Jumat, 30 Agustus 2013

Ono Niha (Sabtu, 24 Agustus 2013)



O
NO Niha, begitulah saya mendengar kata itu untuk menyebutkan orang Nias. Ketika berada di Gunungsitoli, Nias, Kamis (22/08/2013) saya mereka-reka, dari manakah asal mujasal orang Nias ini. Sebab, bahasanya begitu berbeda di telinga. Mirip bahasa orang-orang negeri kepulauan.
Setelah bongkar-bongkar referensi, ternyata ada penelitian terbaru yang mengungkap bahwa penduduk asli orang Nias berasal dari Taiwan. Ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan seorang ahli genetika, Manis van Houven.
Houven mengambil sampel DNA dari sekira 900 warga Nias. Hasil pemeriksaan menunjukkan ada kedekatan ke titik akurat bahwa orang Nias sangat dominan mirip dengan genetika orang Taiwan.
Sebelum penelitian ini dilakukan, muncul spekulasi bahwa asal muasal orang Nias berasal dari Eropa atau kepulauan terdekat dengan pesisir pantai barat Sumatera, seperti Kepulauan Nicobar atau Madagaskar.
Konon, hasil penelitian Houven ini setidaknya menjawab berbagai spekulasi tentang asal usul orang Nias.
Penelitian Houven pernah disosialisasikan melalui seminar internasional di Gunungsitoli yang dihadiri kalangan pejabat, seperti wali kota dan bupati. Ada pula para akademisi terkemuka berasal dari Kepulauan Nias. Penelitian ini dimotori Yayasan Pusaka Nias.
Ciri khas orang Nias, terutama dari kawasan Nias Utara, Nias Tengah, dan Kota Gunungsitoli, secara dominan dapat diidentifikasi dengan mudah, yakni berambut hitam, berbentuk oval, berkulit putih, dan berpostur tubuh sedang.
Hal ini berbeda sedikit dengan ciri khas orang Nias yang berasal dari Nias Selatan, terutama asal Teluk Dalam yang memiliki wajah lojong dengan rahang keras dan berpostur tubuh tinggi. Meski demikian, mereka juga berkulit putih seperti orang China namun matanya tidak sipit.
Yohanes Hammerle, pendiri Yayasan Pusaka Nias, mengatakan, orang-orang Nias awalnya berasal dari Gomo, yakni salah satu kecamatan di Kabupaten Nias Selatan, tepatnya di Sifalago-Gomo.
Hal in sejalan dengan hasil penelitian Houven, seorang peneliti spesialis DNA, yang menyebut bahwa salah satu suku bangsa besar, yakni Austronesian telah melakukan ekspansi sejak 5.000 tahun lalu. Sebagian besar suku bangsa tersebut merupakan orang Taiwan atau dahulu bernama Yunan.
Hasil penelitian DNA diketahui bahwa secara dominan orang Nias memiliki jenis golongan darah ‘O’ dan diketahui memiliki karakter yang berbeda antara orang Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan, dan kabupaten atau daerah lainnya di Kepulauan Nias. Selanjutnya, dia mengategorikannya sebagai O-M110 dan O-M119.
Hal ini, memiliki korelasi terhadap jenis bahasa yang dipakai. Bahasa yang digunakan di Teluk Dalam sangat berbeda dengan bahasa yang dipakai warga di daerah Nias lainnya.
Dijelaskan pula, pengelompokan jenis karakter genetika tersebut, yakni Y-chromosome haplogroups, ditemukan bahwa genetika dengan tanda berwarna kuning di dalam lingkaran merupakan jenis karakter yang dominan di Pulau Nias. Ini berbeda dengan daerah di Teluk Dalam yang ditandai dengan warna merah.
Jenis karakter warna kuning tersebut juga menyebar di berbagai daerah di Asia Tenggara, terutama Taiwan dan Filipina. Namun, diketahui bahwa Taiwan lebih dominan setelah dilihat dari berbagai pendekatan lainnya.
Daerah Sifalago-Gomo di Nias Tengah, yang diketahui tempat awal orang Nias mulai ada, dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sangat didominasi tanda genetika berwarna kuning. Dari sini diketahui bahwa orang Nias umumnya memiliki kemiripan dengan genetika orang Taiwan.
Hingga 25  Agustus 2013 saya berada di kepulauan ini bersama tim dari Balai Bahasa Sumatera Utara. Ah, mau dari Taiwan maupun Filipina, yang penting kita harus tetap menjaga dan melestarikan budaya Nias. Yang terpenting, jangan sampai budaya-budaya asing memengaruhi budaya kita bahkan menghilangkan budaya sendiri.
Apalagi, pulau Nias ini sangat indah, banyak keunikan, berbagai tempat wisata dan budaya seperti Lompat Batu, Tari, Maena, Tari Moyo, Tari Baluse, dll.. Nah, untuk itu Ono Niha AINE DATAHOGO MBANUADA TANO NIHA,,,,, awai and zitola mafa'ema... YA'AHOWU'.. ***

      


Suyadi San, adalah peneliti di Balai Bahasa Sumatera Utara Kemdikbud dan Litbang Harian Mimbar Umum serta dosen Sastra Indonesia di FBS Unimed, FKIP UMSU, dan UISU. Aktif bersastra dan berteater. Menyelesaikan Magister Sains Antropologi Sosial pada Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.  

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar