Di Dadaku, Aku Membangun Istana Cinta
1/
pagi dingin
1/
pagi dingin
secangkir lai cha dan setumpuk ingin
menyapa
wafer kacang yang bergelung di atas piring
musik alam
mengalun tertiup angin
dan aku
menikmatinya tanpa sekeping kata
suara-suara
mulai menggaduh
dari laju
kereta di seberang jendela
nyala
lampu pun telah padam
sebelum
mataku sempurna terbuka
memandang
bayang di awang angan
tempat di
mana aku sering mencarimu
di langit
biru pun di dedaunan hijau
tak ada
lagi
hanya
tersisa gersang di mana-mana
aku
tersudut dalam kebisuan
mimpiku
tentangmu tercuri siang
kuraba
dadaku tiada apa
hampa
semata
tawaku
yang paling tawar pun sirna
kudapati
tanah kosong yang lapang
tanpa
bangunan di atasnya
asin
airmataku perlahan menggenang
aku berkubang
di dalamnya
mengigil
menahan dingin
di tengah
musim kemarau yang kering
2/
pagi
dingin
secangkir lai cha dan setumpuk ingin
masih
menunggu bersama wafer kacang di atas meja
aku telah
bangun lebih awal dari semula
untuk
mengerjakan kewajiban yang sering tertunda
suara-suara
lebih merdu
seraya
menyambut senyumku
yang
kuntumnya pernah layu
aku
menggenapkankannya menjadi tawa
ketika
kuraba dada
kutemukan
istana cinta di sana
Tsuen Wan,
18 September 2012
Kau Bertahta di Hatiku
1.
waktu memang tak ubahnya arus sungai
senantiasa mengalir menuju hilir
tak peduli di hulu ada
ribuan cerita yang tertinggal1.
waktu memang tak ubahnya arus sungai
senantiasa mengalir menuju hilir
begitupun kisah engkau dan aku
menghanyut pasrah pada alur waktu
menuju muara yang sesungguhnya
2.
tak sedikit bebatuan menghalang jalan
sesekali kita terantuk meski berusaha menghindar
lalu terus melaju tanpa peduli pada memar
tak lagi ada beda mau mengapung pun tengelam ke dasar sungai
'engkau dan aku tak sendiri'
siang hari ketika nyala matahari memanggang
pun ketika gigil malam menyampul tulang
kudekap erat tak pernah akan kulepaskan
kujaga hati yang telah menjadi milikmu
3.
duhai, lelaki penjaga hujan
seperti air hujan yang memuara ke muara
begitu pun engkau bertahta di hatiku
menyatu adanya tanpa jeda jarak
meski segala kata menamakan dirinya perpisahan
semua tiada berarti lagi bagiku
Hong Kong, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar