Minggu, 08 September 2013

GELANGGANG SAJAK : Winda Prihartini


Ruangku?

Kau menambah guratan sesal
Cerita nakal merambah di sekitar dara
Kejenuhan mematuk diri karena wajahmu yang terlalu bersih, sepertinya
Menyentuh lembut tanpa suara
Muasalmu kau kata jauh
Dan ini takdir aku dan kamu
Lantas bagaimana dengan bulan
Ucapnya kau tak sekawan badan
Kita beda ruang lahir
Ruangmu abstrak penuh kebebasan
Dan ruangku kesederhanaan yang kaya keragaman

Tapi, benarkah ini ruangku?

Ranah Kompak, Oktober 2012

Perceraian Ranah

Kelak ketika melati usai menabur wangi
Tanah ini akan malu pada laut
Penduduknya terseruput maut
Sebab kerja dia semrawut, bercerai pada lembut

Hanya kesendirian menghadap masa
Tak berpayung tak pula bersama
Rintik kecil, angin dan terik dijamu sendiri
Kata rujuk tertolak bisu melambai halus permisi
Perjumpaan telah luan mematikan diri jadi sunyi
Ranah Kompak, Oktober 2012

Cekokan Angin

Serupa kelam kau diam
Mematut senyum dengan keengganan
Dari mana muasal pendustaan
Yang undang gerak tak  melincah senada

Tak seorang pula, katamu
Tak punya debar tak miliki jiwa
Apakah dia angin yang menyasar
Mencekokimu dengan kebekuan

Sungguh, aku pun hanya dapat diam di kediamanmu yang dalam
Ranah Kompak, Oktober 2012


Beda Jadi Jarak

Lagi-lagi gubuk kita menyentuh tanah
Saat kita berpesta pada senja serta burung-burung nyata
dengan kerja keras sejak fajar
Apa kau lupa menitipnya pada tetangga?
Setidaknya dapat tertilik mereka

Mereka mengaku tak tahu
Tapi kita tetap bersama, mereka berbeda
Mungkin kita terlalu sederhana dan mereka tak percaya


Ranah Kompak, Oktober 2012

Lupa Jamuan

Sudah sepekan senja sewarna hitam
Jingga sewarna lebam
Malam pekat jadi kekejaman yang patut dihindari

Ke mana mentari merantau
Ke mana pula pelangi berjalan
Apakah semua lupa perjamuan
Sekian hari kutilik tak ada peruhan
Rupa-rupa mereka telah tergadai di seberang lautan

Ranah Kompak, Oktober 2012

Jiwa yang Menciut

Wajah bumi mulai menua
Tanah coklat menjadi berwarna
Ditimpa senja tak berupa apa
basah embun pun tak dapat merata

Jiwa menciut karena sebabnya
Mencari tempat tuk mendapatkan nikmatNya
Segala sesal datang sekejap saja
Lalu, seletah itu mulai bermain ria
Berlari-lari, berkeliling
Memungut sampah dengan tangan kotor penuh nanah

Ranah KOMPAK- FKIP UMSU, 2012


Warna-Warni Pikir Manusia

Menghening, berbeda tempat berbeda nuansa
Itulah nyata
Bersandar, mengirim batin ke arah berwarna
Pelangi. Itulah pikir manusia

Esok-esoknya,
Hati telah terlanjur merambah semua
Melampiaskan kegalauan yang sempurna
Tanpa sadar rayu wewangian dunia merampas kesadarannya
Dan akhirnya ia giat mencari kepuasan,
Kepuasan yang tak kunjung usai meski rumput berubah keemasan

Ranah KOMPAK- FKIP UMSU, 2012


Disebut Diam Mulia

Masih belajar bercakap
Ataukah sengaja mengurangi cakap
Atau apakah memang gagap?

Ya, hilang harga diri lebih rela
Katanya mati diam lebih mulia
Namun suara tetaplah suara
Rangkaian kejujuran haruslah saling bersambut rata

Ahk, raiblah semua karena diam yang katanya mulia.

Ranah KOMPAK- FKIP UMSU, 2012


Suaranya jatuh

Suaranya, jatuh di pangkuan bumi
Tangannya, mengambang di antara tanah dan awan
Matanya, sayu mencekung ke dalam
Bibirnya, getir mengucap asmaNya

Nama satu terus disebut
Tanpa takut ia cukur semua kalut
Ambruk.

Melemah sebab banyak tertawa

Ranah KOMPAK- FKIP UMSU, 2012

Wajah Wanita

Wanita berwajah galau
Mencium rindu setiap malam
Mengintip kenangan dari jalur kanan
Benci melihat orang tumpang tindih bercerita kisah lampau

Aduh, wanita berwajah galau
Terlalu banyak sayatan di pergelangan tanganmu
Putih kulitmu terkotori garis-garis memanjang merah warnanya

Jangan tertawa!
Kutip saja sisa suka di tikungan taman bunga
Cari wajah ceriamu yang kau jatuhkan saat dia mengirim kabar bahwa semua sudah selesai.

Ranah KOMPAK- FKIP UMSU, 2012

Menembus Tanah, Mengucur Nanah

Senja telah sempurna rupanya
Silaunya membias bumi juga raga
Bahkan tulang-tulang dibawah tanah.
Ah, bau
Ada nanah mengucur dari tubuhmu
Sudah matikah kau?
Diman aku?
Siapa dia, dia?
Ranah KOMPAK- FKIP UMSU, 2012


Winda Prihartin. Biasa dipanggil Winda. Lahir pada tanggal 28 September 1992 di Medan tepatnya Medan Marelan. Saat ini tinggal di Tanah Enam Ratus Medan Marelan dan berkuliah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar