Zuhair Azka
:
BUKIT LAWANG II
Bukit Lawang
Airmu bersih, berwarna jernih
Di puncak-puncak bebatuan berwarna putih
Mengalir di sela-sela batuan besar dan kecil bertindih-tindih
Di atas sungaimu menggantung titi bergantung
Monyet berjalan gontai tak takut dirantai
Sementara kami duduk santai menikmati durian
Memandangi wisatawan menikmati alam
Di lereng bukit di pinggir sungai
Deretan penginapan
bersusun rapi
Menanti pengunjung merehatkan diri
Sungguh indah Bukit Lawangku
Aku sangat suka berada di sana
Berlibur bersama keluarga
Yang sanggup menghipnotis mata
Dengan keindahannya
PUASA
Puasa, menahan diri dari rasa
Menahan lapar yang menjalar
Menahan haus yang mendera
Menahan nafsu yang mengangkara
Dalam bulan puasa ini
Matahari panas terik
Menambah lengkapnya cobaan dari Allah
Bagi kita yang berpuasa
Satu bulan kita berpuasa
Berkesempatan merasakan papa
Untuk mendekatkan diri pada Sang Kuasa
Ya, Allah
Beri aku ketahanan dalam berpuasa
Agar aku bisa merasakan
dekat dengan-Mu
Otang K. Baddy :
HUJAN SEBELUM FAJAR
hujan pun datang, menjelang
angin subuh
mencairkan kepekatan awan
jelaga hidupmu yang kelam
perlahan lenyap bersama fajar
hujan pun datang, membelah kota
menghadirkan jalan setapak
hingga melangkah pun mantap
ZIARAH /1
pengembaraan liarmu
menghadirkan rindu
kampung halaman, tanah leluhur
para moyang
dipandang gersang penuh debu.
tampak jelas
kematian demi kematian telah
lama terjadi
melahirkan sejuta kubur, dan
bangkai-bangkai yang terkapar
menjegal langkah di simpang
jalan
ketika memulangkanku ke masa
silam
dengan air mata kuratapi
kehampaan itu
hingga gerimis perlahan
terjatuh
di aula yang gaduh
ZIARAH /2
Setelah sekian lama kau
kembarakan liar
Melayari laut dan jelajah
beribu kota
Makan-minum yang lahap menidurkan
Para perempuan yang tak mampu
menaklukan ombak
Saat pelayaran siang yang
kadang tak melihat matahari
Dan malam-malam tak melihat
bintang, dan bulan itu
Kini menceburkan diri di
telaga. Tanpa riak dan ombak
Larut dalam pertemuan yang
tunggal. Kekhusyukan antara aku dan Kau
Ketiadaan yang sebenarnya ada.
Keadaan yang kerap ditiadakan
Semuanya lumat dan lebur di
sini. Ziarah
Saat merapat di debur ombak
TAHAJUD
karena malam-malam telah
mematikanku
dari cahaya yang diberikan
Muhammad
dengan malu-malu kutemui kamu
di belantara yang mencekam
kubersihkan semua panca inderaku
dengan air wudhu, istirahatlah
para ponggawa itu
jangan sampai berseteru
persetubuhan denganmu begitu
syahdu
merapat nikmat, tanpa sekarat
TERBACA AYATMU
akhirnya aku dapat melihatmu
juga
ketika mencinta, segenap
semesta mengangguk setuju
dalam yang gerak dan diam
semua tersirat, seperti dulu
tak cuma di dedaunan dan
batu-batu
di setiap ruang dan waktu
akhirnya aku benar-benar
melihatmu
ketika mataku kau pinjamkan,
atau sebaliknya
kadang aku pun tak melihatmu
ketika cinta itu hilang
bersama cahaya yang kaupadamkan
(Pangandaran, September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar