Sabtu, 13 April 2013

GELANGGANG SAJAK : Arista Devi

Di Dadaku, Aku Membangun Istana Cinta

1/
pagi dingin
secangkir lai cha dan setumpuk ingin
menyapa wafer kacang yang bergelung di atas piring
musik alam mengalun tertiup angin
dan aku menikmatinya tanpa sekeping kata

suara-suara mulai menggaduh
dari laju kereta di seberang jendela
nyala lampu pun telah padam
sebelum mataku sempurna terbuka
memandang bayang di awang angan

tempat di mana aku sering mencarimu
di langit biru pun di dedaunan hijau
tak ada lagi
hanya tersisa gersang di mana-mana
aku tersudut dalam kebisuan
mimpiku tentangmu tercuri siang

kuraba dadaku tiada apa
hampa semata
tawaku yang paling tawar pun sirna
kudapati tanah kosong yang lapang
tanpa bangunan di atasnya

asin airmataku perlahan menggenang
aku berkubang di dalamnya
mengigil menahan dingin
di tengah musim kemarau yang kering

2/
pagi dingin
secangkir lai cha dan setumpuk ingin
masih menunggu bersama wafer kacang di atas meja
aku telah bangun lebih awal dari semula
untuk mengerjakan kewajiban yang sering tertunda

suara-suara lebih merdu
seraya menyambut senyumku
yang kuntumnya pernah layu
aku menggenapkankannya menjadi tawa
ketika kuraba dada
kutemukan istana cinta di sana

Tsuen Wan, 18 September 2012


Kau Bertahta di Hatiku

1.
waktu memang tak ubahnya arus sungai
senantiasa mengalir menuju hilir
tak peduli di hulu ada ribuan cerita yang tertinggal
begitupun kisah engkau dan aku
menghanyut pasrah pada alur waktu
menuju muara yang sesungguhnya

2.
tak sedikit bebatuan menghalang jalan
sesekali kita terantuk meski berusaha menghindar
lalu terus melaju tanpa peduli pada memar
tak lagi ada beda mau mengapung pun tengelam ke dasar sungai

'engkau dan aku tak sendiri'

siang hari ketika nyala matahari memanggang
pun ketika gigil malam menyampul tulang
kudekap erat tak pernah akan kulepaskan
kujaga hati yang telah menjadi milikmu

3.
duhai, lelaki penjaga hujan
seperti air hujan yang memuara ke muara
begitu pun engkau bertahta di hatiku
menyatu adanya tanpa jeda jarak
meski segala kata menamakan dirinya perpisahan
semua tiada berarti lagi bagiku

Hong Kong, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar