Kamis, 31 Oktober 2013

GELANGGANG SAJAK : Faidul, Halim, Farida, Ririn, Yunita (Sabtu, 5 Oktober 2013)

Faidul Hidayati Siska Ginting :
Dari Pura Sultan ke Kutaraja

Dari Pura Sultan ke Kutaraja
Kubawa tak cuma sejumput asa juga selaksa cita
Agar bahagia mengatmosfer
Dada keluarga pula orang- orang tercinta
Bukan impi- impi saja

Dari Pura Sultan ke Kutaraja
Kubawa sketsa jelang masa
Harap- harap di sini bisa sempurnakannya nyata
Meski onak juga aral melintang arah
Aku takkan menyerah
Dari Pura Sultan ke Kutaraja
Sembilan purnama telah kulangkah masa
Tanpa sua Bunda Yanda
Tanpa rasa daun singkong  tumbuk dan belacan merah
Apalagi pajria serta halua
Di sini ada aneka olah pliek ue saja

Dari Pura Sultan ke Kutaraja
Kurela rindu kini jadi bara
Airmata pun memutiara
Percaya segala kan menyala indah
Kelak bila tiba pada masa


KutarajaMenjingga

Di sini di Kutaraja
Kait dan rajut jingga
Pada mula dan serata
Waktu yang kita punya
Sulam indah jejak
Risalah sama kita cinta
Biar basah, berasa cuka
Darah lumpuri luka
Asal sama asa menggema
; Harap kelak Kasih akui
Kita punya nama

Di sini di Kutaraja
Sua hulu ada hilirnya pula
Jemari terpaut tak bisa selamanya
Kaki tak senantiasa rentak bersama
Ada kali yang tak terselami kadangkala
Semua tetap menyala indah
Asal iman terpatri di jiwa
Ukhuwwah kan jembatani segala
                                                   

Halim Mansyur Siregar :
Zikir Kesadaran Diri

Tiada guna terlalu mengagungkan kekayaan , Kawan
toh, gelanggang kehidupan ini Tuhan yang berikan
perbanyaklah juga lantunan zikir kesadaran diri
bahwa sesungguhnya kita fakir di mata Ilahi


Getirnya Derita

Kini aku telah siap menjelma mentari senja
meski nanti harus tercekik cakrawala
karena aku telah terbiasa menelan getirnya derita
dengan peluh yang selalu jatuh serta acapkali harus tercampur ricik airmata
bahkan aku telah siap pula menjadi ilalang kering di atas tanah sekeras batu
dan tak lagi ragu walau harus hangus terbakar nyala waktu


Farida Rambe :

RT.0 RW.0

Aku manusia tanpa identitas
Hidup di negara yang tak jelas
Aku tinggal di mana saja aku mau
Di apartemen, di emperan toko, di kolong jembatan
Aku ingin tak seorang pun mengaturku
Kau yang berpangkat tinggi maupun kau yang hanya seorang kurir

Aku ingin bebas di mana pun aku mau
Di restoran bintang lima,di pinggir jalan
Atau
Aku ingin di tempat sisa-sisa orang yang berkuasa
Dan itu bukan urusanmu…..

Tak seorang pun bisa menolong aku
Tak juga pemimpin yang kubanggakan
Aku lebih suka tinggal di negara RT.0 dan RW.0.

 

 

Ririn Santika :

Kesedihan Hidup


Di siang hari
Aku pulang kuliah
tampak olehku seorang gadis kecil
bernyanyi di antara mobil-mobil berbaris

Sepintas hatiku sedih
Begitu miskin negeriku
Di tengah kekayaan alammu
kami  meminta-minta di negeri sendiri


 

Yunita Yolandha :

Lirihku

Kata demi kata kutulis
Merangkaikan isi hatiku
Aku tak mampu menahan air mata ini
Ia pun terjatuh membasahi pipiku

Rasa rindu ini telah menggerogoti jiwaku
Rindu yang tak pernah terobati
Ingin ku berlari meninggalkan semua ini
Tapi aku tak berdaya tuk melakukannya
karena aku terlalu menyayangimu....


Wanita dengan Sapu Lidi

Kau berjalan dengan mata sayup
Terbangun dari mimpi
Kaki yang mulai rentan
Terus berjalan di kerikil kehidupan
Keringat bercucuran membasahi bajumu
Kulit yang hangus terbakar matahari
Tak membuatmu pantang menyerah
Mencari sesuap nasi untuk anakmu

Sapu lidi tongkat kehidupanmu
Kau terus berjalan
Berjalan
Hingga hilang perih pedih

Ingatlah wanita tua pemilik tongkat jalanan
Kau pemilik teguh hati malaikat
Tetaplah bersandar di sana
Tanpa merugikan hak orang
Seperti para petinggi negara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar