(Sabtu 9 Maret 2013)
J
|
IKA tidak ada aral, Ir. Gatot Pujo
Nugroho dan Ir. Tengku Erry Nuradi menjadi Gubernur Sumatera Utara periode
2013-2018. Berdasarkan beberapa perhitungan cepat, pasangan ini berhasil menuai
suara terbanyak versi hitung cepat. Pasangan yang akrab dengan sebutan Ganteng
ini berhasil unggul 32-33 persen dari lebih dari 10 juta pemilih.
Seperti
hasil Indo Barometer yang menempatkan Gatot-Erry atau pasangan nomor lima
meraih 32,7 persen. Ia mengungguli pasangan nomor dua Drs. Effendi Muara Sakti
Simbolon-Drs. Djumiran Abdi (24,17 persen), Gus Irawan Pasaribu, S.E.-Ir. Soekirman
(21,8 persen), Drs. Amri Tambunan-Dr. R.E. Nainggolan (12,02 persen), dan
Chairuman Harahap, S.H.-Fadly Nurzal, S.Ag. (9,33).
Kemenangan
serupa versi perhitungan cepat diperoleh dari Lembaga Survei Indonesia yang
menempatkan pasangan yang diusung PKS, Hanura, Partai Patriot, PBR, dan PKNU
itu sebagai pemenang, disusul pasangan ESJA. Masing-masing memperoleh 32.93 dan
26 persen dari 91,43 persen data yang masuk.
Dalam
pidato perdananya di posko pemenangannya, Gatot mengajak seluruh tim pendukung
untuk beristighfar, memohon ampun atas berbagai salah dan khilaf yang mungkin
terjadi selama tahapan Pilgub dilaksanakan. Kemenangan versi hitung cepat yang diraihnya bukan
saja milik pendukung Ganteng, namun merupakan kemenangan seluruh masyarakat
Sumut. Memang, sebagai bagian dari bagian pembelajaran demokratisasi untuk
Sumut, sudah layakanya kemenangan ini milik semua.
Kemenangan Gatot-Erry
ini sudah saya prediksi melalui jejaring sosial facebook jauh hari sebelumnya.
Bahkan, saat pawai pembuka kampanye di lapangan Merdeka Medan, Sabtu 16
Februari 2013, saya menduga cuma tiga pasangan yang siap tampil berlaga pada
pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara ini. Dan, benar saja ketiganya
menjadi tiga besar.
Dari ketiga pasangan
itu, saya menduga Effendi Simbolon-Djumiran Abdi bakal memenangkan pemilihan.
Sebab saya melihat, pasangan Gus Irawan Pasaribu-Soekirman sangat berambisi
besar melawan kekuatan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erri Nuradi. Ganteng versus
Gusman lebih mengemuka di permukaan. Jika kedua pasangan ini ”baku bunuh”
Effendi-Djumiran bisa tampil sebagai penengah.
Dugaan saya sebelumnya,
sebenarnya pemilukada Sumut 2013 tidak perlu ada (lagi). Sebab, Gatot-Erry sudah
pasti memenangkan pertarungan. Indikasinya sangat kuat. Menurut saya, belum ada
satu pun incumbent yang kalah dalam pertarungan pilkada. Dalam hal ini, Gatot
lebih diuntungkan tinimbang calon lain karena punya banyak waktu dikenal publik
Sumatera Utara dengan jabatan wakil gubernur atau pelaksana tugas gubernur yang
disandangnya.
Bandingkan dengan
Effendi Simbolon yang hanya punya beberapa hari dicalonkan partai politik
pendukungnya. Atau, Gus Irawan Pasaribu yang mengalami tarik-menarik partai
pengusung – bahkan nyaris gagal apabila PAN dan Gerindra tidak didukung puluhan
partai gurem. Begitu juga Chairuman dan Amri Tambunan yang muncul terbilang
belakangan.
Dengan tidak melepas
jabatan sebagai calon gubernur saat pengundian nomor urut pasangan, dugaan saya
atas kemenangan Gatot-Erry semakin besar. Ini mengingatkan saya pada pemilihan
Walikota Medan. Kala itu, Rahudman Harahap tidak melepaskan jabatan sebagai Plh
Walikota Medan, begitu juga Dzulmi Eldin yang masih menjabat Sekretaris Daerah
Kota Medan.
Karena itu, kemenangan
Gatot bukan merupakan kejutan bagi publik Sumatera Utara. Saya akan terkejut
bin kaget jika Gatot-Erry kalah! Saya pun makin tahu bahwa sesungguhnya tidak
ada sesuatu yang ideal dalam konstelasi politik di negeri ini. Slogan ”bersih,
peduli, profesional” benar hanya impian. Hanya impian.
Hm, akankah empat
pasangan lainnya menempuh jalur hukum sebagai pendidikan politik bagi
masyarakat mengenai hasil pemilukada ini? Wow! Masih ada waktu untuk
menghitung-hitung hari. Selamat! ***
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar