Faidul
Hidayati Siska Ginting :
Dari Pura Sultan ke Kutaraja
Dari
Pura Sultan ke Kutaraja
Kubawa
tak cuma sejumput asa juga selaksa cita
Agar
bahagia mengatmosfer
Dada
keluarga pula orang- orang tercinta
Bukan
impi- impi saja
Dari
Pura Sultan ke Kutaraja
Kubawa
sketsa jelang masa
Harap-
harap di sini bisa sempurnakannya nyata
Meski
onak juga aral melintang arah
Aku
takkan menyerah
Dari
Pura Sultan ke Kutaraja
Sembilan
purnama telah kulangkah masa
Tanpa
sua Bunda Yanda
Tanpa
rasa daun singkong tumbuk dan belacan
merah
Apalagi
pajria serta halua
Di
sini ada aneka olah pliek ue saja
Dari
Pura Sultan ke Kutaraja
Kurela
rindu kini jadi bara
Airmata
pun memutiara
Percaya
segala kan menyala indah
Kelak
bila tiba pada masa
KutarajaMenjingga
Di
sini di Kutaraja
Kait
dan rajut jingga
Pada
mula dan serata
Waktu
yang kita punya
Sulam
indah jejak
Risalah
sama kita cinta
Biar
basah, berasa cuka
Darah
lumpuri luka
Asal
sama asa menggema
;
Harap kelak Kasih akui
Kita
punya nama
Di
sini di Kutaraja
Sua
hulu ada hilirnya pula
Jemari
terpaut tak bisa selamanya
Kaki
tak senantiasa rentak bersama
Ada
kali yang tak terselami kadangkala
Semua
tetap menyala indah
Asal
iman terpatri di jiwa
Ukhuwwah
kan jembatani segala
Halim Mansyur Siregar :
Zikir Kesadaran
Diri
Tiada guna terlalu mengagungkan kekayaan , Kawan
toh, gelanggang kehidupan ini Tuhan yang berikan
perbanyaklah juga lantunan zikir kesadaran diri
bahwa sesungguhnya kita fakir di mata Ilahi
Getirnya
Derita
Kini aku telah siap menjelma mentari senja
meski nanti harus tercekik cakrawala
karena aku telah terbiasa menelan getirnya derita
dengan peluh yang selalu jatuh serta acapkali harus
tercampur ricik airmata
bahkan aku telah siap pula menjadi ilalang kering di atas
tanah sekeras batu
dan tak lagi ragu walau harus hangus terbakar nyala waktu
Farida Rambe :
RT.0 RW.0
Aku manusia tanpa identitas
Hidup di negara yang tak
jelas
Aku tinggal di mana saja aku
mau
Di apartemen, di emperan
toko, di kolong jembatan
Aku ingin tak seorang pun
mengaturku
Kau yang berpangkat tinggi
maupun kau yang hanya seorang kurir
Aku ingin bebas di mana pun
aku mau
Di restoran bintang lima,di
pinggir jalan
Atau
Aku ingin di tempat
sisa-sisa orang yang berkuasa
Dan itu bukan urusanmu…..
Tak seorang pun bisa
menolong aku
Tak juga pemimpin yang kubanggakan
Aku lebih suka tinggal di negara
RT.0 dan RW.0.
Ririn Santika :
Kesedihan
Hidup
Di
siang hari
Aku
pulang kuliah
tampak
olehku seorang gadis kecil
bernyanyi
di antara mobil-mobil berbaris
Sepintas
hatiku sedih
Begitu
miskin negeriku
Di
tengah kekayaan alammu
kami
meminta-minta di negeri sendiri
Yunita Yolandha :
Lirihku
Kata demi kata kutulis
Merangkaikan isi hatiku
Aku tak mampu menahan air mata ini
Ia pun terjatuh membasahi pipiku
Rasa rindu ini telah menggerogoti jiwaku
Rindu yang tak pernah terobati
Ingin ku berlari meninggalkan semua ini
Tapi aku tak berdaya tuk melakukannya
karena aku terlalu menyayangimu....
Wanita dengan Sapu Lidi
Kau
berjalan dengan mata sayup
Terbangun dari mimpi
Kaki yang mulai rentan
Terus berjalan di kerikil kehidupan
Keringat bercucuran membasahi bajumu
Kulit yang hangus terbakar matahari
Tak membuatmu pantang menyerah
Mencari sesuap nasi untuk anakmu
Sapu lidi tongkat kehidupanmu
Kau terus berjalan
Berjalan
Hingga hilang perih pedih
Ingatlah wanita tua pemilik tongkat jalanan
Kau pemilik teguh hati malaikat
Tetaplah bersandar di sana
Tanpa merugikan hak orang
Seperti para petinggi negara.
Terbangun dari mimpi
Kaki yang mulai rentan
Terus berjalan di kerikil kehidupan
Keringat bercucuran membasahi bajumu
Kulit yang hangus terbakar matahari
Tak membuatmu pantang menyerah
Mencari sesuap nasi untuk anakmu
Sapu lidi tongkat kehidupanmu
Kau terus berjalan
Berjalan
Hingga hilang perih pedih
Ingatlah wanita tua pemilik tongkat jalanan
Kau pemilik teguh hati malaikat
Tetaplah bersandar di sana
Tanpa merugikan hak orang
Seperti para petinggi negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar