GELANGGANG SAJAK
Indy_ni :
Wanitaku
Hati menangis menatap
Kaki menapaki jalan sendiri
Tanpa ada yang mendampingi
Terkadang lelah tertinggal di rautnya
Tapi ia berusaha merangkai tawa
Tetap berjuang tanpa kenal waktu
Untuk harapan yang ditunggu
Aku sangat mencintai kau wanitaku
Dirimu telah banyak korban untukku
Yakinlah, wanitaku
Kemenangan akan menghampirimu
Kelak aku seperti yang kau tunggu
Kupu-Kupu atau Malam
Kau terbang tanpa kenal waktu
Pagi, siang, malam menjadi Satu
Siapa kau
Kupu-kupu
Malam
Atau kupu-kupu malam
Wanita Renta
Kulitmu yang keriput bagai jeruk yang kisut
Semakin hari badanmu semakin susut
Rintihanmu membuat hati menjadi kalut
Penyakit itu sangat tidak bersahabat
Hingga nyawamu terenggut
Kala Angin Mengetuk Hati
Waktu terus berlalu
Daun ini semakin menyatu
Lagu…
Mungkin itu penghibur hatiku
Bayanganmu semakin menghantuiku
Sewindu,
Bukan waktu yang kumau
Suara merdumu
Itu yang kutunggu
Sukma Mulai Meranum
Sukma mulai meranum
Siang berganti malam
Berjuta peluh kaukumpulkan
Demi menyambung nafas yang tersengal
Hinaan dan cerca tak kauhiraukan
Hari-harimu
Kauhiasi dengan bunga senyuman yang merekah
Walau banyak aral melintang
Kau tak pernah keluhkan
Kausimpan rapi di benakmu
Askar Marlindo :
INDAHNYA
RINDUKU PADAMU, MEDAN
Senja ini mengantarku
Kembali pada sosok penantian yang teduh
Surga yang paling teduh
Setelah ibu
Penghantar bahtera ke segara alam
Agar aku bisa menyelami
Rahasia keindahanmu
Indahnya
rasa rinduku kepadamu
Begitulah
Telah kitalalui
Jejak-jejak yang indah
Di setiap hari-hariku
Menjadi suatu cerita
Tentang kebaikan
Dan nafsu amarah yang menggoda
Betapa kita tak lelah
Membasuh segala
kebaikan
Membawa makna
Di jalanan sunyi
Lalu atas nama jiwa
Kita tuliskan tanda-tanda kebesaraan ilahi
Dan masa depan
Ada bayang muka
Yang tak akan sirna oleh kalbu
Ada bayang cintamu
Yang tak pernah pergi
Menyuguhkan
gemericik air teduh
Air surgawi
Yang mengkristalkan kata
Menjadi mantera penawar galau
Ada yang menyerah
Dan kalah bersaing
Pada awal kehidupan
Maka nafsunya menjadi tempatnya bermain
Ada yang menyerah
Pada pertengahan kehidupan
Lalu setan dan iblis
Menjadi semacam keranda
Rasul sebagai cendekia pewaris ilmu
Kubiarkan cahaya indah yang ada padamu
Mendiami taman asa
Diantara kuntum mawar peradaban
Yang merekah indah
Di antara mulia cinta
Duhai MEDAN KOTAKU
Hadirmu di jalan yang berbunga
Rinduku padamu
Yang hilir berhembus
Duniamu peribahasa hidup
Yang tak pernah akan lekang
Engkau bagai awan indah
Terbang rendah
Melimpahiku hujan
Pada musim gersang
Menyegarkan benih ilmu
Berbuah hikmah
Menjelma menjadi tangis embun
Pada tanah yang berbunga
Duhai MEDAN KOTAKU
Teruslah dengan hatimu berbagi
Menyusuri lembah
ilahi
Engkaulah penegak kebenaran
Melayani jiwa yang fana
Penjunjung cikal buah negeri
Cermin introspeksi diri yang takwa
Aku bangga
Karena setiap untaian rasa rindu yang engkau beri
Adalah sekumpulan deret bait bait surgawi
maaf redaktur, sepertinya puisi Askar malindo itu adalah plagiat dari puisi Shane Hylla gerhana. Puisi ini menjadi juara 3 di sebuah lomba bisa diklik di tautan ini puisinya http://aakaslan.blogspot.com/2011/06/pengumuman-lomba-puisi-kado-untuk-guru.html
BalasHapusPERENJIS EMBUN
Oleh: Hylla Shane Gerhana berdomisili di HONGKONG
Euforia
senja ini mengantarku
kembali pada sosok penelaah yang tekun
surga paling teduh kedua
setelah ibu
penghantar bahtera ke segara dharma
Agar aku bisa menyelami
rahasia khasah-Nya
Beginilah
duhai, guru
telah kita ramu
jejak-jejak yang riuh
di matamu
menjadi buku cerita
tentang laut
dan burung camar
yang cemberut.
Betapa kita tak lelah
membangun puisi
membaca batu-batu
di jalanan sunyi
lalu atas nama jiwa
kita tuliskan
tanda-tanda kematian hati,
pun masa depan.
ada bayang mulia
yang takkan sirna dari kalbu
ada bayang arifmu
yang tak pernah pergi
menyuguhkan gemericik teduh
air surgawi
yang mengkristalkan kata
menjadi mantra penawar galau
ada yang menyerah
pada gemuruh mesin
maka
puisi menjadi teman bermain
ada yang menyerah
pada gemuruh dada
lalu puisi
menjadi semacam keranda
guru
engkau cendekia pewaris ilmu
kubiarkan sahajamu
mendiami taman asa
diantara kuntum mawar peradaban
yang merekah indah
di antara mulia cita
duhai guru terkasih,
hadirmu di jalan yang berbunga
kagumku angin
yang hilir berhembus
duniamu peribahasa hidup
yang tak pernah jauh
engkau bagai awan indah
terbang rendah
melimpahiku hujan
pada musim gersang
menyegarkan benih ilmu
berbuah hikmah
njelma menjadi renjis embun
pada tanah bakat
guru,
aku ingin terbang melindap awan
menyusuri lembah kenangan
tempat kita menyegel kisah
engkaulah penegak kebenaran
melayani jiwa yang fana
penjunjung budi cikal negeri
cermin introspeksi yang takwa
aku bangga,
karena setiap kata yang kau deretkan
adalah bait-bait surga
Hongkong, 14 Maret 2011
Terima kasih infonya, Mas Dirman.
HapusMohon maaf, Bapak Suyadi.
BalasHapusSaya mengklarifikasi bahwa naskah milik Askar Marlindo di atas adalah plagiat.
Penulis juga melakukan banyak plagiat yang bisa dilihat di http://www.facebook.com/groups/124697004358682/permalink/134553276706388/ dan ini bukan fitnah, tapi merujuk pada bukti-bukti yang ada. Bahkan tidak hanya karya ini
Semoga koran ini tidak mengalami kebobolan seperti saya. Terima kasih. ^^
Terima kasih infonya, Mbak Anisah.
Hapus