Kamis, 18 Juli 2013

SASTRA MEDIA DAKWAH PALING AMPUH (Sabtu, 13 Juli 2013)

Oleh: Dewi Ningsih


S
astra merupakan sebuah hasil imajinasi manusia yang diciptakan dan dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan indah. Sastra diciptakan bukan sekadar menuangkan imajinasinya, melainkan memiliki maksud dan tujuan yang dapat membawa manfaat bagi pembacanya.
Salah satu contoh karya sastra yang dapat membawa manfaat bagi pembacanya adalah cerpen “ Ketika Mas Gagah Pergi” (KMGP), buah karya Helvy Tiana Rosa, sebuah cerpen remaja yang sangat fenomenal dan dianggap sebagai pelopor bagi kebangkitan Sastra Islami Kontemporer di Indonesia pada era 1990-an.
KMGP juga turut memengaruhi perkembangan semangat belajar Islam di kalangan muda Indonesia. Inilah satu-satunya karya Helvy yang habis 10.000 eksemplar sebelum buku tesebut dicetak tahun 1997 oleh Pustaka Aninda.  Kemudian Tahun 2011 buku ini kembali diterbitkan oleh Asmanadia Publishing House. Ada perbedaan cerpen KMG yang dulu dengan yang sekarang, kalau dulu hanya 15 halaman, sekarang menjadi novellet 64 halaman.
Untuk mengkritiki sebuah karya sastra bukanlah hal yang mudah banyak teori-teori yang harus dikuasai. Tentunya bagi saya yang mencoba untuk mengkritik sebuah karya sastra. Kritik sastra membicarakan sebuah sastra secara langsung yakni menganalisis, menafsirkan, dan menilai karya tersebut.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam mengkritik sebuah karya sastra  menurut Abrams yaitu pendekatan ekspresif, pendekatan mimesis, pendekatan pragmatik, dan pendekatan objektif.
1.      Pendekatan ekspresif ini menempatkan karya sastra sebagai curahan, ucapan, dan proyeksi pikiran dan perasaan pengarang. Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan produksi persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan yang dikombinasikan. Praktik analisis dengan pendekatan ini mengarah pada penelusuran kesejatian visi pribadi pengarang yang dalam paham struktur genetik disebut pandangan dunia. Seringkali pendekatan ini mencari fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang secara sadar atau tidak telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut. Dengan demikian, secara konseptual dan metodologis dapat diketahui bahwa pendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai: (1) wujud ekspresi pengarang, (2) produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya, (3) produk pandangan dunia pengarang.
2.      Dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah dunia pengalaman, yaitu karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan. Kenyataan di sini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra, seperti misalnya benda-benda yang dapat dilihat dan diraba, bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya. Melalui pandangan ini, secara hierarkis karya seni berada di bawah kenyataan. Akan tetapi Marxis dan sosiologi sastra memandang karya seni dianggap sebagai dokumen sosial; karya seni sebagai refleksi dan kenyataan di dalamnya sebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan.
3.      Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan ini memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. Pendekatan pragmatis memertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis di antaranya berbagai tanggapan masyarakat atau penerimaan pembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.
4.      Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, antarhubungan, dan totalitas. Pendekatan ini mengarah pada analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonom.

Dari keempat pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams, sebagai pembaca saya tertarik untuk mengkritik karya sastra dengan menggunakan pendekatan pragmatis. Mengapa? Karna sebagai pembaca saya dapat menilai langsung karya yang saya baca. Salah satu karya yang sudah saya baca adalah buah karya Helvy Tiana Rosa yaitu cerpennya yang kini menjadi novellet yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali.
Pesan yang terkandung dalam Novellet tersebut sangat bagus dan menginspirasi kaum remaja. Banyak nilai-nilai religius  yang disampaikan pengarang melalui karakter tokoh tersebut. Pengarang mengajarkan tentang Islam yang indah, tentang peranan sesama muslim, tak ada sesuatu yang tak mungkin.
Dalam ceritanya, seseorang yang dulunya pereman dan pencopet dapat berubah menjadi seorang muslim yang taat, wanita yang dulunya tomboy dapat berubah menjadi muslimah yang solehah dan anggun. Semua karena Mas Gagah yang tiba-tiba  berubah dan mampu mengubah orang-orang di sekelilingnya menjadi seorang muslim sejati.
Tapi itu berjalan tak lama, karena Mas Gagah telah pergi untuk selamanya, pergi untuk meninggalkan orang-orang yang mencintainya. Banyak yang kehilangan sosoknya, terutama Gita, gadis yang sering dipanggilnya dengan Dik Manis. Ternyata masih ada orang yang baik setelah kepergian Mas Gagah, yaitu Yudi yang selalu menyampaikan dakwahnya dalam busway. Setelah mengenal Yudi, Gita merasa Mas Gagahnya telah kembali. Sosok yang terus menyampaikan dakwah Islam kepada sesama muslim.
Menurut saya, kaum muda harus membaca novellet ini. Novellet ini sangat luar biasa, mampu membius pembacanya. Ternyata dakwah tidak harus di depan jamaah, melalui pengajian, melalui kegiatan sosial atau keagamaan. Tetapi Helvy Tiana Rosa mampu berdakwah lewat karyanya. Semua kalangan dapat membaca karyanya tanpa terkecuali. Inilah karya sastra yang wajib dibaca, karya sastra yang dapat membawa manfaat bagi pembacanya, ada efek yang ditimbulkan setelah membaca karyanya, tentunya efek positif dan menuju ranah yang lebih baik. Karya seperti ini yang selalu dinanti-nanti oleh pembaca. ***



Penulis,  Mahasiswa  Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar