Murdoks :
GARIS
PELANGI
Di kantin TBM,
pernah kulukis wajahmu di antara garis pelangi
dan kau malu-malu menatap lukisan itu
menunduk sambil menatap segelas kopi
membayang wajahmu pada permukaan
dalam
rindunya
pada tepian bibirmu
berucap
tak terucap
karena malu-malumu
telah lebih dulu tergoda
pada jiwa resah.
Medan 05102012
pernah kulukis wajahmu di antara garis pelangi
dan kau malu-malu menatap lukisan itu
menunduk sambil menatap segelas kopi
membayang wajahmu pada permukaan
dalam
rindunya
pada tepian bibirmu
berucap
tak terucap
karena malu-malumu
telah lebih dulu tergoda
pada jiwa resah.
Medan 05102012
Antara Kau dan Aku
Bayu
menggapai daun-daun
Di
kala teja beranjak dari peraduan,
perawan
desa menarikan zapin dalam temaran lampu
mercusuar dari kejauhan,
di
tepian berpasir kita menatap malam
yang malu-malu mengintip perawan desa
menari diiringi suara rebana,
mengajak kita menyatu dalam rindunya,
antara
kau dan aku
sesaat
deburan ombak menyadarkan kita dari khayal,
Entah
kapan jadi nyata,
seperti bayu mencumbui riaknya laut,
tanpa isyarat
yang
terjadi di tepian pantai hari ini.
Riau-Bengkalis 01032012
Menangislah, Pertiwi
Menangislah,
Pertiwi
pada
nasib yang terombang-ambing oleh alunan alam,
sesaat
ia beri tanda atas kuasanya
yang
terjadi hari ini,
bukan
kehendak namanya manusia,
Menangislah,
Pertiwi
yang
mengatas-namakan Indonesia
yang
sakit karena manusia
yang
tertatih oleh sistem
entah
mau ke mana
Menangislah,
Pertiwi
yang
terpana mendengar badut berdasi
berkotbah
di balik podium tak bernama
Menangislah,
Pertiwi
dengan
air mata nasib bangsa ini
sebelum
nafas asa telah jadi nestapa
di
tanah merah bernisan dan tertera
“
Indonesia meratapi nasib sendiri”
Pekanbaru-riau 20092012
POTRET
Kita
tak pernah bertemu
Pun
tidak
Kulihat
potretmu
Di
sudut jaman semakin menua
Kita
tak pernah menyapa
Karena
keangkuhan milik kita
Milik
para penyair
Milik
para badut sarat menelan tawa
Milik
kritikus sastra sok jadi jawara
Milik
para penguasa yang jadi nohkoda
Dan
milik anak-anak bangsa terluka,
Lantas
kita mau jadi apa!
Pekanbaru-Riau
03252012
Surya Hardi yang juga punya nama samaran, Murdoks dikenal di kalangan teaterawan.Menggeluti
kesenian sejak 1996, selain menulis puisi, artikel, cerpen dan esai kebudayaan.
Pernah bergabung dalam kelompok Teater Patria Medan. Sejumlah puisinya terbit dalam antologi
bersama di beberapa kota di Indonesia.
Tommy Sianturi :
Petang
Kelopak
mataku meringkuk
terhempas
laksa hembusan angin
menggantungkan
butir-butir rindu
rebah
di dahan yang kita semai.
Aku
rela langit mendung membasuh,
kesunyian
petang membahana pekarangan.
Pun
kutiru lolongan serigala menggelegar
Layaknya
aku tercabik-cabik kenangan.
Ladang
Kompak, 2012
Terngiang
Terngiang
dendang lampau
dari
rahim bumi.
Menempatkan
batin
menjemput
pagi sebelum kembara;
Kembali
cocokan jejak kecil di lapangan,
aroma
hujan,
teriakan
menyambar-nyambar,
suara
bel sepeda kala sayu senja menjalar.
Sekelebat
deruh angin merampas sebingkai album
sinar
rembulan pun mengagetkanku dari lamunan.
Ladang
Kompak
Langkah Kaki
langkah
kaki menghentak
menggoncang
rumput lalu debu berlarian;
biarkan
hentakan penuh semangat
meremukan
daun-daun rapuh;
hamparan ranting-ranting tak kokoh
bergelimpangan
digerogoti waktu.
Kadang
malam semakin dingin,
debur
ombak menghempas batu karang,
jarum
jam menusuk-nusuk.
Pucuk-pucuk
cemara menggigil beku,
langkah
kaki kaku tak menentu
namun
impian semakin menderuh
dalam
kalbu rindu.
Ladang
Kompak
Gadis Berpayung Hitam
gadis
berpayung hitam
tersedan-sedan
menjerit menengadah
merelakan
deras hujan menimpa ubun-ubun
seraya
dalam isak tangis kembara batang kara.
terik
siang menghadang jalan
gadis
berpayung hitam
menggelepar
pada padang belukar,
memuntahkan
batas peluh
akhir
nafas melumat tumpah.
Ladang
Kompak
Sebelum
malam-malam
terasa kembar
mencoba
tilik ranah perjuangan
dalam
kepakan sayap impian rembang.
membasahi
pucuk-pucuk dahaga.
kejora
berpacaran bersama rembulan,
deruh
angin mendesah sukma
menghunus
rembuk nyanyian petuah;
sebelum
rembulan beranjak ke peraduan
meninggalkan
gugusan gemerlapan,
Sebelum
daun-daun berguguran
Menahan
masa rentan.
Sebelum
usia melumat tumpah
Berlayarlah
mendekati impian.
Ladang
Kompak
Tommy Leonardo Sianturi, lahir di B.
Aceh 16 Oktober 1992. Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, USU.
Sekarang aktif dalam komunitas “Kompak” Taman Budaya dan pecinta karya sastra.