Irfan Faramor :
Nasib Memang
Hilang memang hilang
Wajahnya hilang tertelan awan
Terang hilang terang
Gelap pekat kian menyulam hitam;
Hujan
memang hujan
Hujannya
turun pada malam kelam
Basah
memang basah
Basah
melumuri luka dada;
Duka memang duka
Duka yang sesatkan raga
Pahit memang pahit
Pahit yang menyulut amara.
Kepada Sang Mantan
Sebelum aku jemukan
Sebelum jua aku bosan
Nyanyikanlah untukku
Senandung lagu rindu;
Jangan katakan pergi
Jangan jua katakan benci:
Berjanjilah kau
Tak akan membenamku
Dalam tengik dan arogansimu
KOMISI,28 februari 2012
Sentilan Penguasa
Saat panas
menyulut amarah
Tertampar
sepihak PHK
Tangis anak
istri di rumah
Tikam keruhnya
suasana.
Pria paruh baya
Tersenyum indah
di singgasana
Upah yang tak
berimbang
Engkau berikan dengan senang hati.
Serimbah luka bangsa
Terbenam dalam kejamnya penguasa
Meronta tak berdaya di matanya
Hitam goresan yang engkau berikan.
KOMISI,28 Februari 2012
Ketidakadilan
Bernisan
banggar
Kau tuduh
menuduh
Layaknya taman
kanak-anak
Gemar lempar
batu sembunyi tangan.
Di bale bambu
Aku melihat
kerakusanmu
Asyik melahap uang
Satu demi satu,
namun kau tak mengaku.
Sampai tanah
moyangku
Kauganyang
Kaudirikan dan
kau tanam saham
Tapi nggak ada
kejelasan.
KOMISI,28
februari 2012
Mencumbui Malam
Begitu penat
hari ini ku rasakan
Menyusuri
jalanan berkarib maut
Jika langit
malam tak bertabur bintang
Ku rebahkan
asa yang hampir punah
Dengan
sisa-sisa stamina aku coba berdiri gagah
Mencumbui
malam yang tak ada habisnya
Talenta Muda
Dia berdiri
tegak
Kokoh kuat
dan tahan lama
Menantang
maut di alun-alun kota
Berorasi
berimba kata
Menuntut
aspirasi yang tak terealisasi
Tampak dari
raut wajah yang memerah
Ia pendam
rasa kecewa
Menggebrak
barisan dengan satu kata
Memperjuangkan
hak rakyat yang ternoda
Dengan
lantam mencucurkan kata
"Kami
tidak butuh janji, kami perlu bukti!!"
Menggantung Angan
Semasa
kanak-kanak aku pernah bermimpi
Menjadi
sosok yang diagungkan
Berlalu
waktu kurajut mimpi itu bersama bintang
Sejuta
cemooh orang-orang
Sedikit pun
tak pernah aku hiraukan
Meski telinga
ini panas untuk mendengarkan.
Aku bekukan
mimpi itu
Dan aku gantungkan
pada secerca asa
Berharap
peri akan mengambilkan
Irfan Faramor adalah mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara. Bergiat di
Komunitas Insan Sastra Indonesia (KOMISI) kampusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar