SAMBAL TERASI
Pembantumu
begitu gembira begitu sambal terasi asli buatannya kau lahap begitu saja.
Padahal bau busuk yang enggan singgah dari mulut dan tanganmu membuat
anak-anakmu kehilangan selera.
Sayang
kau tak menyadari makna hakiki sebenarnya dari bau busuk dan pedasnya.
LOTUS
Mungkin
setelah lotus bertunas pada hati kita
Tak
ada ketakutan selain cinta berwarna merah muda
Yang
terus membawa harumnya kemana-mana
Ia
menjadi sebuah kekuatan yang mengagumkan
Ia
menjadi keberuntungan yang menyadarkan
Dan
ia menjadi hidup di setiap kematian kita
Maka,
setelah lotus lahir dari hati kita
Kemanapun
melangkah tak ada lagi jarak
Ruang
maupun waktu yang berdetak
Sedegup
jantung. Selalu berbinar
Seterang
matahari, seindah bulan
TERATAI MERAH
Lalu,
apa arti cinta sesungguhnya bagimu
Apakah
ia laksana kuda jantan yang terengah-engah,
Ataukah
ia seindah kelopak teratai merah yang terbuka?
MAWAR MERAH
Dengan
segenap keyakinan, aku bertandang
Kuharap
kau sedang menungguku di ruang tamu
Tempat
biasa kita berbagi cerita dan cinta
Jangan
lagi kau sulam amarah, dari sisa kebencian
Sehabis
hujan deras semalam. Sebab, aku sendiri
Gamang
apakah itu yang dinamakan cinta
Aduh.
Getar dada ini semakin debar. Tetapi,
Dengan
setangkai mawar ini kita akan raup
Aroma
rindu di taman hatimu yang penuh warna
SYAIR SAJADAH
Mungkin
zikirku zikir kayu hanyut yang terombang-ambing
Di
permainkan laut. Kadang terdampar di pasir, kadang tenggelam dalam air.
Tak
seperti perahu walau senantiasa basah, senantiasa pula ia belayar
Tapi
tahu kemana harus terdampar mengenyahkan segala gigil
Menghalau
segala debar
Amboi,
adakah do’a ku kan sampai padamu Tuhanku
Seperti
Nuh yang memutuskan tali-tali kufur dari tonggak-tonggak rapuh
Seperti
Ibrahim yang mendinginkan bara-bara angkara api
Seperti
Muhammad yang menebar maklumat sepenuh hikmat
Mungkin
zikirku zikir debu dari rapuh kayu-kayu yang dihembuskan
Angin
bisu. Semacam lagu-lagu rindu, semacam pilu kelu
Dan
kemudian tersangkut entah kemana, entah dimana pula berimba.
Padahal
syair-syairku adalah syair-syair sajadah
Syair-syair
basah
Amboi,
adakah zikirku zikir rindu atau zikir-zikir ragu padamu Tuhanku
Seperti
kabil yang menghilangkan jejak-jejak habil
Seperti
zulaikha yang menyusupkan syahwat di dada Yusuf
Seperti
Syekh Sibli yang merampungkan cinta Al-Halaj dengan bunga
Mungkin
zikirku zikir airmata yang mengalirkan
Syair-syair
sajadah basah yang bermuara pada entah
KOMUNITAS HOME POETRY, 2012
M. Raudah
Jambak, S. Pd, lahir di Medan, 5 Januari 1972. Pernah bersinggungan di Komunitas Forum Kreasi
Sastra, Komunitas Seni Medan, Komunitas Garis Lurus, Himpunan Sarjana
Kesusastraan Indonesia, Komunitas Sastra Indonesia, Seniman Indonesia Anti
Narkoba,dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar