Selasa, 14 Februari 2012

GELANGGANG SAJAK (Sabtu, 3 Desember 2011)


GELANGGANG SAJAK

BUKTI DAN SAKSI KEBERADAAN


kitalah bukti dan saksi pencurian hasil bumi
darat dan laut beroramakan penghianatan
kayu-kayu tak dibiarkan menetapi tanahnya
ikan-ikan merenangi lautan asing

kitalah bukti dan saksi perdagangan harga diri
ribuan paduan suara menyanyikan lagu kebangsaan
: INDONESIA RAYA, sumbang!
sanjungan untuk inspektur upacara kemerdekaan
:penghianat yang lari dari medan perang itu

bangsa ini kawan, lahir dari darah dan airmata
tigaratus limapuluh tahun sejarah perjuangan terbentang
nenek moyangmu gugur di hutan, tenggelam di dasar lautan
kita menjadi bukti dan saksi anak cucu pejuang menjadi pecundang!

bangkit!
bangkit sebelum bangsa ini menjadi panggung lelucon
hentikan kepura-puraan dalam upacara kemerdekaan
bungkam suara-suara sumbang yang diperdagangkan
kita, kita kawan yang tertinggal dalam bentang keberadaan

CILEGON-BANTEN
28-11-11


Lastri Bako :

BIARLAH


Matikan saja lampu itu, Ayah
aku bertanggung jawab atas lampu dan pintu
aku ingin berlama-lama di luar sini
bermain dengan angin malam
menerawang jauh ke langit
memerhatikan pohon-pohon  melambai-lambai
menunggu hujan menerpa......

Jangan pikirkan aku, Ayah
ada nyamuk yang menjagaku di sini
ada bunga yang siap menungguku
ada cicak yang siap mengomentari
setiap jerit hatiku,

Jangan tanyakan kenapa.... aku malam ini, Ayah
nanti,jika aku sudah lelah
dengan kesendirianku
aku akan masuk
saat ini biarlah...... aku seperti ini
agar hatiku bisa cair
dari kebekuan dunia.




Ayu Larassaty :

IBU


Ibu....
kaulah wanita paling istimewa
karena engkau sudah menjagaku
dari aku masih kecil hingga sampai sekarang ini
bagiku ibu adalah segalanya

Ibu...
kau selalu berkorban untuk diriku
ke sana ke mari demi menghidupkan diriku
aku begitu kagum pada dirimu ibu

Ibu...
aku berharap engkau selalu ada
di sampingku
selalu menjagaku, menyayangiku
karena aku begitu sayang kepadamu, ibu
kau segalanya bagiku

Terima kasih ibu...
atas segala yang kau berikan kepadaku
semuanya tidak akan pernah aku lupakan
sampai aku mati
Ria Pratiwi :

WAKTU


Sejelang dengan kehidupan yang dilalui
detak jantung dan napas yang masih bermukim
bergerak, berfikir mengolah rasa untuk berbuat dalam perjalanan

Dia akan berakhir pada satu titik kulmasi
yang siapa pun tidak dapat mengetahui kapan akan terjadi
tapi hal itu pasti!
selagi dalam perjalanan dan melalui langkah yang pasti
renungkanlah apa yang ada dan yang sudah ada
dan yang masih belum ada
ucapan, tindakan dan rasa selagi dalam perjalanan
menuju dan menempuh langkah awal
yang pasti akan berakhir!

Sampai di manakah?
bagaimanakah?
untuk siapakah?
semua dalam perjalanan dekat ataupun jauh
hanya detak dan desah yang tersisa
ingatlah perjalanan akan sampai pada batas akhir!

Tunjukkan jalan bagi kami wahai yang maha menguasai perjalanan
ampuni kami...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar