Minggu, 24 Maret 2013

GATOT-ERRY



                                                                   (Sabtu 9 Maret 2013)
 

J
IKA tidak ada aral, Ir. Gatot Pujo Nugroho dan Ir. Tengku Erry Nuradi menjadi Gubernur Sumatera Utara periode 2013-2018. Berdasarkan beberapa perhitungan cepat, pasangan ini berhasil menuai suara terbanyak versi hitung cepat. Pasangan yang akrab dengan sebutan Ganteng ini berhasil unggul 32-33 persen dari lebih dari 10 juta pemilih.
Seperti hasil Indo Barometer yang menempatkan Gatot-Erry atau pasangan nomor lima meraih 32,7 persen. Ia mengungguli pasangan nomor dua Drs. Effendi Muara Sakti Simbolon-Drs. Djumiran Abdi (24,17 persen), Gus Irawan Pasaribu, S.E.-Ir. Soekirman (21,8 persen), Drs. Amri Tambunan-Dr. R.E. Nainggolan (12,02 persen), dan Chairuman Harahap, S.H.-Fadly Nurzal, S.Ag. (9,33).
Kemenangan serupa versi perhitungan cepat diperoleh dari Lembaga Survei Indonesia yang menempatkan pasangan yang diusung PKS, Hanura, Partai Patriot, PBR, dan PKNU itu sebagai pemenang, disusul pasangan ESJA. Masing-masing memperoleh 32.93 dan 26 persen dari 91,43 persen data yang masuk.
Dalam pidato perdananya di posko pemenangannya, Gatot mengajak seluruh tim pendukung untuk beristighfar, memohon ampun atas berbagai salah dan khilaf yang mungkin terjadi selama tahapan Pilgub dilaksanakan.  Kemenangan versi hitung cepat yang diraihnya bukan saja milik pendukung Ganteng, namun merupakan kemenangan seluruh masyarakat Sumut. Memang, sebagai bagian dari bagian pembelajaran demokratisasi untuk Sumut, sudah layakanya kemenangan ini milik semua.
Kemenangan Gatot-Erry ini sudah saya prediksi melalui jejaring sosial facebook jauh hari sebelumnya. Bahkan, saat pawai pembuka kampanye di lapangan Merdeka Medan, Sabtu 16 Februari 2013, saya menduga cuma tiga pasangan yang siap tampil berlaga pada pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara ini. Dan, benar saja ketiganya menjadi tiga besar.
Dari ketiga pasangan itu, saya menduga Effendi Simbolon-Djumiran Abdi bakal memenangkan pemilihan. Sebab saya melihat, pasangan Gus Irawan Pasaribu-Soekirman sangat berambisi besar melawan kekuatan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erri Nuradi. Ganteng versus Gusman lebih mengemuka di permukaan. Jika kedua pasangan ini ”baku bunuh” Effendi-Djumiran bisa tampil sebagai penengah.
Dugaan saya sebelumnya, sebenarnya pemilukada Sumut 2013 tidak perlu ada (lagi). Sebab, Gatot-Erry sudah pasti memenangkan pertarungan. Indikasinya sangat kuat. Menurut saya, belum ada satu pun incumbent yang kalah dalam pertarungan pilkada. Dalam hal ini, Gatot lebih diuntungkan tinimbang calon lain karena punya banyak waktu dikenal publik Sumatera Utara dengan jabatan wakil gubernur atau pelaksana tugas gubernur yang disandangnya.
Bandingkan dengan Effendi Simbolon yang hanya punya beberapa hari dicalonkan partai politik pendukungnya. Atau, Gus Irawan Pasaribu yang mengalami tarik-menarik partai pengusung – bahkan nyaris gagal apabila PAN dan Gerindra tidak didukung puluhan partai gurem. Begitu juga Chairuman dan Amri Tambunan yang muncul terbilang belakangan.
Dengan tidak melepas jabatan sebagai calon gubernur saat pengundian nomor urut pasangan, dugaan saya atas kemenangan Gatot-Erry semakin besar. Ini mengingatkan saya pada pemilihan Walikota Medan. Kala itu, Rahudman Harahap tidak melepaskan jabatan sebagai Plh Walikota Medan, begitu juga Dzulmi Eldin yang masih menjabat Sekretaris Daerah Kota Medan.
Karena itu, kemenangan Gatot bukan merupakan kejutan bagi publik Sumatera Utara. Saya akan terkejut bin kaget jika Gatot-Erry kalah! Saya pun makin tahu bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu yang ideal dalam konstelasi politik di negeri ini. Slogan ”bersih, peduli, profesional” benar hanya impian. Hanya impian.
Hm, akankah empat pasangan lainnya menempuh jalur hukum sebagai pendidikan politik bagi masyarakat mengenai hasil pemilukada ini? Wow! Masih ada waktu untuk menghitung-hitung hari. Selamat! ***



Suyadi San, adalah peneliti di Balai Bahasa Sumatera Utara Kemdikbud dan Litbang Harian Mimbar Umum serta dosen Sastra Indonesia di FBS Unimed, FKIP UMSU, dan UISU. Aktif bersastra dan berteater. Menyelesaikan Magister Sains Antropologi Sosial pada Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar