Antologi Puisi Ria Ristiana Dewi :
Menilik
Rasa dari Cuplikan Karya
Oleh : Febri Mira Rezki
Oleh : Febri Mira Rezki
Judul :
Angin Kerinduan
Penulis :
Ria Ristiana Dewi
Penerbit :
Leutika Prio, Yogyakarta
Cetakan :
Oktober 2011
Halaman/Ukuran :
x + 116, 13 x 19 cm
Pemerhati Aksara :
Tristanti
Dessin Sampul :
Anto
Tata Letak :
AGA
ISBN :
978-602-225-110-1
“Angin Kerinduan” karya
Ria Ristiana Dewi bercover tidak kontras dan agak suram, sementara gambar
batang pohon dengan baju seorang perempuan yang duduk di batangnya hampir tak
dapat dibedakan.
Namun di
balik itu semua, ada yang istimewa dari buku karya Ria Ristiana Dewi tersebut,
yakni puisi-puisinya mensinyalirkan apa yang ia rasakan sehingga orang lain
merasakannya pula. Puisi-puisinya pun berkaitan erat dengan perasaan, terutama
ketika menspesifikkan puisinya untuk seseorang, misalnya ibu, ayah, ataupun
kepada :khair terasa sekali puisinya tersemat pesan mendalam yang dibalut oleh makna
pada tiap kata-katanya.
Dalam hal peletakan, susunan
puisi agaknya disengaja, sehingga timbul penafsiran dari pembaca, ketika membaca
puisi yang letaknya di awal, seolah pembaca disuguhkan dengan puisi yang
biasa-biasa saja. Artinya,
kata-kata yang digunakan umum, pembaca mudah larut dalam mengartikan maksud
penulis menulis puisinya.
Selanjutnya
di pertengahan, pembaca disajikan puisi yang bagus, dan puisi yang letaknya di
akhir, pembaca dihidangkan puisi yang sangat bagus, pun menggugah pembaca.
Susunan ini jelas menyisipkan suspend
bagi para pembaca agar terus membaca dan ingin membaca terus puisi-puisi karya
Ria Ristiana Dewi.
Namun,
ada hal yang perlu diperhatikan penulis dalam penulisan puisinya, misalnya
judul-judul puisinya alangkah baiknya jika diruntut sesuai abjad, dan tahun
pembuatan ditulis berurut, misalnya tahun 2010, 2011, 2013, dan seterusnya.
Umumnya, puisi Ria Ristiana Dewi
yang judulnya satu kata, membuat pembaca menyimpulkan sendiri isi seluruh puisi
itu sesuai judul, seolah di sini penulis telah menjelaskan puisinya. Sebelum
pembaca membacanya, si pembaca sudah tahu maksud penulis, meskipun maksud
penulis itu sendiri tidak demikian. Misalnya
puisi-puisi yang berjudul: Kamboja, Ibu,
Tornado, Embun, Remuk, Sunyi, Pamit, Mendung, Jejak, Risau, Asmara, dan
lain-lainnya.
Ada beberapa judul puisi yang
memberikan kesan pada para pembaca, sehingga sulit melupakan karya Ria Ristiana
Dewi, karena karyanya yang luar biasa bercerita fakta, meskipun puisi sederhana,
tapi mengandung makna.
Hal ini
diterima pembaca karena menyatu masuk ke tiap individu yang membacanya. Seolah
penulis tahu, karyanya sesuai dengan kenyataan yang pernah dialami pembaca,
misalnya halaman 41 puisi yang berjudul Ibu,
dan halaman 50 puisi yang berjudul Ibuku
dan Kartini.
Selanjutnya meniliklah pembaca ke
halaman 52 puisi berjudul Mengasah Angin.
Judul seolah tidak kawin, dalam artian cerai. Ini
menjadikan penafsirannya tidak dapat dibunuh oleh logika. Logika
lantas mempertanyakan kebenaran judul. Apakah
angin bisa diasah? Bagaimana mengasahnya? Jika bisa, angin menjadi seperti apa
jika diasah?
Inilah yang akan timbul jika
pembaca membayangkan lagi mengaitkan pada kenyataan. Sementara pada halaman 68
puisi berjudul Angin Berdesir Tentang
Kita, bait pertama larik akhir terdapat kata yang mubazir, menjadikan larik
tersebut rancu, yakni yang hadir,
tiba, tiba-tiba menahan kencang detak jantung.
Melihat puisi halaman 81 yang
berjudul Pilu 1 tidak ada di daftar
isi, dan yang terakhir halaman 92 puisi yang berjudul Ratapan, bait ke dua ada kesalahan ketik, ketika penulis ingin
menulis cepat-cepat menghantam
lantai menjadi tertulis cepat-cepat menghintam
lantai.
Berdasarlah pada niat dan
keyakinan, bahwa puisi itu sejatinya meluahkan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan
dialami menjadikannya satu kesatuan benang merah yang bertolak ukur pada
pengalaman pribadi, orang lain maupun lingkungan. Sehingga,
dengan lancar kita mengalirkan pena ke lembar-lembar yang menorehkan tulisan
atas nama karya. Ria Ristiana Dewi berhasil membuat pembaca menyelami dunianya. ***
Ranah
Kompak, 20 Maret 2013
Febri Mira Rizki, lahir di Lhokseumawe 09 Februari 1990. Anak pertama dari Soemady dan Almarhumah Maimunah ini menyelesaikan kuliahnya di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bergiat di Komunitas Kompak (Komunitas penulis anak kampus). Pernah menjuarai lomba kepenulisan. Karyanya terbit di Tabloid Gaul, Buletin JEJAK, Buletin Pustaka, Majalah DINAMIKA, Medan Bisnis, Waspada, Mimbar Umum, Orbit, Jurnal Medan, dan media on-line C-MAGZ, Koran Bogor, Harian Lahat, Radar Indonesia, AtjehLINK, dan Lintas Gayo. Juga termaktub dalam puluhan buku antologi. Di tahun 2012 ia mendapat WSC AWARD sebagai Penulis Puisi Terproduktif dan Penulis Buku Terproduktif. FB: Febri Mira Rizki. E-mail: febrimirarizkisastra@yahoo.com Tweet: @febriMiraRizki2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar