T
|
EATER
di Medan masih bertahan. Meski pementasan masih terbilang minim tiap tahunnya,
namun pertunjukan teater ditunggu para apenonton. Sebab, teater memang
merupakan suatu bentuk tontonan. Tak ayal, masing-masing grup teater memiliki penontonnya
sendiri.
Samakah teater dengan penjual obat tepi
jalan? Ya, seorang penjual obat dapat dikatakan sedang berteater. Mungkin agak
pelik untuk digambarkan sebaliknya. Namun itulah hakikat sebenarnya jika
dilihat dari segi bentuk tontonan. Teater
adalah bentuk tontonan. Secara ringkas bentuk tontonan akan mengajak penonton
untuk menumpukan pertunjukan itu. Ia mampu menjadikan sebuah ruang yang sunyi
menjadi meriah dan riuh.
Jika dua orang sedang berkomunikasi di dalam
sebuah percakapan yang sulit dan sunyi, ia dikira sebagai satu bentuk
perhubungan intrapersonal di antara satu sama lain. Akan tetapi, jika
percakapan mereka itu mampu menarik perhatian orang ramai, maka ia dianggap
sebagai satu bentuk tontonan yang sukses.
Secara jelas, tontonan adalah sebagian dari
kehidupan dan ia telah dinilai oleh para ahli psikologi dan sosiologi. Apabila
dua kanak-kanak bermain peran di halaman ataupun teras rumah, sesungguhnya
mereka juga sedang menampilkan tontonan di dalam konteks imajinasi dan kepuasan
mereka. Seorang pelajar yang menanyakan materi pelajaran di dalam kelas kepada
gurunya adalah salah satu bentuk tontonan dan begitu juga apabila gurunya itu
menjawab pertanyaan yang diajukan siswa tersebut.
Bentuk tontonan terbagi atas dua bagian,
yaitu tontonan secara langsung dan tidak langsung. Bentuk secara langsung ialah
apabila penonton bertindak membalas terhadap peran. Tontonan tidak langsung
bermakna penonton sekadar memerhatikan bentuk tontonan dan mereka terikat
kepada “batas” di antara penonton dan penonton mengalami apa yang disebut
sebagai “willing suspension of disebelief”.
Namun begitu kedua elemen ini tidak bisa
dipisahkan berdasasrkan teori Brecht yang menyatakan bahwa penonton harus
diasingkan dari bentuk tontonan guna menimbulkan perasaan logis di dalam diri
mereka. Unsur alienisasi ini bermaksud supaya penonton tidak sekadar merasakan
“empathy” kepada bentuk tontonan, sebaliknya mereka harus menilai tentang diri
mereka melalui tontonan itu.
Dalam pertunjukan drama tradisional, khususnya wayang, tontonan teaternya
terletak pada kemahiran seorang dalang. Dalang
dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai
keahlian khusus memainkan boneka wayang (ndalang). Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat
turun-temurun dari leluhurnya.
Seorang anak dalang akan bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia akan
mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata
panggung, mengatur wayang (nyimping), menjadi pengrawit, atau duduk di belakang ayahnya untuk
membantu memersiapkan wayang yang akan dimainkan.
Selama mengikuti ayahnya "ndalang" dalam kurun waktu yang lama
-dari kecil hingga remaja- inilah proses pembelajaran itu terjadi dengan sangat
alami, dan rata-rata anak dalang akan bisa mendalang setelah besar nanti.
Tetapi banyak juga seorang anak dalang tidak akan menjadi Dalang di kelak
kemudian hari, karena mempunyai pilihan hidup sendiri, misalnya berprofesi
menjadi pegawai negeri, swasta, TNI dan sebagainnya.
Tetapi fenomena itu tidak selamanya benar, dengan adanya sekolah-sekolah
pedalangan baik setingkat SMA dan perguruan tinggi, seperti Jurusan Pedalangan Institut
Seni Indonesia Surakarta misalnya, mencetak Sarjana Pedalangan yang tidak hanya mumpuni memainkan wayang tetapi juga
berwawasan luas dan berpikir kritis. Dalam perguruan tinggi inilah lahir pula
dalang yang bukan dari keturunan seorang Dalang, tetapi hanya seseorang yang
mempunyai niat yang kuat untuk belajar dalang dan akhirnya bisa mendalang.
Kata Dalang ada yang mengartikan
berasal dari kata Dahyang, yang berarti juru penyembuh berbagai macam
penyakit. Dalang dalam "jarwo dhosok" diartikan pula sebagai "ngudal piwulang"
(membeberkan ilmu), memberikan pencerahan kepada para penontonya. Untuk itu,
seorang dalang harus mempunyai bekal keilmuan yang sangat banyak. Berbagai
bidang ilmu tentunya harus dipelajari meski hanya sedikit, sehingga ketika
dalam membangun isi dari ceritera bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman
dan nilai-nilai kekinian.
Dalang
adalah seorang sutradara, penulis lakon, seorang narator, seorang pemain karakter, penyusun iringan, seorang "penyanyi", penata pentas, penari dan lain sebagainya. Kesimpulannya dalang adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan ganda, dan juga seorang manajer, paling
tidak seorang pemimpin dalam pertunjukan bagi para anggotanya (pesinden dan
pengrawit).
Begitulah. ***
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar