F
|
EMINISME dalam studi Antropologi Ekonomi mulai mendapatkan tempatnya
mengiringi terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia (2002
: 192). Perubahan yang berlangsung telah membawa pula pada terjadinya perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia, antara lain ditandai semakin
kuatnya tuntutan pada kehidupan yang lebih demokratis dan perlakuan yang adil
terhadap hak-hak asasi manusia.
Para ahli ekonomi aliran
neoklasik modern mempunyai pandangan bahwa kegiatan ekonomi pasar tidak ada
hubungannya sama sekali dengan kegiatan rumah tangga. Meskipun kebutuhan
konsumsi rumah tangga secara domestik menyatu dalam kegiatan ekonomi pasar,
kegiatan rumah tangga dan keluarga tetap dipandang bukan sebagai ekonomi. Kalaupun perempuan terlibat langsung dalam
produksi dalam rumah tangga, itu tidak dipandang sebagai pekerjaan yang
bersifata ekonomi.
Syafri Sairin dkk (ibid, hal. 195) menyebutkan, ketika kegiatan
industri mulai merambah dalam kehidupan masyarakat, rumah tangga mulai
dipandang tidak berkaitana sama sekali dengan kegiatan ekonomi. Dalam
masyarakat industri, laki-laki dipandang sebagai satu-satunya aktor dalam
proses produksi. Ketika industrialisasi masih berada dalam tahap-tahap aawal
perkembangannya, masih terbatas pada pertambangan dan pabrik, hanya atenaga
laki-laki yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja. Sifat pekerjaan industri pada
saat itu membutuhkan tenaga fisik yang kuat, dan secara kultural hal itu hanya
dimiliki oleh laki-laki.
Kaum perempuan karena dipandang lebih lemah
fisiknya daripada laki-laki, ditempatkan untuk melakukan pekerjaan di sekitar
rumah tangga. Kegiatan yang dilakukan dalam rumah tangga cenderung dianggap
sebagai kegiatan non-ekonomi, karena yang utama tugas perempuan adalah sebagai
ibu rumah tangga. Tugas-tugas rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak,
membersihkan rumah, melakukan kegiatan yang berhubungan dengan reproduksi atau
konsumsi dipandang sebagai kegiatan yang non-ekonomi.
Kaum feminisme tentu saja berusaha untuk
meluruskan persepsi dan pandangan yang demikian itu dan berusaha menunjukkan
bahwa kaum perempuan memberikan konstribusi yang signifikan dalam kegiatan
ekonomi meskipun mereka menyandang status ibu rumah tangga. Berbagai studi
tentang kontribusi perempuan dalam kehidupan rumah tangga telah dilakukan di
berbagai tempat. Hasil studi itu memperlihatkan bagaimana ibu-ibu rumah tanga
tersebut memberikan konstribusi yang sangat penting dalam kehidupan rumah
tangganya.
Garnsey via
Giddens dan Held (1982 : 471) berpendapat, tidak adillah menuliskan aktivitas
dan sikap perempuan hanya seakan-akan mencerminkan apa yang dikerjakan
laki-laki di dalam keluarga. Menurutnya, di dalam pasar tenaga kerja, perempuan
cenderung tersisihkan ke sektor skunder. Sebabnya tidak diragukan lagi,
termasuk prasangka langsung laki-laki terhadap pekerja perempuan serta
sederetan faktor lain yang membatasi partisipasi perempuan dalam angkatan
kerja. Keterlibtan perempuan dalam pekerjaan rumah tangga yang tidak berupah,
seperti mengurus rumah tangga dan memelihara anak, adalah bagian analisa
skunder dari Garnsey.
Antony Giddens dan David Held (ibid, hal. 479)
melakukan analisisnya dengan menggunakan teori stratifikasi. Pendekatan dominan
dalam studi stratifikasi ini adalah memandang sistem pekerjaan sebagai
rangka-kerja yang di dalamnya terdapat individu dan kelompok-kelompok serta
mengikuti perkembangannya menurut hierarki keterampilan dan ganjaran yang
dicerminkannya. Menurut Giddens dan Held, struktur pekerjaan, yang membentuk
“tulang punggung” sistem ganjaran, termasuk posisi yang diisi oleh perempuan,
tetapi ganjaran sosial dan ekonomi yang tersedia untuk kebanyakan perempuan
berbeda dari yang diperoleh kebanyakan laki-laki dari posisi pekerjaan mereka.
Giddens dan Held juga menyebutkan, urgensi
teknologi tidak dapat dinyatakan sebagai faktor otonom, yang tidak berkaitan
dengan masalah kesempatan kerja. Tingkat upaha dan kesempatan kerja dipengaruhi
oleh lemahnya posisi tawar-menawar kebenyakan pekera perempuan, berkaitan
dengan pekerjaan rumah tangga mereka yang tidak dibayar. Hasil pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan dalam pekerjaan rumah tangga dan pemeliharaan anak inilah yang
menentukan struktur upah, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Karena kaitan
antara biaya tenaga kerja dan insentif untuk
memperkenalkan penemuan teknologi, maka penawaran tenaga kerja perempuan
dengan tingkat upah yang relatif rendah merupakan satu faktor yang mempengaruhi
keputusan dalam investasi.
Dalam studi stratifikasi itu, Giddens dan Held
membuat tesis, persediaan tenaga kerja perempuan memengaruhi cara-cara mengubah
proses kerja dan dengan demikian menentukan perubahan dalam struktur pekerjaan.
Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan di dalam rumah tangga dan pasar
tenaga kerja adalah satu faktor yang memberikan sumbangan terhadap ketimpangan
kondisi dan kesempatan yang menentukan, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan. Bukan semata-mata karena perbedaan jenis kelamin mereka, tetapi
karena sebagai anggota dari masyarakat berkelas. ***
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar