Jumat, 30 Agustus 2013

MENINGKATKAN MORAL BANGSA DENGAN NILAI AGAMA DAN NILAI BUDAYA (Sabtu, 3 Agustus 2013)

Oleh : Eva Juliyanti


M
oral berasal dari bahasa Latin Moralitas  adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
            Moral anak zaman sekarang sudah tidak terarah lagi, rasa malu atau sungkan sudah tidak melekat di diri mereka. Banyaknya kasus-kasus kriminalitas di Indonesia tak lain dan tak bukan dilakukan oleh generasi-generasi penerus bangsa ini. Nama baik  Indonesia sendiri tercoreng oleh tingkah laku anak bangsa sendiri, sama halnya dengan muka ibunya dilumuri kotoran  anak kandungnya.

Apa Penyebabnya ?
            Di era globalisasi ini budaya asing begitu bebas masuk dan memperbudak anak bangsa untuk mengikuti budaya asing tersebut. Jika tidak mengikuti budaya tersebut maka disebut KEZAM atau Ketinggalan Zaman. Sungguh miris budaya Timur ditinggalkan dan budaya Barat dilestarikan.
            Banyaknya kasus yang mencerminkan merosotnya moral anak bangsa misalnya saja saat ini lagi maraknya kasus pornografi dan lebih mirisnya dilakukan anak di bawah umur. Bahkan, para pejabat tinggi negara ini juga melakukan hal yang tidak bermoral. Ada kasus yang belakangan ini sangat mengiris-iris dada bangsa ini , 5 anak SD memerkosa temannya sendiri.
            Kejadian ini dipicu seringnya kelima anak tersebut melihat video porno.Video porno mudah diakses melalui laman (website) atau situs porno yang marak di dunia maya. Walaupun pemerintah sudah memblokir situs-situs porno namun tiap harinya situs-situs porno baru bermunculan.
Dan mungkin kita masih ingat dengan kasus yang sungguh memalukan dan cukup mengiris hati kita, sepasang suama istri rela melakukan hubungan suami-istri di depan umum dan mengizinkan untuk divideokan atau didokumentasikan hanya demi mendapatkan bayaran sebesar Rp. 800.000.
Bukan itu saja, ada kasus kepala sekolah diduga mencabuli belasan siswanya. Kader partai politik juga tak luput dari aksi pornografi dengan melakukan hubungan suami-isti bersama pasangan bukan istrinya.
Terlihat jelas, bukan saja para wong cilik “rakyat” melakukan aksi keji tersebut dan ternyata para pejabat tinnggi di negara ini juga tak mau kalah. Itu masih contoh beberapa kasus pada 2013 ini, jika ditelusuri lebih jauh sangat miris melihatnya.
            Sungguh miris sekali, bukan saja lemahnya moral menjadi penyebab semua itu, namun himpitan ekonomi memaksa mereka melakukan segala cara, seperti yang dilakukan sepasang bukan suami-istri dan kelima anak tersebut.
            Menanggapi persoalan tersebut, sebaiknya pemerintah memberikan perhatian khusus, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus dan penegak bangsa Indonesia kelak.Generasi muda kita harus dibekali nilai-nilai agama dan budaya yang tinggi, agar moral dan mental mereka terhadap kecintaan kepada bangsa ini semakin kuat.
            Banyak hal dapat dilakukan untuk meningkatkan moral generasi muda saat ini, seperti menanamkan nilai-nilai agama, mengenalkan dan mengajak untuk melestarikan budaya bangsa dan lain-lain.

Menanamkan Nilai-Nilai Agama
            Agama di Indonesia beragam. Ada Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu, dan  Konghucu. Masing-masing agama tersebut pasti mengajarkan kebajikan, bukan kebatilan. Dengan melekatnya nilai agama, moral generasi muda ini akan lebih baik dan mulia. Nilai agama ini pun harus dibarengi dengan nilai nasionalisme dan intelegensi yang tinggi sebab jika tidak maka akan ada perang antaragama.
            Para generasi muda akan memiliki rasa takut kepada Tuhan jika ingin berbuat sesuatu yang melenceng atau tidak sesuai dengan agama mereka. Misalnya saja, jika para pejabat tinggi negara ini mempunyai rasa takut dan diawasi oleh Tuhan maka tidak akan terjadi korupsi. Begitu juga dengan generasi muda ini, jika mereka merasa diawasi maka mereka tidak melakukan perbuatan kriminal yang bukan saja mencoreng nama mereka namun nama bangsa ini juga.
            Hancurnya moral karena rendahnya keimanan. Semakin tinggi iman seseorang, semakin tinggi pula akhlaknya. Semakin rendah iman seseorang, semakin rendah pula akhlaknya.

Mengenalkan dan Mengajak untuk Melestarikan Budaya
            Setelah nilai-nilai agama sudah tertanam dengan akar yang kuat dan tidak akan goyang walaupun tertiup badai angin, langkah selanjutnya memerkenalkan budaya-budaya yang dimiliki bangsa ini. Budaya Indonesia sangat beragam dan diwarnai adat-adat atau tradisi yang masih kental. Dengan memerkenalkan budaya Indonesia dan mengajak untuk melestarikan budaya tersebut, akan menumbuhkan jiwa nasionalisme yang tinggi.
            Menanamkan jiwa nasionalisme di sekolah merupakan langkah yang tepat, karena di sekolah itulah generasi muda berkumpul. Tidak perlu lagi mencari orang atau membuat perkumpulan. Di sekolah-sekolah sudah ada pelajaran atau kegiatan ekstrakuliker namun, belum efektif diterapkan.
            Pelajaran sastra sudah cukup efektik diterapkan, dapat dilihat dengan adanya kegiatan seni teater seperti puisi, drama, novel, cerpen, pantun dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran sastra juga sudah banyak kepraktikannya, ditandai dengan bermunculan novel-novel, cerpen-cerpen, puisi-puisi, pantun-pantun dan pemain drama karya anak bangsa
            Pelajaran sastra sudah cukup baik. Namun sayangnya masih ada sekolah yang belum menerapkannya, khususnya sekolah-sekolah swasta yang berada di daerah terpencil, karena masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap sekolah tersebut.
            Pelajaran seni budaya dalam penerapannya hanya teori saja. Anak akan merasa bosan jika dalam proses belajar mengajar tidak ada seninya atau monoton hanya teori saja. Hasilnya pelajaran tersebut tidak akan melekat di diri anak. Alangkah baiknya jika pelajaran tersebut langsung dipraktikkan. Anak pun merasa senang dan tidak bingung karena mereka terlibat langsung.
            Misalnya, dalam pelaaran seni budaya memelajari jenis-jenis tarian yang ada di Indonesia. Jika guru hanya memberikan teori dan metodenya hanya menghafal maka siswa jenuh dan sebaliknya jika guru mengajarkannya disertai dengan praktik, maka anak akan merasa senang. Anak merasakan sendiri tarian-tarian tersebut.
            Anak diberikan teori, pikiran anak akan terbayang-bayang. Contohnya, jika anak tersebut bersuku Jawa dan pada guru menjelaskan tentang tarian Batak, yaitu Tari Tor-Tor, maka anak tersebut akan bingung dan dia akan membayangkan gerakan tangannya, tubuhnya dan baju yang dipakai. Dengan praktik langsung, anak akan lebih paham baju yang digunakan, gerakan tangan, gerakan tubuh dan lain sebagainya.
            Nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebudayaan yang tertanam di jiwa generasi muda dibarengi dengan intelegensi yang tinggi akan membangkitkan semangat mereka membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan makmur. Secara otomatis, generasi muda akan menjaga moralnya demi nama baik bangsa. ***



Penulis, adalah mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar