G
|
ERAKAN kaum feminisme untuk membuktikan bahwa kegiatan ekonomi sangat
berkaitan dengan peran perempuan, termasuk yang memosisikan dirinya sebagai ibu
rumah tangga, hingga saat ini cukup kuat. Hal ini tentunya merupakan bagian
yang penting bagi upaya gerakan feminisme untuk menuntut keadilan dan kesamaan
hak dalam kehidupan masyarakat. Juga, tidak memungkinkan untuk memerkirakan
sumbangan pekerjaan perempuan terhadap nafkah keluarga dan meramalkan jumlah
anggota keluarganya.
Penelitian khusus tentang faktor-faktor yang
memengaruhi orientasi perempuan untuk bekerja dan dapat menyediakan pangkal
tolak untuk menganalisa pengaruhnya. Brown (1976) via Giddens dan Held (ibid,
hal. 486) menggambarkan beberapa faktor yang memengaruhi perempuan menjadi
majikan dalam studi sosiologi industri.
Ada berbagai latar belakang perempuan memasuki
pasar kerja. Pertama, untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri dan keluarga, terutama bagi perempuan yang belum
bersuami tetapi juga menopang keberlangsungan ekonomi keluarga. Kedua, perempuan tidak lagi bersuami
tetapi harus memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarganya. Ketiga, masih bersuami namun ikut membantu suami dalam memenuhi
kebutuhan hidup keluarga dan rumah tangganya.
Karena itu, pendapatan perempuan akan berpengaruh
menyamaratakan terhadap ketimpangan kelas dengan menyamakan perbedaan yang
terdapat dalam pendapatan total rumah tangga. Argumen ini bisa saja dapat
ditukar dengan cara lain, misalnya penghasilan perempuan adalah terpenting
artinya dalam rumah tangga yang para penerima gajinya terdiri dari pekerja
kurang terampil dan bekerja pada pekerjaan yang berupah cukup.
Berdasarkan pandangan inilah, Braverman via
Giddens dan Held (ibid, hal. 493) mengkritik orang yang memandang bahwa
kesempatan kerja perempuan bersifat sementara, insidental dan kebetulan saja,
padahal sebenarnya harus ditempatkan pada pusat perhatian semua studi tentang
pekerjaan perempuan sekarang ini.
Namun orang tidak perlu berasumsi bahwa
kecenderungan kesempatan kerja perempuan lebih terfokus daripada laki-laki.
Yang penting adalah menyadari bahwa partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja
memengaruhi kondisi laki-laki dan perempuan.
Dalam pengertian lain, perubahan pekerjaan dan
distribusi industrial pekerja laki-laki dan perempuan adalah saling melengkapi
dan saling tergantung. Braverman juga menyatakan, perempuan merupakan sumber
utama “tenaga kerja cadangan” yang diperlukan untuk berfungsinya ekonomi.
Sebagai tenaga cadangan pula, menurutnya, pekerja
perempuan sagat dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa komersial
alternatif yang sebelumnya diproduksi dalam rumah tangga. Pola konsumsi rumah
tangga yang baru menyediakan pasar bagi bentuk-bentuk produk baru. Sementara itu, proporsi rumah tangga yang
tergantung pada penghasilan perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidup semakin
meningkat, terutama karena berhadapan dengan menyusutnya kesempatan kerja
tradisional laki-laki dalam industri.
Begitulah. Peranan perempuan terhadap ekonomi
rumah tangganya cukup signifikan, sehingga sebenarnya bukanlah kelompok
masyarakat yang tidak berkaitan samai sekali dengan kegiatan ekonomi. Studi
tentang buruh perempuan dalam pekerjaan panen di daerah pertanian di Serdangbedagai,
misalnya, menunjukkan para perempuan juga mempunyai peranan penting dalam
kehidupan rumah tangganya.
Selain itu, berbagai studi lanjutan tentang kontribusi
perempuan bagi ekonomi rumah tangga yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gajah Mada pada 1990-an telah memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang sumbangan perempuan dalam ekonomi rumah tangganya. Hal ini
dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Ken Suratiyah dan Sunarry Syamsi
Hariadi (1990) tentang kegiatan perempuan dalam aktivitas pertanian dan
sumbangan hasil kerja itu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Penelitian tersebut menggambarkan bahwa pada saat
sibuk dengan pekerjaan pertanian, terutama pada masa tanam dan panen, para ibu
rumah tangga terpaksa mengurangi jam kerja untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga, seperti mencuci, membersihkan rumah, dan mengasuh anak. Pekerjaan rumah
tangga tersebut terpaksa diambil alih oleh anak-anaknya yang lebih tua ataupun
suaminya. ***
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar