Sabtu, 08 Juni 2013

Perempuan dan Ekonomi Rumah Tangga


 


G
ERAKAN kaum feminisme untuk membuktikan bahwa kegiatan ekonomi sangat berkaitan dengan peran perempuan, termasuk yang memosisikan dirinya sebagai ibu rumah tangga, hingga saat ini cukup kuat. Hal ini tentunya merupakan bagian yang penting bagi upaya gerakan feminisme untuk menuntut keadilan dan kesamaan hak dalam kehidupan masyarakat. Juga, tidak memungkinkan untuk memerkirakan sumbangan pekerjaan perempuan terhadap nafkah keluarga dan meramalkan jumlah anggota keluarganya.
Penelitian khusus tentang faktor-faktor yang memengaruhi orientasi perempuan untuk bekerja dan dapat menyediakan pangkal tolak untuk menganalisa pengaruhnya. Brown (1976) via Giddens dan Held (ibid, hal. 486) menggambarkan beberapa faktor yang memengaruhi perempuan menjadi majikan dalam studi sosiologi industri.
Ada berbagai latar belakang perempuan memasuki pasar kerja. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga, terutama bagi perempuan yang belum bersuami tetapi juga menopang keberlangsungan ekonomi keluarga. Kedua, perempuan tidak lagi bersuami tetapi harus memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarganya. Ketiga, masih bersuami namun ikut membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan rumah tangganya.
Karena itu, pendapatan perempuan akan berpengaruh menyamaratakan terhadap ketimpangan kelas dengan menyamakan perbedaan yang terdapat dalam pendapatan total rumah tangga. Argumen ini bisa saja dapat ditukar dengan cara lain, misalnya penghasilan perempuan adalah terpenting artinya dalam rumah tangga yang para penerima gajinya terdiri dari pekerja kurang terampil dan bekerja pada pekerjaan yang berupah cukup.
Berdasarkan pandangan inilah, Braverman via Giddens dan Held (ibid, hal. 493) mengkritik orang yang memandang bahwa kesempatan kerja perempuan bersifat sementara, insidental dan kebetulan saja, padahal sebenarnya harus ditempatkan pada pusat perhatian semua studi tentang pekerjaan perempuan sekarang ini.
Namun orang tidak perlu berasumsi bahwa kecenderungan kesempatan kerja perempuan lebih terfokus daripada laki-laki. Yang penting adalah menyadari bahwa partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja memengaruhi kondisi laki-laki dan perempuan.
Dalam pengertian lain, perubahan pekerjaan dan distribusi industrial pekerja laki-laki dan perempuan adalah saling melengkapi dan saling tergantung. Braverman juga menyatakan, perempuan merupakan sumber utama “tenaga kerja cadangan” yang diperlukan untuk berfungsinya ekonomi.
Sebagai tenaga cadangan pula, menurutnya, pekerja perempuan sagat dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa komersial alternatif yang sebelumnya diproduksi dalam rumah tangga. Pola konsumsi rumah tangga yang baru menyediakan pasar bagi bentuk-bentuk produk baru.  Sementara itu, proporsi rumah tangga yang tergantung pada penghasilan perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidup semakin meningkat, terutama karena berhadapan dengan menyusutnya kesempatan kerja tradisional laki-laki dalam industri.
Begitulah. Peranan perempuan terhadap ekonomi rumah tangganya cukup signifikan, sehingga sebenarnya bukanlah kelompok masyarakat yang tidak berkaitan samai sekali dengan kegiatan ekonomi. Studi tentang buruh perempuan dalam pekerjaan panen di daerah pertanian di Serdangbedagai, misalnya, menunjukkan para perempuan juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan rumah tangganya.
Selain itu, berbagai studi lanjutan tentang kontribusi perempuan bagi ekonomi rumah tangga yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada pada 1990-an telah memberikan gambaran yang lebih jelas tentang sumbangan perempuan dalam ekonomi rumah tangganya. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Ken Suratiyah dan Sunarry Syamsi Hariadi (1990) tentang kegiatan perempuan dalam aktivitas pertanian dan sumbangan hasil kerja itu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Penelitian tersebut menggambarkan bahwa pada saat sibuk dengan pekerjaan pertanian, terutama pada masa tanam dan panen, para ibu rumah tangga terpaksa mengurangi jam kerja untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci, membersihkan rumah, dan mengasuh anak. Pekerjaan rumah tangga tersebut terpaksa diambil alih oleh anak-anaknya yang lebih tua ataupun suaminya. ***



Suyadi San, adalah peneliti di Balai Bahasa Sumatera Utara Kemdikbud dan Litbang Harian Mimbar Umum serta dosen Sastra Indonesia di FBS Unimed, FKIP UMSU, dan UISU. Aktif bersastra dan berteater. Menyelesaikan Magister Sains Antropologi Sosial pada Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.  

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar