Pelangi di Mata Nana
Cerpen : Lia Elviana
Sejak kecil Nana diasuh oleh
neneknya. Ibunya telah tiada saat
Nana masih umur dua tahun. Ayahnya meninggal saat menerima telepon dari
seseorang di kantornya, yang membuat penyakit jantungnya kumat dan tak bisa tertolong
lagi. Saat itu Nana berulang tahun yang ke-13, ia melihat ayahnya terkapar di
kantor tak bernyawa lagi.
Kondisi Nana semakin hari semakin parah, yang
membuat nenek Nana terpaksa pindah. Ia lakukan ini agar Nana bisa kembali
seperti dulu lagi. Segala cara sudah dilakukan neneknya, tapi itu tak berhasil.
Sering Nana marah karena kesalahan sedikit saja, misalnya selai roti coklat
yang dibuat neneknya sedikit, Nana langsung melempar roti itu ke lantai dan
menginjaknya. Ia marah-marah dan pergi tanpa permisi kepada neneknya dan tak
pulang semalaman.
Pagi pukul 06.45 Nana diantar neneknya ke sekolah
baru. Nenek memandangi Nana dalam mobil, ia melihat cucunya itu tidak menyukai
sekolah barunya. Nana memang tidak suka sekolah lagi sejak ayahnya meninggal. Ia
menggangap sekolah itu adalah penjara kedua setelah rumahnya.
Pernah ia diasramakan oleh neneknya di pesantren.
Tidak lama di pesantren, ia di keluarkan, semua guru telah kewalahan menghadapi
sikap Nana.
Nana menginjakkan kakinya ke halaman depan sekolah
dengan mengunyah permen karet. Ia terseyum melihat sekolah itu. Neneknya tahu
pasti senyuman itu rencana baru yang ada di otaknya. Neneknya menarik Nana ke
ruangan kepsek dan menyuruhnya membuang permen karet yang dimakannya, tapi Nana
tidak peduli. Ia tetap saja mengunyah permen karetnya itu.
Jabatan tangan nenek Nana dan kepsekpun terjadi. Artinya,
Nana resmi menjadi siswa baru di sekolahan itu. Nana didampingi nenek dan guru
pergi menuju ruangannya. Di depan kaca jendela, neneknya memerhatikan Nana sejenak,
untuk saat itu Nana masih diam dan belum berbuat apa-apa.
Neneknya berpamitan kepada guru dan menyarankan
agar berhati-hati terhadap Nana. Nenek Nana telah menceritakan kondisi Nana
yang sebernanya agar guru-guru di sana memaklumi sikap Nana. Semua guru
mengerti dan siap menghadapi Nana jika sewaktu-waktu Nana berbuat nakal.
Pelajaran kedua telah selesai, jam istirahat digunakan
oleh murid. Nana hanya mematungkan diri di kursi. Ia melihat situasi kelasnya
saat ini cukup baik kenapa tidak, kini ia tidak repot-repot mengusir guru agar
tidak masuk kelas. Semua telah telaksana, ternyata sekelompok murid di kelas
persis sepertinya yang berandalan. Hanya berbeda, mereka masih mempunyai
orangtua.
Ketika Nana sedang mengotak-atik hape, ia
mendengar suara seseorang yang memanggil namanya. Ia melihat dan ternyata
seorang murid sebangkunya ingin berkenalan. Gadis itu mengulurkan tangan dan
menyebutkan namanya, yaitu Pela. Nana yang tak suka berteman mengacuhkan Pela,
tapi Pela sabar menghadapi Nana.
Seminggu telah Nana masuki sekolah. Pela teman
sebangkunya menunggu Nana, ia memberitahu Nana bahwa hari ini pelajaran Bu Melvi
ada PR, tapi Nana tak peduli. Sering Nana marah-marah dengan Pela karena ia
selalu mengajak Nana untuk belajar dan memberi contekan PR agar Nana tidak dihukum
karena tidak mengerjakan PR.
Sebaik apapun pela, itu tidak membuat Nana berubah.
Nana tetap saja tidak berterima kasih terhadap Pela yang sering membantunya di
sekolah.
Suatu hari Nana mengikuti Pela pulang. Ia berniat
menghancurkan Pela karena Pela selalu ikut campur urusannya. Ia ingin tahu
tujuan Pela kenapa ia berbuat baik terhadapnya.
Ia mengamati gerak-gerik Pela. Ia melihat kondisi Pela
setiap hari. Lama-kelamaan Nana sadar bahwa Pela berusaha untuk hidup, membiayai
hidupnya.
Nana terus mencari informasi tentang Pela dari
teman dan guru-guru di sekolah. Sekarang ia benar-benar mengerti kenapa Pela
begitu.
Sudah lebih sebulan Nana mengamati Pela. Nana yang
cuek terhadap Pela sekarang mulai mendekati Pela dan lebih ingin tahu Pela
sebenarnya. Nana mengatakan kepada Pela bahwa ia ingin ke rumahnya. Pela kaget
dan ia tersenyum mendengarkannya. Ia heran, Nana yang cuek, sering marah-marah
dan benci kepadanya, sekarang ingin melihat rumahnya.
Pelajaran terakhir telah selesai saat bel berbunyi
semua siswa berhamburan keluar dari kelas menuju gerbang. Siang itu matahari sangat terik. Wajah putih Nana
mulai memerah. Lima belas
menit kemudian angkot yang ditunggu datang, Nana dan Pela menaiki angkot
tersebut.
Di perjalanan,
Nana hanya diam. Sesampai di rumah Pela, Nana melihat kondisi rumah Pela. Ia tidak kaget lagi karna telah mengamati Pela
selama lebih satu bulan. Nana menanyakan orang tua Pela, tapi Pela hanya tersenyum
dan menjawab ibunya berada di tempat yang terindah nun jauh di sana.
Nana kaget mendengarnya, dari mana Pela bisa hidup
sendiri di rumah yang sepi dan kotor seperti ini. Pela terseyum dan
menceritakan kenapa ia masih bisa tertawa dan berusaha hidup,apalagi bisa
berbuat baik kepada siapa saja. Itu dikarenakan kesalahan Pela yang membuat dia
kehilangan orang tuanya.
Pela sama seperti Nana yang bandel dan tak mau
mendengarkan orang tuanya. Sampai suatu hari ibunya sakit-sakitan, ingin sekali
melihat Pela, tapi Pela tak ingin bertemu dengan ibunya. Ia tidak percaya bahwa
ibunya sakit.
Hingga akhirnya saat ia pulang, ia melihat ibunya
sudah meninggal. Ia menangis tapi ayahnya marah kepadanya dan mengusirnya dari
rumah. Sejak saat itu Pela berjanji bahwa ia akan berubah demi arlmarhumah
ibunya.
Nana tercengang dan mengusap air mata
Pela. Ia mengajak Pela pergi ke rumah orang tuanya, tapi pela tidak mau. Nana
mengatakan ia lakukan ini untuk ucapan terima kasih. Pela kaget mendengar itu,
ia tidak mengerti maksud nana. Nana terus membujuk Pela tanpa menjelaskan
maksudnya. Bujuk rayu Nana yang membuat Pela akhirnya mau pergi menemui
ayahnya.
Sesampai di sana, Nana keluar dari
angkot dan mengajak Pela masuk. Pela takut, bahwa ia akan ditolak oleh ayahnya.
Tapi ketakutan Pela berubah jadi senyuman saat seorang bapak tua menyambut dan memeluknya
dengan hangat. Ayah Pela mengatakan bahwa ia menyesal mengusir Pela. Ia
berjanji akan menjaga Pela dengan baik.
Kini semua kondisi telah baik. Pela
berterima kasih kepada Nana dan memeluk Nana
erat-erat. Tapi Nana mengatakan bahwa ia juga akan memberi kejutan lagi. Nana
mengajak Pela pergi ke rumahnya.
Sesampai di rumah, Nana memeluk
neneknya yang sedang menonton teve. Neneknya kaget melihat Nana yang meminta
maaf atas sikapnya selama ini. Neneknya memeluk Nana dan menciumnya. Nana
menceritakan kondisi Pela yang sebenarnya.
Nana berterima kasih kepada Pela karena
ia telah menyadarkan betapa pentingnya hidup ini. Nana meminta tolong kepada
neneknya agar mau membantu Pela dan ingin bertemu dengan ayah Pela.
Nenek, Nana, dan Pela pergi ke rumah
Pela. Sesampai di rumah Pela, nenek Nana bertemu dengan ayahnya Pela. Ia
berkata bahwa ia akan memberi modal kepada ayah Pela untuk membuka usaha dan
akan membiayai sekolah Pela hingga Pela tamat. Ia juga mengangkat Pela sebagai
cucunya seperti Nana.
Pela senang mendengarnya dan memeluk
nenek Nana. Nenek Nana tersenyum dan Nana pun ikut memeluk Pela. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar