Oleh: Irmawati Nasution
D
|
i tengah semarak perayaan Festival Danau Toba 2013
yang mengangkat kembali pariwisata di Danau Toba muncul suatu musibah.
Kecelakaan antara Kapal Motor Yola dengan Kapal Ferry Tao Toba I di tengah
perairan Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut), Minggu (8/9)
sekitar pukul 11.OO WIB, menjadi topik yang membuat penasaran.
Kecelakaan yang mengakibatkan
belasan penumpang Kapal Motor Yola dilaporkan mengalami luka-luka itu menjadi
celah untuk menerawang ke mitos Danau Toba.
Apalagi dengan dikabarkan empat orang dari 85 penumpang di kapal tersebut
hilang pascakecelakaan dua kapal tersebut. Kejadian ini pastinya mengingatkan
kembali akan mitos-mitos yang masi melekat pada sebagian besar masyarakat
setempat.
Masyarakat setempat masih
mengakui adanya magis yang menguasai Danau Toba. Kerap
terjadi kecelakaan di danau pada hari-hari besar, dan korbannya biasanya bukan
penduduk asli sekitar Danau Toba. Sama halnya dengan kejadian kecelakaan
baru-baru ini, sering terjadi penghilangan sementara jasad korban dan penduduk
setempat yang masih memercai mitos pastinya mengatakan
bahwa korban tersebut disembunyikan oleh penguasa danau tersebut.
Kekuatan
Magis di Balik Danau Toba
Di balik keindahan danau Toba dan pulau Samosir ini, terdapat suatu mitos yang juga tidak kalah populer di kalangan masyarakat. Mitos yang bercerita tentang asal mula terjadinya danau Toba. Dikatakan bahwa dahulu ada seorang pemuda miskin yang rajin bekerja, mengerjakan ladang milik orang lain. Setiap harinya dia pergi memancing ikan untuk dijadikannya santapan. Pada suatu hari, seperti biasa dia pergi memancing ke sungai. Dia berhasil mendapatkan seekor ikan berwarna emas yang besar. Sang pemuda pun sangat senang dan dibawanya ikan itu pulang untuk dimasak. Setibanya di rumah dia tidak langsung memasak ikan itu, dia menempatkannya pada wadah.
Keesokan harinya saat Toba melihat ke dalam tempayan ternyata ikan yang didapatkannya kemarin saat memancing itu makin indah. Toba sebenarnya tak ingin memotong dan memakan ikan itu, tapi karena tak kuasa menahan rasa laparnya, ia pun harus memotongnya. Saat akan memotong ikan tersebut, terjadi hal yang ajaib. Ikan itu meminta tolong dan memohon untuk dikembalikan ke dalam tempayan.
Dalam keadaan kaget dan takut, Toba menurut. Tiba-tiba ada asap tebal, sesaat kemudian terlihat sesosok gadis berparas cantik mengenakan gaun berwarna emas, persis seperti sisik ikan yang didapatkannya kemarin. Putri ikan itupun menjelaskan bahwa dia adalah putri dari Kahyangan yang berbuat salah dan dikutuk untuk menjadi ikan. Dia bisa menjelma menjadi manusia karena Toba tak membunuhnya.
Putri itu pun bersedia diperistri oleh Toba, tapi dengan satu syarat, yaitu Toba tak boleh memberitahukan kepada siapapun asal usul dari putri ikan tersebut. Demikianlah, mereka pun akhirnya berumah tangga. Kebahagiaan mereka bertambah saat anak mereka lahir. Anak itu diberi nama Samosir. Tapi sayang, Samosir adalah anak yang malas, yang tidak mau membantu kedua orang tuanya sedikitpun.
Pada suatu hari, Samosir diperintahkan ibunya untuk membawakan bekal untuk ayahnya. Samosir melewati hutan dan sungai. Lama-kelamaan dia pun lapar. Dia pun memakan nasi bekal yang diperuntukkan ayahnya dan hanya menyisakan sedikit.
Sampai di tempat ayahnya, ayahnya murka karena
Samosir telah
memakan bekal ayahnya dan mengeluarkan perkataan yang tidak boleh dikatakannya.
Dia pun
menangis dan berlari pulang.
Sesampai di rumah, dia
menceritakan kepada ibunya apa yang tadi telah dikatakan ayahnya. Putri pun
menangis, ia menyuruh Samosir pergi
ke atas bukit yang paling tinggi. Samosir pun melaksanakan perkataan
ibundanya.
Sesampainya di atas bukit, tiba-tiba
langit gelap dan hujan turun sangat deras. Banjir pun melanda. Toba menyesal
dan meminta maaf pada sang putri, tapi terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Toba pun
tewas karena terjangan banjir. Putri tersebut kembali menjelma menjadi ikan. Samosir
yang bersedih pun akhirnya ikut terjun dalam banjir. Samosir pun
berubah menjadi pulau yang kita kenal sekarang dengan pulau Samosir.
Apabila terjadi musibah di kawasan Danau Toba yang
memakan korban orang-orang pendatang, penduduk setempat akan beranggapan kalau
si Ratu danaulah yang sedang murka. Dan dengan sendirinya penduduk setempat
akan beranggapan bahwa korban tersebutlah yang bersalah karena telah
membuat Ratu murka.
Fakta vs
Mitos
Secara logika, pendapat yang dilontarkan penduduk setempat tentang
kecelakaan antara Kapal Motor Yola dengan Kapal Ferry Tao Toba I di tengah
perairan Danau Toba tidak masuk akal. Secara akal sehat wajar-wajar saja
terjadi kecelakaan. Karena yang merencanakan semua hal adalah Tuhan, dan manusia bisa saja silap,
lalai, dan ujung-ujungnya celaka.
Sampai tulisan ini dibuat, belum ada kepastian dari penyebab kecelakaan itu. Kepala Kepolisian
Resort Samosir (Kapolres) Samosir, AKBP Donny Damanik mengatakan, kecelakaan
dua kapal besar di tengah perairan Danau Toba masih dalam penyelidikan. "Kita masih
fokus melakukan penyelamatan terhadap penumpang kapal yang terjatuh maupun
melompat saat kejadian kecelakaan tersebut. Penumpang melompat karena faktor
ketakutan," ujarnya.
Donny mengatakan, berdasarkan keterangan sejumlah penumpang yang
menjadi saksi karena melihat langsung sebelum kecelakaan, Kapal Ferry Tao Tobalah
yang menabrak Kapal Motor Yola tersebut. "Kapal Ferry Tao Toba I berangkat dari
Pelabuhan Tomok, Samosir, menuju Pelabuhan Ajibata, Toba Samosir. Kapal ini yang menabrak bagian belakang Kapal Motor
Yola. Kapal
itu tidak terbalik melainkan oleng," katanya.
Berdasarkan data dari Badan SAR Nasional (Basarnas), empat korban
hilang dalam kecelakaan kapal motor tersebut yakni, Uji (23) dan Sandi (20),
yang keduanya warga Medan. Dua orang lagi, Sugiono (30) warga Tanjungmorawa dan Kujang (28)
warga Lubukpakam,
Deliserdang.
Empat korban yang dinyatakan hilang ini datang ke lokasi wisata itu khusus
untuk melihat kemeriahan Festival Danau Toba. Tapi kenyataan tak semulus dengan
rencana.
Hingga saat ini para korban belum juga ditemukan, mungkin waktu 2 hari belum
cukup bagi para tim SAR mengarungi Danau Toba yang luas. Atau benar yang
dikatakan penduduk setempat kalau korban sedang disembunyikan kekuatan magis di
danau itu? Tragedi ini menjadi misteri di Pesta Danau Toba 2013. ***
(*) Penulis adalah Mahasiswa
Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar