PENYAIR
NUSANTARA
D
|
EWAN Kesenian Jambi baru saja sukses menggelar
Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) VI. Acara yang dihelat 28-31 Desember 2012 di
Provinsi Jambi itu diikuti 200-an lebih penyair Indonesia, Malaysia, Singapura,
Brunei Darussalam, Thailand, bahkan Korea Selatan dan Perancis.
PPN VI Jambi merupakan wadah perbincangan
bahkan perdebatan yang diharapkan menghasilkan jalan keluar positif bagi
keberlanjutan kehidupan perpuisian di masing-masing wilayah Nusantara. Tentulah keberagaman ciri, bentuk
perpuisian, dan latar sosial yang berbeda dari masing-masing teks puisi yang
dihasilkan para penyair Nusantara. dapat menjembatani keragaman budaya yang ada
di setiap Negara peserta PPN.
Mendengar kata Nusantara, saya teringat nama Mahapatih Gajah Mada dan
“Presiden Puisi” NA Hadian. Kedua orang ini punya kredo menarik. Gajah Mada
bersumpah tidak akan memakan buah palapa sebelum bisa menyatukan bumi
Nusantara. Maka, terbentanglah kawasan yang dinamai Nusantara, dari Madagaskar
di Afrika hingga Formosa (Filipina).
NA Hadian lain lagi. Dia menyatakan, puisinya tidak bertanah air. Puisinya
adalah milik dunia, tidak milik satu kaum. Kredonya itu, sesuai dengan
semangatnya. Hingga akhir hayat bergelimang dengan puisi.
Begitulah. Di penghujung tahun 2012, ratusan penyair berkumpul dan bertemu
di Jambi. Lima negara di semenanjung Asia Tenggara, bisalah mewakili bumi
Nusantara, ditambah dua anegara peninjau dari Asia Timur (Korea Selatan) dan
Eropa (Perancis). Wah, jadi pula Pertemuan Penyair Dunia! Hehehee….
Lalu, apa yang dilakukan penyair semenanjung Melayu itu jika berkumpul?
Tentu saja pertemuan ini tidak sekadar jadi temu kangen. Sambil kumpul-kumpul,
mereka memamerkan kebolehannya berpuisi. Ada yang memerlihatkannya melalui
pembacaan atau pertunjukan di pentas maupun altar candi. Ada juga yang melalui
pajangan atau bursa buku kumpulan puisi.
Tidak itu saja, mereka berbincang dan berdialog. Tidak hanya ocehan warung
kopi, tetapi juga di ruang seminar. Temanya pun dibuat sedemikian rupa : “Puisi
Nusantara dari Hulu ke Hilir : Perspektif Filosofis, Historis, dan Eksistensi.”
Narasumbernya ada yang dari penyair, kritikus sastra, dan akademisi. Kerenlah
pokoknya!
Berdasarkan gagasan-gagasan yang berkembang dalam
penyelenggaraan PPN VI Jambi 2012, mereka merumuskan rekomendasi.
Rekomendasi ini sudah jadi jawaban akhir hasil perhelatan PPN VI 2012. Mereka
bersepakat :
1.
Melanjutkan
pengembangan bahasa Melayu-Indonesia sebagai media ekspresi dan komunikasi
penyair Nusantara;
2.
Memanfaatkan
hasil penggalian akar sastra Nusantara yang sudah diperoleh dari PPN-PPN
sebelumnya untuk kepentingan pengembangan kreativitas penyair dalam menghadapi
tantangan global;
3.
Memperluas
ruang keterlibatan penyair untuk mengaktualisasikan diri, merumuskan, dan
mendialogkan konsep estetik yang menjadi landasan kepenyairan.
4.
Meningkatkan
jaringan kerja sama antarpenyair dan antarlembaga sastra di Nusantara dalam
penerbitan buku dan publikasi karya;
5.
Mempertegas
fungsi PPN sebagai ruang pertukaran karya dan gagasan yang berkaitan dengan
problem lokalitas dan globalitas;
6.
Melakukan
kajian lebih mendalam mengenai Puisi-puisi yang dibukukan PPN sebelumnya (I-VI)
untuk mengungkapkan hasil, kualitas, dan capaian estetik kepenyairan Nusantara.
Selain itu, memutuskan Singapura menjadi tuan rumah
atau penyelenggara PPN VII 2013.
Menarik
disimak adalah munculnya catatan Kurator PPN VI Jambi, yang mengatakan, pemetaan sastra di bumi Nusantara sudah selesai dan sudah cukup bagi kita. Sebagai penyair,
kita pada dasarnya tidak harus menunggu hasil yang sangat meyakinkan secara
akademik untuk melakukan tindakan kreatif.
Pemetaan puisi secara kasar dari tahun ke tahun sudah cukup menjadi pintu masuk bagi kita untuk melakukan
pendalaman sendiri, melakukan pertemuan dan dialog secara personal dengan
tradisi, masa lalu itu, untuk kemudian membuat keputusan estetik yang dapat
dijadikan dasar bagi penciptaan karya-karya puisi yang konkret, yang kita
pandang dapat memberi jawaban terhadap tantangan global di atas.
Dengan dasar pemikiran yang demikian, dalam kesempatan
ini kami mengusulkan agar pertemuan penyair yang akan datang menjadi sebuah
pertemuan yang benar-benar berpusat pada penyair dan dilakukan dalam rangka
pembuatan keputusan dan tindakan penciptaan yang konkret. Apa
itu? Kita ikuti sajalah perkembangannya nanti. Selamat! ***
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar