Oleh : Eva Juliyanti
M
|
oral berasal dari bahasa Latin Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Moral anak zaman sekarang sudah tidak terarah lagi, rasa
malu atau sungkan sudah tidak melekat di diri mereka. Banyaknya
kasus-kasus kriminalitas di Indonesia
tak lain dan tak bukan dilakukan oleh generasi-generasi penerus bangsa ini.
Nama baik Indonesia sendiri tercoreng oleh tingkah
laku anak bangsa sendiri, sama halnya dengan muka ibunya dilumuri kotoran anak kandungnya.
Apa Penyebabnya
?
Di era globalisasi ini budaya asing
begitu bebas masuk dan memperbudak anak bangsa untuk mengikuti budaya asing
tersebut. Jika tidak mengikuti budaya tersebut maka disebut KEZAM atau
Ketinggalan Zaman. Sungguh miris budaya Timur ditinggalkan dan budaya Barat
dilestarikan.
Banyaknya kasus yang mencerminkan
merosotnya moral anak bangsa misalnya saja saat ini lagi maraknya kasus pornografi
dan lebih mirisnya dilakukan anak di bawah umur. Bahkan, para pejabat tinggi negara ini juga melakukan hal yang tidak bermoral.
Ada kasus yang belakangan ini sangat mengiris-iris dada bangsa ini , 5 anak SD
memerkosa temannya sendiri.
Kejadian ini dipicu seringnya kelima anak tersebut
melihat video porno.Video porno mudah diakses melalui laman (website) atau situs porno yang marak di
dunia maya. Walaupun
pemerintah sudah memblokir situs-situs porno namun tiap harinya situs-situs
porno baru bermunculan.
Dan mungkin kita masih ingat dengan
kasus yang sungguh memalukan dan cukup mengiris hati kita, sepasang suama istri
rela melakukan hubungan suami-istri di depan umum dan mengizinkan untuk
divideokan atau didokumentasikan hanya demi mendapatkan bayaran sebesar Rp.
800.000.
Bukan itu saja, ada kasus kepala sekolah
diduga mencabuli belasan siswanya. Kader partai politik
juga tak luput dari aksi pornografi dengan melakukan hubungan suami-isti bersama
pasangan bukan istrinya.
Terlihat
jelas, bukan saja para wong cilik “rakyat” melakukan aksi keji tersebut dan
ternyata para pejabat tinnggi di negara ini juga tak mau kalah. Itu masih contoh
beberapa kasus pada 2013 ini, jika ditelusuri lebih jauh sangat miris
melihatnya.
Sungguh miris sekali, bukan saja lemahnya moral menjadi
penyebab semua itu, namun himpitan ekonomi memaksa mereka melakukan segala cara,
seperti yang dilakukan sepasang bukan suami-istri dan kelima anak tersebut.
Menanggapi persoalan tersebut, sebaiknya pemerintah
memberikan perhatian khusus, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi
penerus dan penegak bangsa Indonesia kelak.Generasi muda kita harus dibekali
nilai-nilai agama dan budaya yang tinggi, agar moral dan mental mereka terhadap
kecintaan kepada bangsa ini semakin kuat.
Banyak hal dapat dilakukan untuk meningkatkan moral
generasi muda saat ini, seperti menanamkan nilai-nilai agama, mengenalkan dan
mengajak untuk melestarikan budaya bangsa dan lain-lain.
Menanamkan Nilai-Nilai Agama
Agama di Indonesia beragam. Ada Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Budha, Hindu, dan
Konghucu. Masing-masing agama tersebut pasti mengajarkan kebajikan,
bukan kebatilan. Dengan melekatnya nilai agama, moral generasi muda ini akan
lebih baik dan mulia. Nilai agama ini pun harus dibarengi dengan nilai
nasionalisme dan intelegensi yang tinggi sebab jika tidak maka akan ada perang
antaragama.
Para generasi muda akan memiliki rasa takut kepada Tuhan
jika ingin berbuat sesuatu yang melenceng atau tidak sesuai dengan agama
mereka. Misalnya saja, jika para pejabat tinggi negara ini mempunyai rasa takut
dan diawasi oleh Tuhan maka tidak akan terjadi korupsi. Begitu juga dengan generasi
muda ini, jika mereka merasa diawasi maka mereka tidak melakukan perbuatan kriminal
yang bukan saja mencoreng nama mereka namun nama bangsa ini juga.
Hancurnya moral karena rendahnya keimanan. Semakin tinggi
iman seseorang, semakin tinggi pula akhlaknya. Semakin rendah iman seseorang,
semakin rendah pula akhlaknya.
Mengenalkan dan Mengajak untuk Melestarikan Budaya
Setelah nilai-nilai agama sudah tertanam dengan akar yang
kuat dan tidak akan goyang walaupun tertiup badai angin, langkah selanjutnya
memerkenalkan budaya-budaya yang dimiliki bangsa ini. Budaya Indonesia sangat
beragam dan diwarnai adat-adat atau tradisi yang masih kental. Dengan
memerkenalkan budaya Indonesia dan mengajak untuk melestarikan budaya tersebut,
akan menumbuhkan jiwa nasionalisme yang tinggi.
Menanamkan jiwa nasionalisme di sekolah merupakan langkah
yang tepat, karena di sekolah itulah generasi muda berkumpul. Tidak perlu lagi
mencari orang atau membuat perkumpulan. Di sekolah-sekolah sudah ada pelajaran
atau kegiatan ekstrakuliker namun, belum efektif diterapkan.
Pelajaran sastra sudah cukup efektik diterapkan, dapat
dilihat dengan adanya kegiatan seni teater seperti puisi, drama, novel, cerpen,
pantun dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran sastra juga sudah banyak kepraktikannya,
ditandai dengan bermunculan novel-novel, cerpen-cerpen, puisi-puisi,
pantun-pantun dan pemain drama karya anak bangsa
Pelajaran sastra sudah cukup
baik. Namun sayangnya masih ada sekolah yang belum menerapkannya, khususnya
sekolah-sekolah swasta yang berada di daerah terpencil, karena masih kurangnya
perhatian pemerintah terhadap sekolah tersebut.
Pelajaran seni budaya dalam penerapannya hanya teori saja.
Anak akan merasa bosan jika dalam proses belajar mengajar
tidak ada seninya atau monoton hanya teori saja. Hasilnya pelajaran tersebut
tidak akan melekat di diri anak. Alangkah baiknya jika pelajaran tersebut
langsung dipraktikkan. Anak pun merasa senang dan tidak bingung karena mereka
terlibat langsung.
Misalnya, dalam pelaaran seni budaya memelajari
jenis-jenis tarian yang ada di Indonesia. Jika guru hanya memberikan teori dan
metodenya hanya menghafal maka siswa jenuh dan sebaliknya jika guru
mengajarkannya disertai dengan praktik, maka anak akan merasa senang. Anak
merasakan sendiri tarian-tarian tersebut.
Anak diberikan teori, pikiran anak akan terbayang-bayang.
Contohnya, jika anak tersebut bersuku Jawa dan pada guru menjelaskan tentang
tarian Batak, yaitu Tari Tor-Tor, maka anak tersebut akan bingung dan dia akan
membayangkan gerakan tangannya, tubuhnya dan baju yang dipakai. Dengan praktik
langsung, anak akan lebih paham baju yang digunakan, gerakan tangan, gerakan
tubuh dan lain sebagainya.
Nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebudayaan yang
tertanam di jiwa generasi muda dibarengi dengan intelegensi yang tinggi akan
membangkitkan semangat mereka membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan
makmur. Secara otomatis, generasi muda akan menjaga moralnya demi nama baik
bangsa. ***
Penulis, adalah mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar