Aku Pada Risalah Pikir
Tiada
yang peduli ketika halilintar
merajai bumi tanpa sadar diri
menghantarkanku pada mimpi yang sulit terperih
tiada kujumpai hasrat yang beda
musnahkan segala keji dan lara
memikul tubuh yang tak layak
serupa seruan-seruan angin
dalam jalan pikirku
yang berhembus pergi
dan ketika kelahiran itu kembali
aku tetap tak ingat pernah hidup disini.
merajai bumi tanpa sadar diri
menghantarkanku pada mimpi yang sulit terperih
tiada kujumpai hasrat yang beda
musnahkan segala keji dan lara
memikul tubuh yang tak layak
serupa seruan-seruan angin
dalam jalan pikirku
yang berhembus pergi
dan ketika kelahiran itu kembali
aku tetap tak ingat pernah hidup disini.
Kado Cinta
Sekotak
bingkisan serupa hiasan
kukemasi isi dan pita hati
bukanlah barang mahal yang menetap
menyesakkan kado cinta yang tersembunyikan
meruas garis liris dari sudut pemanis
kukemasi isi dan pita hati
bukanlah barang mahal yang menetap
menyesakkan kado cinta yang tersembunyikan
meruas garis liris dari sudut pemanis
Ini
untuk kekasihku
masih jauh dari paru-paru
ia menyebut dirinya kelana sastra jiwa
dalam hatiku yang sendu
selalu rindu suaranya yang syahdu.
masih jauh dari paru-paru
ia menyebut dirinya kelana sastra jiwa
dalam hatiku yang sendu
selalu rindu suaranya yang syahdu.
Cicilan Hutang
Lihatlah,
walau aku menggantinya
dengan sisa-sisa nyawa
namun tak juga dapat melunasinya
dalam kelam aku terduka lara
sedikit tanpa bukit tak terbayar
aku serupa kaum papa
berhutang raga dan jiwa
maaf Tuhan yang Maha
ceritaku perihal sujud yang belum habis terganti
sering lupa bahwa Engkaulah segala
memberi nuansa bahagia
meski hutang cinta takkan sanggup aku rupiahkan.
dengan sisa-sisa nyawa
namun tak juga dapat melunasinya
dalam kelam aku terduka lara
sedikit tanpa bukit tak terbayar
aku serupa kaum papa
berhutang raga dan jiwa
maaf Tuhan yang Maha
ceritaku perihal sujud yang belum habis terganti
sering lupa bahwa Engkaulah segala
memberi nuansa bahagia
meski hutang cinta takkan sanggup aku rupiahkan.
Pada Malam yang Berkedip
Riuh
gemuruh menjadi tabu
merayuku di bilik peradu
tiada gejolak yang mengaitkannya
aku dalam kelirihan yang tiada
menerka malam yang tiap sudutnya tertawa
lalu mengerlingkan mata tanpa senyum
di senyapnya malam yang kulirik
maka dalam gerik keadaan
kutak dapat menerjemahkan bahasanya.
merayuku di bilik peradu
tiada gejolak yang mengaitkannya
aku dalam kelirihan yang tiada
menerka malam yang tiap sudutnya tertawa
lalu mengerlingkan mata tanpa senyum
di senyapnya malam yang kulirik
maka dalam gerik keadaan
kutak dapat menerjemahkan bahasanya.
Fokus UMSU, 2012
Dalam Samar-samar Bayangmu
Ungkapan
rasa yang hitam
tak terjamah tatkala sendu senyap pikun
akan mengusikku mencipta segala heningnya
lirik melirik dalam rabun
samar-samar kubayangkan adamu
mengikis dalam rintik-rintik hujan sore tadi
masih ingatkah dalam seruan dunia
perihal cerita kita pada lembah-lembah kesendirian.
tak terjamah tatkala sendu senyap pikun
akan mengusikku mencipta segala heningnya
lirik melirik dalam rabun
samar-samar kubayangkan adamu
mengikis dalam rintik-rintik hujan sore tadi
masih ingatkah dalam seruan dunia
perihal cerita kita pada lembah-lembah kesendirian.
Fokus
UMSU, 2012
Mata yang Kosong
Jangan
menatapku bungkam kawan
selaksa mengernyitkan dahi
dalam sesunyian yang lekas pergi
lihat aku dalam tajam kepedihan
kemilau pada sepasang cantik bola mata
manatapku kosong tetapi
tak berarti apa-apa
meski aku menemukan sebilah luas
petak-petak dalam bulat mata hitammu.
selaksa mengernyitkan dahi
dalam sesunyian yang lekas pergi
lihat aku dalam tajam kepedihan
kemilau pada sepasang cantik bola mata
manatapku kosong tetapi
tak berarti apa-apa
meski aku menemukan sebilah luas
petak-petak dalam bulat mata hitammu.
Fokus
UMSU, 2012
Jangan Tampar Dadanya
Pernah
hidup aku dalam lorong-lorong dadanya
sulit melupakan renta-rentanya
seakan mati setelah aku
mengujudkan sejuta tangis lalu larinya
pada bunyi-bunyi keras
yang memberi sakit keras-keras di telinga
tolong aku
jangan tampar dadanya
disitu ada duniaku
yang tak kudapat pada alur-alur mimpiku
sulit melupakan renta-rentanya
seakan mati setelah aku
mengujudkan sejuta tangis lalu larinya
pada bunyi-bunyi keras
yang memberi sakit keras-keras di telinga
tolong aku
jangan tampar dadanya
disitu ada duniaku
yang tak kudapat pada alur-alur mimpiku
Fokus
UMSU, 2012
Hesti
Sartika,
lahir di Medan 13 Januari 1994. Sedang menjalani pendidikan di jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar