Sabtu, 19 Januari 2013

GELANGGANG SAJAK : Indy_ni dan Askar Marlindo



GELANGGANG SAJAK

Indy_ni :
Wanitaku

Hati menangis menatap
Kaki menapaki jalan sendiri
Tanpa ada yang mendampingi

Terkadang lelah tertinggal di rautnya
Tapi ia berusaha merangkai tawa
Tetap berjuang tanpa kenal waktu
Untuk harapan yang ditunggu

Aku sangat mencintai kau wanitaku
Dirimu telah banyak korban untukku
Yakinlah, wanitaku
Kemenangan akan menghampirimu
Kelak aku seperti yang kau tunggu


Kupu-Kupu atau Malam

Kau terbang tanpa kenal waktu
Pagi, siang, malam menjadi Satu
Siapa kau
Kupu-kupu
Malam
Atau kupu-kupu malam


Wanita Renta

Kulitmu yang keriput bagai jeruk yang kisut
Semakin hari badanmu semakin susut
Rintihanmu membuat hati menjadi kalut
Penyakit itu sangat tidak bersahabat
Hingga nyawamu terenggut


Kala Angin Mengetuk Hati

Waktu terus berlalu
Daun  ini semakin menyatu
Lagu…
Mungkin itu penghibur hatiku
Bayanganmu semakin menghantuiku
Sewindu,
Bukan waktu yang kumau
Suara merdumu
Itu yang kutunggu


Sukma Mulai Meranum

Sukma mulai meranum
Siang berganti malam
Berjuta peluh kaukumpulkan
Demi menyambung nafas yang tersengal
Hinaan dan cerca tak kauhiraukan
Hari-harimu
Kauhiasi dengan bunga senyuman yang merekah
Walau banyak aral melintang
Kau tak pernah keluhkan
Kausimpan rapi di benakmu


Askar Marlindo :
INDAHNYA RINDUKU PADAMU, MEDAN

Senja ini mengantarku
Kembali pada sosok penantian yang teduh
Surga yang paling teduh
Setelah ibu
Penghantar bahtera ke segara alam
Agar aku bisa menyelami
Rahasia keindahanmu
Indahnya  rasa rinduku kepadamu
Begitulah
Telah kitalalui
Jejak-jejak yang indah
Di setiap hari-hariku
Menjadi suatu cerita
Tentang kebaikan
Dan nafsu amarah yang menggoda
                                                                                  Betapa kita tak lelah
                                                                             Membasuh segala kebaikan
Membawa makna
Di jalanan sunyi
Lalu atas nama jiwa
Kita tuliskan tanda-tanda kebesaraan ilahi
Dan masa depan
Ada bayang muka
Yang tak akan sirna oleh kalbu
Ada bayang cintamu
Yang tak pernah pergi
Menyuguhkan gemericik air teduh
                Air surgawi
  Yang mengkristalkan kata
Menjadi mantera penawar galau
          Ada yang menyerah
          Dan kalah bersaing
             Pada awal kehidupan
Maka nafsunya menjadi tempatnya bermain
Ada yang menyerah
Pada pertengahan kehidupan
Lalu setan dan iblis
Menjadi semacam keranda
Rasul sebagai cendekia pewaris ilmu
Kubiarkan cahaya indah yang ada padamu
Mendiami taman asa
Diantara kuntum mawar peradaban
Yang merekah indah
Di antara mulia cinta
Duhai MEDAN KOTAKU
Hadirmu di jalan yang berbunga
Rinduku padamu
Yang hilir berhembus
Duniamu peribahasa hidup
Yang tak pernah akan lekang
Engkau bagai awan indah
Terbang rendah
Melimpahiku hujan
Pada musim gersang
Menyegarkan benih ilmu
Berbuah hikmah
Menjelma menjadi tangis embun
Pada tanah yang berbunga
Duhai MEDAN KOTAKU
Teruslah dengan hatimu berbagi
Menyusuri lembah  ilahi
Engkaulah penegak kebenaran
Melayani jiwa yang fana
Penjunjung cikal buah negeri
Cermin introspeksi diri yang takwa
Aku bangga
Karena setiap untaian rasa rindu yang engkau beri
Adalah sekumpulan deret bait bait surgawi

4 komentar:

  1. maaf redaktur, sepertinya puisi Askar malindo itu adalah plagiat dari puisi Shane Hylla gerhana. Puisi ini menjadi juara 3 di sebuah lomba bisa diklik di tautan ini puisinya http://aakaslan.blogspot.com/2011/06/pengumuman-lomba-puisi-kado-untuk-guru.html

    PERENJIS EMBUN

    Oleh: Hylla Shane Gerhana berdomisili di HONGKONG

    Euforia
    senja ini mengantarku
    kembali pada sosok penelaah yang tekun
    surga paling teduh kedua
    setelah ibu
    penghantar bahtera ke segara dharma
    Agar aku bisa menyelami
    rahasia khasah-Nya

    Beginilah
    duhai, guru
    telah kita ramu
    jejak-jejak yang riuh
    di matamu
    menjadi buku cerita
    tentang laut
    dan burung camar
    yang cemberut.

    Betapa kita tak lelah
    membangun puisi
    membaca batu-batu
    di jalanan sunyi
    lalu atas nama jiwa
    kita tuliskan
    tanda-tanda kematian hati,
    pun masa depan.

    ada bayang mulia
    yang takkan sirna dari kalbu
    ada bayang arifmu
    yang tak pernah pergi
    menyuguhkan gemericik teduh
    air surgawi

    yang mengkristalkan kata
    menjadi mantra penawar galau

    ada yang menyerah
    pada gemuruh mesin
    maka
    puisi menjadi teman bermain

    ada yang menyerah
    pada gemuruh dada
    lalu puisi
    menjadi semacam keranda

    guru
    engkau cendekia pewaris ilmu
    kubiarkan sahajamu
    mendiami taman asa
    diantara kuntum mawar peradaban
    yang merekah indah
    di antara mulia cita

    duhai guru terkasih,
    hadirmu di jalan yang berbunga
    kagumku angin
    yang hilir berhembus
    duniamu peribahasa hidup
    yang tak pernah jauh

    engkau bagai awan indah
    terbang rendah
    melimpahiku hujan
    pada musim gersang
    menyegarkan benih ilmu
    berbuah hikmah
    njelma menjadi renjis embun
    pada tanah bakat

    guru,
    aku ingin terbang melindap awan
    menyusuri lembah kenangan
    tempat kita menyegel kisah

    engkaulah penegak kebenaran
    melayani jiwa yang fana
    penjunjung budi cikal negeri
    cermin introspeksi yang takwa
    aku bangga,
    karena setiap kata yang kau deretkan
    adalah bait-bait surga


    Hongkong, 14 Maret 2011

    BalasHapus
  2. Mohon maaf, Bapak Suyadi.
    Saya mengklarifikasi bahwa naskah milik Askar Marlindo di atas adalah plagiat.
    Penulis juga melakukan banyak plagiat yang bisa dilihat di http://www.facebook.com/groups/124697004358682/permalink/134553276706388/ dan ini bukan fitnah, tapi merujuk pada bukti-bukti yang ada. Bahkan tidak hanya karya ini
    Semoga koran ini tidak mengalami kebobolan seperti saya. Terima kasih. ^^

    BalasHapus