Kamis, 31 Oktober 2013

GELANGGANG SAJAK : Irfan Faramor (Sabtu, 28 September 2013)


Irfan Faramor :
Nasib Memang

Hilang  memang hilang
Wajahnya  hilang tertelan awan
Terang  hilang terang
Gelap  pekat kian menyulam  hitam;
Hujan  memang hujan
Hujannya turun pada malam kelam
Basah  memang basah
Basah  melumuri luka dada;
Duka  memang duka
Duka  yang sesatkan raga
Pahit  memang pahit
Pahit  yang menyulut amara.


Kepada Sang Mantan

Sebelum aku jemukan
Sebelum jua aku bosan
Nyanyikanlah untukku
Senandung lagu rindu;
Jangan katakan pergi
Jangan  jua katakan benci:
Berjanjilah kau
Tak akan membenamku
Dalam tengik dan arogansimu

KOMISI,28 februari 2012


Sentilan Penguasa

Saat panas menyulut amarah
Tertampar sepihak PHK
Tangis anak istri di rumah
Tikam keruhnya suasana.

Pria paruh baya
Tersenyum indah di singgasana
Upah yang tak berimbang
Engkau berikan dengan senang hati.

Serimbah luka bangsa
Terbenam dalam kejamnya penguasa
Meronta tak berdaya di matanya
Hitam goresan yang engkau berikan.

KOMISI,28 Februari 2012


Ketidakadilan

Bernisan banggar
Kau tuduh menuduh
Layaknya taman kanak-anak
Gemar lempar batu sembunyi tangan.

Di bale bambu
Aku melihat kerakusanmu
Asyik melahap uang
Satu demi satu, namun kau tak mengaku.

Sampai tanah moyangku
Kauganyang
Kaudirikan dan kau tanam saham
Tapi nggak ada kejelasan.

KOMISI,28 februari 2012


Mencumbui Malam
Begitu penat hari ini ku rasakan
Menyusuri jalanan berkarib maut
Jika langit malam tak bertabur bintang
Ku rebahkan asa yang hampir punah
Dengan sisa-sisa stamina aku coba berdiri gagah
Mencumbui malam yang tak ada habisnya


Talenta Muda

Dia berdiri tegak
Kokoh kuat dan tahan lama
Menantang maut di alun-alun kota
Berorasi berimba kata
Menuntut aspirasi yang tak terealisasi

Tampak dari raut wajah yang memerah
Ia pendam rasa kecewa
Menggebrak barisan dengan satu kata
Memperjuangkan hak rakyat yang ternoda
Dengan lantam mencucurkan kata
"Kami tidak butuh janji, kami perlu bukti!!"


Menggantung Angan

Semasa kanak-kanak aku pernah bermimpi
Menjadi sosok yang diagungkan
Berlalu waktu kurajut mimpi itu bersama bintang

Sejuta cemooh orang-orang
Sedikit pun tak pernah aku hiraukan
Meski telinga ini panas untuk mendengarkan.

Aku bekukan mimpi itu
Dan aku gantungkan pada secerca asa
Berharap peri akan mengambilkan






Irfan Faramor adalah mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara. Bergiat di Komunitas Insan Sastra Indonesia (KOMISI) kampusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar