neptunus
ia bertugas menyematkan cincin matahari

pagi selalu tersenyum
gusar pun hilang dari pandangan
aku bahagia berkawan pagi

hari-hari bergegas
meninggalkan laman demi laman
stasiun, rumah masa kecil, juga gedung-gedung berlantai banyak

hari ini, aku duduk kembali
hamparan pasir putih jadi permadani hangat
merayakan hari-hari besar
perjalanan dari kota ke kota, pulau ke pulau
segerombolan ikan datang
berkain biru berselendang hijau
cahaya getirnya tergerus ombak
buih-buih menyesap setiap kenangan yang hadir
lirih

pagi menularkan sebuah senyuman
waktu yang selalu kutunggu


Bumiwangi, 05 Oktober 2011


Mencatat Jarak (3)

yang berdiam menjaga matahari
menawarkan rasa sakit

tak dapat mengulur waktu
mencatat sesuatu

jalanan adalah angka-angka mati
tak memiliki arti


SudutBumi, 2010


Berdebat Denganmu

*
kami memagari rumah dengan anyaman bambu
menutup jendela dengan gorden warna kelam
memasang karpet di dinding-dinding rumah

agar tak ada yang mendengar percakapan
saban hari kami beradu mulut
untuk perihal sepele
pagi-siang-sore bahkan malam hari

isi kepala kami berbeda, kesukaan, wacana diskusi
dan beragam hal lainnya
isi hati kami pun pasti berbeda, ini sudah dapat dipastikan

**
berdebat denganmu membuat hatiku galau
pilihan-pilihan tak pernah menyatu
jawaban dan sanggahan menjadi biru

aku suka pantai-kau bosan dengan pantai
aku bilang sehat-kau selalu sakit

aku malas menjawab bahkan memilih diam
berdebat denganmu menjadikan hatiku batu
terkadang aku ingin mengadu
pada hujan yang diam-diam aku tunggu
pada ombak pada sajak pada tuhan

berdebat denganmu, ya, berdebat denganmu

Bumiwangi, 2011


Permen

tak ada lagi kenangan
semuanya terus berjalan
lurus dan tak dapat berbelok

suara peluit tertinggal di stasiun
tak bisa kubawa
selain ngiang suara

masa kecil tak dapat berulang
hanya tersisa foto dalam album
dan dinding kelabu

tapi, semua waktu yang dilewati
berjejak dalam tubuh
menguarkan aroma manis
seperti lintasan ini
jalanan seolah saku yang penuh cerita

Bumiwangi, 2011






Dian Hartati (Bandung, 1983) menyelesaikan pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia-Universitas Pendidikan Indonesia. Puisinya tersebar di berbagai media dan puluhan antologi bersama. Kumpulan puisi tunggalnya berjudul Kalender Lunar (2011). Mendapatkan berbagai penghargaan penulisan karya sastra, salah satunya Anugerah Sastra Jurdiksatrasia (2006). Sesekali Mengelola blog sudutbumi.wordpress.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar