Minggu, 24 Maret 2013

INDONESIA-MALAYSIA



(Sabtu, 16 Maret 2013)


S
EMULA saya enggan memegang apalagi mengayun-ayunkan bendera kecil Malaysia, Kamis malam, 7 Maret 2013, di Istana Budaya, Kualalumpur, Malaysia. Selama Konser Budaya berlangsung, pikiran saya tidak enak. ‘Masa yang ada bendera Malaysia. (Bendera) Merah Putih-nya mana?’ tukas saya dalam hati.
Selama lima hari, 5-9 Maret 2013, saya mengikuti program pertukaran Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Indonesia dengan KIM Malaysia dan Brunei Darussalam di Kualalumpur, atas undangan Kementerian Penerangan, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia memilih saya dan Nadjib, MM dari Jawa Tengah menjadi wakil Indonesia pada hajatan tersebut.
Selama beberapa hari itu pula, kami bertukar informasi mengenai keberadaan KIM. Semasa Departemen Penerangan, Indonesia memiliki Kelompok Pendengar, Pembicara, dan Pirsawan (Kelompencapir) yang kini menjadi KIM. Sementara Malaysia memiliki Komuniti 1Malaysia (K1M) dan Brunei punya Majlis Perundingan Mukim dan Kampung (MPMK).
Di antara sejumlah kegiatan KIM itu, kami diboyong menyaksikan Konser Budaya yang diadakan Yayasan Ikatan Rakyat Melaysia Indonesia (YIRMI) di Istana Budaya Kualalumpur. Kami begitu terpukau menyaksikan serangkaian kesenian lokal Indonesia. Ada yang dimainkan mahasiswa Indonesia di Malaysia, ada juga yang dimainkan anak-anak Malaysia sendiri.
Konser itu dirangkaikan dengan peresmian Yayasan Ikatan Rakyat Malaysia-Indonesia (YIRMI).  Konser Nusantara yang digelar tiga hari dan berakhir 12 Maret lalu itu merupakan ide Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Datuk Seri Dr Rais Yatim bekerja sama dengan Menteri Telekomunikasi dan Informasi Indonesia, Ir Tifatul Sembiring.
Konser ini bertujuan menyatukan dan memperkuat hubungan kedua negara dalam semangat serumpun dan sebudaya dalam bingkai Melayu. Ini kemudian menjadi tema acara tersebut, yaitu “serumpun dan sebudaya”. Semuanya menjadi sangat mengena dengan tampilan musik dan tari Nusantara.
Di hadapan ratusan penonton yang hadir selama tiga hari konser  bagaikan tersihir oleh berbagai penampilan seni, lagu, tarian, dan khususnya tari saman. Gemuruh tepuk tangan tanpa henti terdengar dari para penonton yang begitu serius mengikuti setiap atraksi seni yang dipentaskan.
Uniknya, penonton tidak hanya berasal dari Malaysia, tapi banyak juga yang datang dari Indonesia. Mereka secara khusus menikmati acara yang dimulai pukul 8.30 hingga 11.00 malam hari itu. Banyak tarian yang memikat perhatian pengunjung. Selain tarian saman ada juga tarian hadrah, jaipong, tari endeng-endeng, tari bugis, dan jathilan Ponorogo dari Indonesia.
Sementara delegasi Malaysia menampilkan tari samrah, tarian etnik Sarawak dan Sabah yang diiringi lagu tradisional. Konser Nusantara ini dimulai dengan perpaduan generasi baru dan lama dari kedua negara, yaitu Endang S Taurina dan Hafiz. Mereka berduet menyanyikan lagu Seiring Sejalan.
Usai tembang lawas dinyanyikan, diselingi dengan tarian dan penampilan seni musik kedua negara. Di saat tarian dan seni musik berlangsung, sangat terasa hampir tidak ada sedikit pun perbedaan kebudayaan di antara kedua negara berjiran ini, Indonesia dan Malaysia.
Usai tarian, penonton pun dihibur kembali oleh artis-artis yang sangat popular di negeri serumpun ini, yakni Rossa dan Siti Nurhaliza. Rossa mencairkan suasana di Panggung Sari Istana Budaya dengan lagu asal sunda, Mojang Priangan, diikuti medley Ayat-ayat Cinta dan Pudar.
Begitu pula Siti Nurhaliza yang menghibur penonton dengan lagu-lagu menarik, termasuk berduet dengan Hafiz menyanyikan lagu Muara Hati. Kemudian dilanjutkan dengan lagu-lagu bergenre tradisional, yaitu Balqis, Nirmala, Cindai, dan Joget 106 bersama Rossa.
Panggung Sari Istana Budaya juga dimeriahkan oleh lagu-lagu indah artis terkenal lainnya, seperti Elly Kasim (Ampun Madah), Yazer (Anak Kampung), dan Bob Yusuf (Tandang Bermadah). Panggung tersebut diakhiri dengan persembahan lagu Rasa Sayang oleh artis-artis terpilih.
Kemeriahan mencapai puncaknya ketika dengan penuh semangat dan kekompakan para penonton ikut menyanyikan lagu Rasa Sayang. Mendadak, rasa nasionalisme pun bangkit pada dada setiap anak negeri, karena mereka menyanyikan Rasa Sayang itu sambil memegang dan melambai-lambaikan bendera negara masing-masing.
Saya baru tahu, ternyata bendera kecil Merah Putih berada pada barisan di belakang kami. Kebetulan saja, kami kebagian yang bendera Malaysia. Aih, Indonesia-Malaysia ibarat saudara kandung. Andai tak dipisah Inggris-Belanda! ***



Suyadi San, adalah peneliti di Balai Bahasa Sumatera Utara Kemdikbud dan Litbang Harian Mimbar Umum serta dosen Sastra Indonesia di FBS Unimed, FKIP UMSU, dan UISU. Aktif bersastra dan berteater. Menyelesaikan Magister Sains Antropologi Sosial pada Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar